Achmad Rifai Manggabarani
Andi Achmad Rifai Manggabarani | |
---|---|
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia | |
Masa jabatan 13 Februari 1968 – 28 Oktober 1971 | |
Presiden | Soeharto |
Gubernur Sulawesi Selatan ke-1 | |
Masa jabatan 13 Desember 1960 – 17 November 1966 | |
Presiden | Soekarno |
Pendahulu Tidak ada, jabatan baru | |
Informasi pribadi | |
Lahir | Achmad Rifai Manggabarani 23 Oktober 1924 Polewali, Celebes, Hindia Belanda |
Meninggal | 6 Februari 2001 Rumah Sakit Internasional Bintaro, Tangerang, Banten, Indonesia | (umur 76)
Kebangsaan | Indonesia |
Suami/istri | Andi Sitti Daulang (m. 1952) |
Karier militer | |
Pihak | Indonesia |
Dinas/cabang | Jawatan Kepolisian (1945 – 1946) Angkatan Laut (1946 – 1948) Angkatan Darat (sejak 1948) |
Masa dinas | 1945 – 1979 |
Pangkat | Mayor Jenderal TNI |
NRP | 16735 |
Satuan | Korps Peralatan (CPL) |
Sunting kotak info • L • B |
Mayor Jenderal TNI (Purn.) Andi Achmad Rifai Manggabarani (23 Oktober 1924 – 6 Februari 2001) adalah seorang perwira militer dan politikus yang menjabat sebagai Gubernur Sulawesi Selatan dari 1960 hingga 1966 dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat dari 1968 hingga 1971.
Riwayat Hidup
[sunting | sunting sumber]Masa kecil
[sunting | sunting sumber]Achmad Rifai dilahirkan di Afdeling Polewali pada tanggal 20 Desember 1920 sebagai anak pertama dari dua bersaudara. Ayahnya, Andi Pabiluri, merupakan seorang bangsawan yang memiliki garis keturunan dari Ishak Manggabarani Karaeng Mangeppe, Raja Wajo ke-43 pada abad ke-18. Ibunya,
Karier militer
[sunting | sunting sumber]Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, Achmad ditawari oleh seorang kenalannya untuk bergabung dengan kepolisian. Ia menyetujui tawaran itu dan menjadi seorang perwira polisi di daerah Mojokerto. Achmad pindah dari Mojokerto ke Lawang setahun kemudian dan bergabung dengan Kepolisian Militer Angkatan Laut Republik Indonesia yang pada waktu itu baru saja dibentuk. Dari kepolisian militer, Achmad pindah ke Tentara Laut Republik Indonesia (cikal-bakal Korps Marinir Indonesia) dan memegang komando atas pasukan TLRI di Kepanjen dan detasemen BIALRI. Kesatuan yang dipimpinnya diterjunkan dalam berbagai front pertempuran selama Revolusi Nasional Indonesia. Rifai mengakui bahwa ia sering menenggak minuman beralkohol untuk mengatasi rasa takutnya selama bertempur.[1]
TLRI kemudian dipindahtangankan dari angkatan laut ke angkatan darat pada tahun 1948 dan Rifai bergabung dengan satuan peralatan di Angkatan Darat pada tahun tersebut. Di angkatan darat, Achmad memimpin satuan Batalyon X-07 yang berlokasi di Blitar. Ia dipindahkan ke Batalyon C pada akhir tahun 1948 dan menjadi wakil komandan di batalyon tersebut. Setahun kemudian, Achmad dipromosikan menjadi komandan batalyon dan menjabat hingga tahun 1950. Selama masa ini, Achmad memimpin batalyonnya dalam penumpasan-penumpasan gerakan separatis, seperti Pemberontakan PKI 1948 dan Negara Islam Indonesia.[1]
Usai bertugas di pulau Jawa, Achmad kembali ke Sulawesi Selatan. Ia lalu ditunjuk oleh Andi Mattalatta sebagai Kepala Staf Batalyon 705 (sekarang lebih dikenal dengan sebutan Batalyon Mattalatta atau Batalyon M) yang bermarkas di Kota Parepare.[1] Beberapa saat kemudian, Achmad dimutasi menjadi sebagai Komandan Batalyon 709 (kemudian dikenal dengan sebutan Batalyon Rifai). Batalyon 709 yang dipimpinnya terlibat dalam penanganan gerakan-gerakan separatis pada awal tahun 1950an seperti Tentara Islam Indonesia di Sulawesi yang dipimpin oleh Abdul Kahar Muzakkar[2] dan Republik Maluku Selatan.[3] Rifai kemudian diberhentikan secara hormat dari jabatan komandan batalyon pada tahun 1955 dan digantikan oleh Eddy Sabara.[4]
Achmad memperoleh promosi setelah terlibat dalam penumpasan gerakan separatis. Ia diangkat sebagai Kepala Staf Resimen 23 dari tahun 1955 hingga 1956. Dari sana, Achmad dipindahkan ke Kota Makassar sebagai Komandan Militer Kota Besar (KMKB) Makassar hingga tahun 1957. Pada bulan Januari 1957, Achmad kembali bertugas di Resimen 23 sebagai komandan dari resimen tersebut. Achmad kemudian diangkat sebagai Kepala Staf Daerah Militer XIV/Hasanuddin pada tanggal 18 November 1959 oleh komandan M. Jusuf.[1][5]
Gubernur Sulawesi Selatan
[sunting | sunting sumber]Usai berkiprah di lingkungan militer, Achmad ditunjuk dan dilantik sebagai gubernur pertama Provinsi Sulawesi Selatan pada tanggal 13 Desember 1960.[6] Pada masa awal kepemimpinannya, Achmad merekrut tenaga ahli dari Universitas Hasanuddin. Tenaga-tenaga ahli tersebut membantunya merumuskan kebijakan-kebijakan untuk meningkatkan produksi beras di Sulawesi Selatan. Di masanya juga, terjadi peristiwa Gerakan 30 September.[1] Ia mengakhiri masa jabatannya sebagai gubernur pada tanggal 17 November 1966 dan menunjuk Achmad Lamo sebagai penggantinya.[6]
Pada tanggal 27 Juli 1965, Achmad Rifai beserta dengan Menteri Perindustrian Ringan M. Jusuf dan Kepala Staf Angkatan Darat Ahmad Yani dinobatkan sebagai Warga Kehormatan Makassar.[7]
Seskoad dan Dewan Perwakilan Rakyat
[sunting | sunting sumber]Usai menjabat sebagai gubernur, Achmad mengikuti kursus singkat di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat pada tahun 1966 dan lulus pada tahun yang sama.[5] Ia sempat menjadi perwira tinggi tanpa jabatan sebelum ditempatkan sebagai Komandan Korps Malo di Departemen Angkatan Darat pada tahun 1967.[1] Rifai kemudian ditunjuk sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Gotong Royong (DPR-GR) dan dilantik pada tanggal 13 Februari 1968. Jabatan tersebut diembannya hingga DPR-GR dibubarkan pada tanggal 28 Oktober 1971.[8] Achmad kemudian pensiun dari militer dengan pangkat mayor jenderal.[1]
Pensiun
[sunting | sunting sumber]Setelah pensiun dari kemiliteran, Achmad diangkat oleh M. Jusuf sebagai Direktur Utama Pabrik Semen Tonasa dari 1972 hingga 1975. Achmad dianggap berjasa dalam meletakkan dasar bagi pengembangan pabrik semen tersebut.[1]
Kehidupan pribadi
[sunting | sunting sumber]Achmad menikah dengan Andi Sitti Daulang pada tahun 1952. Keduanya telah dijodohkan sejak Achmad kembali ke Sulawesi Selatan pada tahun 1950. Salah seorang anaknya, A. Siswaka Faizal, menjabat sebagai Direktur Teknik PT Telkom.[1]
Pada pukul 11.30 tanggal 6 Februari 2001, Achmad Rifai tutup usia di Rumah Sakit Internasional Bintaro, Tangerang, setelah menjalani perawatan akibat komplikasi usus yang dideritanya. Jenazahnya kemudian disemayamkan di Rumah Duka Taman Bintaro dan dikuburkan di Pekuburan Panaikkang, Makassar, pada keesokan harinya.[9]
Penghargaan
[sunting | sunting sumber]Achmad memperoleh sejumlah tanda jasa seperti Bintang Gerilya, Medali Kemerdekaan, Medali Penegak G30S/PKI, dan Bintang Sewindu ABRI.[1]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c d e f g h i j Onggang, Alif We (1998). Tentang Sejumlah Orang Sulawesi Selatan, 1998. Yamami. hlm. 248–249. ISBN 978-979-95557-0-0.
- ^ Prolog dan epilog timbulnya peristiwa pengorbanan 40.000 di Sulawesi Selatan. Pusat Pengkajian Kejuangan Bangsa Indonesia. 1998. hlm. 26.
- ^ Sejarah TNI-AD, 1945-1973: Peranan TNI-AD menegakkan negara kesatuan RI. Dinas Sejarah Militer tentara nasional Indonesia Angkatan Darat. 1979. hlm. 156–157.
- ^ Lembaga Pemilihan Umum (1973). Riwajat Hidup Anggota-Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Hasil Pemilihan Umum 1971. Jakarta: Lembaga Pemilihan Umum. hlm. 778.
- ^ a b Bachtiar, Harsya W. (1988). Siapa dia? Perwira Tinggi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI-AD). Jakarta. hlm. 260. ISBN 9789794281000.
- ^ a b Purwanto, Antonius (2020-09-09). "Provinsi Sulawesi Selatan". Kompas.id. Diakses tanggal 2021-03-13.
- ^ "Personalia: Penobatan Ksad, Menteri Perindustrian M. Jusuf dan Gubernur AA Rivai Dinobatkan Sebagai Warga Makassar; Harriman dan..." Kompas. 30 Juli 1965. hlm. 2. Diakses tanggal 13 Maret 2021.
- ^ Tim Penyusun Sejarah (1970). Seperempat Abad Dewan Perwakilan Rakjat Republik Indonesia (PDF). Jakarta: Sekretariat DPR-GR. hlm. 667.
- ^ rus (7 Februari 2001). "Daerah Sekilas : Mantan Gubernur Sulsel Meninggal". Kompas. Jakarta. hlm. 20. Diakses tanggal 13 Maret 2021.
Gubernur Sulawesi Selatan periode 1960-1966, Mayjen (Purn) Andi Achmad Rifai (80), Selasa (6/2) pukul 11.30 tutup usia setelah menjalani perawatan beberapa lama di Rumah Sakit Internasional Bintaro, Tangerang. Selain menjabat Gubernur Sulsel selama dua periode, almarhum juga pernah menjadi Dirut PT Semen Tonasa yang berkedudukan di Kabupaten Pangkep, Sulsel. Menurut putra almarhum, Zen Rifai, almarhum selama ini menderita penyakit komplikasi pendarahan usus. Jenazah akan diterbangkan dari rumah duka di Taman Bintaro Blok B Nomor 6 Tangerang ke Makassar untuk dikebumikan di Pekuburan Panaikkang, Makassar, Rabu ini.
Jabatan politik | ||
---|---|---|
Posisi baru | Gubernur Sulawesi Selatan 1960–1966 |
Diteruskan oleh: Achmad Lamo |