Lompat ke isi

Meterai Pengakuan (Lutheranisme)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Untuk doktrin serupa dalam denominasi Kristen lainnya, lihat Meterai Pengakuan.

Meterai Pengakuan (bahasa Inggris: Seal of the Confessional) adalah suatu doktrin Kristen yang menegaskan perlindungan khusus dan privilese (hak istimewa) dari perkataan yang diucapkan selama pengakuan dosa antara seorang peniten (umat yang melakukan pengakuan dosa) dan pastor atau pendetanya. Suatu bentuk dari prinsip ini terdapat dalam doktrin dan praktik dari banyak gereja Lutheran modern.

Martin Luther, mantan imam Katolik Roma dan Reformis Protestan, menyatakan dalam ajarannya bahwa tiga sakramen harus dipertahankan dalam gereja yang direformasi, yaitu baptisan, perjamuan kudus, dan pengakuan dosa. Dalam Kekristenan Lutheran masa kini, meski tidak semuanya sepakat mengenai jumlah sakramen, banyak di antaranya yang memasukkan pengakuan dosa sebagai suatu tindakan sakramental.[1]

Beberapa gereja Nordik pada masa Reformasi Protestan mempertahankan hampir semua aspek dari peraturan dan keimanan Katolik mereka, meski memutuskan hubungan mereka dengan Paus. Belakangan, gereja-gereja tersebut secara resmi membentuk diri sebagai Lutheran, seperti yang dilakukan Gereja Swedia di Sinode Uppsala pada tahun 1593. Terdapat suatu rasa hormat de facto yang terus berlanjut atas prinsip-prinsip seperti Meterai Pengakuan, setidaknya karena dibutuhkan waktu lama bagi orang-orang Nordik untuk memberlakukan hukum gerejawi apapun dari mereka sendiri. Hukum gerejawi pasca-reformasi yang pertama di Kerajaan Swedia baru diberlakukan pada tahun 1686.[2]

Praktik kontemporer

[sunting | sunting sumber]

Dalam cara yang sangat mirip dengan Komuni Anglikan, praktik pengakuan dosa pribadi di negara-negara Lutheran Nordik dan Baltik merupakan satu bagian penting dalam keimanan mereka bagi sejumlah jemaat gereja, dan diabaikan sebenuhnya oleh jemaat lainnya. Terdapat beragam sikap berbeda dalam hal praktik tersebut. Namun, bagi jemaat-jemaat yang mempraktikkannya, terdapat suatu pemahaman di antara kaum rohaniwan bahwa ada suatu rasa saling percaya yang tidak dapat diganggu gugat antara sang peniten dan sang pastor atau pendeta secara individual. Dalam praktik Lutheran di daratan Eropa, pengakuan dosa pribadi masih ada kendati kurang umum.

Penjelasan dari Katekismus Kecil Luther, satu sumber utama doktrin Lutheran, mengatakan hal berikut ini sehubungan dengan Meterai Pengakuan:

Pendeta dijaminkan untuk tidak memberitahu orang lain mengenai dosa-dosa yang diakukan kepadanya dalam pengakuan pribadi, karena dosa-dosa tersebut telah dihapus.[3]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ The Apology of the Augsburg Confession XIII, 3, 4 reads: "If we define the sacraments as rites, which have the command of God and to which the promise of grace has been added, it is easy to determine what the sacraments are, properly speaking. For humanly instituted rites are not sacraments, properly speaking, because human beings do not have the authority to promise grace. Therefore signs instituted without the command of God are not sure signs of grace, even though they perhaps serve to teach or admonish the common folk. Therefore, the sacraments are actually baptism, the Lord’s Supper, and absolution (the sacrament of repentance).[1]
  2. ^ See here Diarsipkan 2008-01-16 di Wayback Machine. for details.
  3. ^ An explanation of The Small Catechism. Retrieved 14 November 2009.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]