Cokelat di Inggris
Cokelat di Inggris telah dijadikan sebagai bahan minuman sejak abad ke-17 melalui perdagangan. Penduduk Inggris merupakan salah satu pengkonsumsi cokelat terbesar di dunia. Permasalahn impor cokelat di Inggris adalah hawa serangga biji kakao. Masalah ini diatasi dengan fumigasi.
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Cokelat dibawa ke Inggris pada pertengahan abad ke-17 sebagai bahan minuman. Dimulainya perdagangan cokelat di Inggris bersamaan dengan dimulainya perdagangan teh dari Tiongkok dan kopi dari Timur Tengah. Namun pada masa tersebut, harga cokelat masih sangat mahal. Sehingga penduduk kelas menengah di Inggris belum mampu membelinya.[1]
Tingkat konsumsi
[sunting | sunting sumber]Pada tahun 2013, konsumsi cokelat di Inggris tiap orang dilaporkan sekitar 9,45 kg hingga 10,55 kg per tahun.[2]
Permasalahan
[sunting | sunting sumber]Hama selama pengapalan
[sunting | sunting sumber]Biji kakao yang diimpor ke Inggris diberi perlakuan pengendalian hama sebelum dibawa ke pabrik-pabrik di Inggris. Pengendalian hama ini dilakukan sebelum biji kakao dibawa oleh kapal-kapal yang menuju ke pelabuhan-pelabuhan Inggris. Hingga tahun 2010, metode yang digunakan untuk pengendalian hama biji kakao di Inggris adalah fumigasi dengan senyawa Metil Bromida. Jenis senyawa yang digunakan hanya yang telah terdaftar di Protokol Montreal. Setelah tahun 2010, senyawa Metil Bromida digantikan dengan senyawa Fostoksin yang berbentuk gas dengan konsentrasi minimum yang rentang waktunya lama. Rentang waktunya lebih dari 5 hari agar reradikasi berlaku atas seluruh hama serangga.[3]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Pangkalan Ide (2008). Dark Chocolate Healing: Mengungkap Khasiat Cokelat terhadap Sirkulasi Darah dan Imunitas Tubuh. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. hlm. 53. ISBN 978-979-27-2406-6.
- ^ Praseptiangga, D., Nabila, Y., dan Muhammad, D. R. A. (2018). "Kajian Tingkat Penerimaan Panelis pada Dark Chocolate Bar dengan Penambahan Bubuk Kayu Manis (Cinnamomum burmannii)". Caraka Tani: Journal of Sustainable Agriculture. 33 (1): 78. doi:10.20961/carakatani.v33i1.19582. ISSN 2599-2570.
- ^ Pratowo, A. A., dkk. (2008). Wahyudi, T., Panggabean, T. R., dan Pujiyanto, ed. Panduan Lengkap Kakao. Jakarta: Penebar Swadaya. hlm. 231. ISBN 979-002-187-9.