Italianisasi Tirol Selatan
Istilah italianisasi Tirol Selatan mengacu kepada proses italianisasi yang berlangsung di wilayah Tirol Selatan. Pada tahun 1919, 90% penduduk Tirol Selatan adalah penutur bahasa Jerman.[1] Namun, akibat kekalahan Austria-Hungaria dalam Perang Dunia I, wilayah tersebut diserahkan kepada Kerajaan Italia pada tahun 1919. Pada tahun 1923, nama-nama tempat di Tirol Selatan diganti menjadi nama-nama Italia (seperti "Tirol" digantikan oleh "Adige"), dan semenjak Oktober 1923 bahasa Italia wajib digunakan di pemerintahan. Italianisasi juga dilancarkan di sekolah-sekolah dan bahasa Italia ditetapkan sebagai bahasa pengantar. Meskipun begitu, Katakombenschulen yang ilegal didirikan secara diam-diam untuk mengajarkan bahasa Jerman kepada anak-anak.
Berdasarkan Perjanjian Opsi Tirol Selatan pada tahun 1939, Adolf Hitler dan Benito Mussolini menentukan status kelompok etnis Jerman dan Ladin (Rhaeto-Romanik) yang tinggal di wilayah tersebut. Mereka diperbolehkan pindah ke Jerman atau menetap di Italia dan menerima proses italianisasi secara penuh. Akibatnya, masyarakat Tirol Selatan mengalami perpecahan. Mereka yang menetap (Dableiber) dituduh sebagai pengkhianat, sementara mereka yang meninggalkan Tirol Selatan (Optanten) dicap Nazi. Akibat meletusnya Perang Dunia II, perjanjian ini tidak pernah diberlakukan secara menyeluruh.
Catatan kaki
[sunting | sunting sumber]- ^ a b Oscar Benvenuto (ed.): "South Tyrol in Figures 2008", Provincial Statistics Institute of the Autonomous Province of South Tyrol, Bozen/Bolzano 2007, p. 19, Table 11
Referensi
[sunting | sunting sumber]- Steininger, Rolf (2003). South Tyrol: a minority conflict of the twentieth century. New Brunswick, N.J., U.S.A: Transaction Publishers. ISBN 0-7658-0800-5.