Lompat ke isi

Abdomen akut

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Abdomen akut adalah salah satu jenis sakit perut akut dengan gejala-gejala nyeri perut. Penyebab abdomen akut dapat bersifat traumatik maupun non-traumatik dan umumnya oleh perforasi gastrointestinal. Penanganan abdomen akut memerlukan tindakan bedah. Abdomen akut biasanya ditetapkan sebagai gejala awal pada beberapa penyakit lainnya.

Gejala-gejala abdomen akut merupakan gejala nyeri perut. Beberapa gejalanya yaitu apendisitis (radang usus buntu), kolesistitis (radang kantong empedu), perforasi usus atau limpa pecah.[1]

Penyebab umum dari abdomen akut adalah perforasi gastrointestinal. Sementara perforasi gastrointestinal utamanya disebabkan oleh tukak lambung. Penyebab lain dari perforasi gastrointestinal antara lain kerusakan akibat trauma, inflamasi divertikulum kolon sigmoid, perubahan pada kasus penyakit Crohn, kolitis ulseratif, dan tumor ganas di sistem gastrointestinal.[2]

Pada tahun 2005–2007, di Taiwan dilakukan studi kasus yang mencatat sebanyak 3.980 anak mengalami sakit perut akut. Sebanyak 400 anak (10%) dinyatakan menderita abdomen akut. Anak-anak yang mengalami abdomen akut dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan penyebabnya. Kelompok pertama disebabkan oleh kondisi traumatik sebanyak 65 anak dan kelompok kedua disebabkan oleh kondisi non-traumatik sebanyak 335 anak. Pada anak berusia bayi dalam kelompok non-traumatik, etiologi yang paling sering adalah hernia inguinalis inkarserata (45,1%) dan invaginasi (41,9%). Lalu pada anak berusia lebih dari setahun dalam kelompok non-traumatik, etiologi yang paling sering adalah apendisitis akut (68,7%). Kemudian pada kelompok traumatik, penyebab utamanya adalah kecelakaan lalu lintas (76,9%) yang menimbulkan cedera pada organ. Cedera paling sering dialami oleh hati dan disusul oleh limpa.[3]

Pankreatitis akut

[sunting | sunting sumber]

Pankreatitis akut termasuk jenis abdomen akut yang memerlukan pertimbangan dengan penyakit lain. Beberapa di antaranya ialah perforasi retrosekal, kolesistisis akut, apendisitis retrosekal dan serangan jantung pada dinding inferior.[4]

Penanganan

[sunting | sunting sumber]

Konsep mengenai abdomen akut bersifat sangat luas karena menyangkut abdomen. Sehingga untuk mengetahui kasusnya dikategorikan ke keadaan darurat yang memerlukan penanganan dengan tindakan bedah.[3]

Diagnosis untuk penyakit lain

[sunting | sunting sumber]

Abdomen akut merupakan gejala utama bagi penderita diseksi aorta.[5] Sementara pada anak-anak yang mengalami hidrosefalus, abdomen akut menjadi gejala ketiga setelah demam dan perubahan perilaku.[6] Kemudian pada penyakit sistemik lupus eritematosus sistemik, abdomen akut merupakan gejala keempat bagi penderitanya setelah mengalami mual, muntah dan diare. Manifestasi klinis dilakukan pada sistem gastrointestinal.[7]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Astari, R., dan Triana, W. (2018). Fatmawati, Fatimah, ed. Kamus Kesehatan Indonesia-Arab (PDF). Sleman: Trussmedia Grafika. hlm. 1. ISBN 978-602-5747-22-9. 
  2. ^ Sayuti, Muhammad (2020). "Profil Perforasi Gaster di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Aceh Utara Periode Januari 2017-Desember 2018". Jurnal Kedokteran Nanggroe Medika. 3 (1): 2. ISSN 2615-3874. 
  3. ^ a b Trihono, P. P., dkk., ed. (2012). Kegawatan pada Bayi dan Anak (PDF). Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. hlm. 16. ISBN 978-979-8271-39-7. 
  4. ^ Sari, M. H. N., dkk. (2022). Sari, Mila, ed. Penyakit dan Kelainan dari Kehamilan (PDF). Padang: PT. Global Eksekutif Teknologi. hlm. 80. ISBN 978-623-5383-03-3. 
  5. ^ Dewi, N. L. P. R., Aryasa, I. G. M. A., dan Dharma, K. S. S. (2019). "Diseksi Aorta Akut Stanford Tipe B dengan Gejala Akut Abdomen". CDK-273. 46 (2): 117. ISSN 2503-2720. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-11. Diakses tanggal 2022-09-11. 
  6. ^ Mardalena, Ida (2021). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat (PDF). Bantul: Pustaka Baru Press. hlm. 46. ISBN 978-602-6237-28-6. 
  7. ^ Hamijoyo, L., dkk. (2020). Buku Saku Reumatologi (PDF). Perhimpunan Reumatologi Indonesia. hlm. 34. ISBN 978-979-3730-35-6.