Lompat ke isi

Mrentul, Bonorowo, Kebumen

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Mrentul
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenKebumen
KecamatanBonorowo
Kode pos
54395
Kode Kemendagri33.05.23.2011 Edit nilai pada Wikidata
Luas... km²
Jumlah penduduk..3115. jiwa
Kepadatan..23. jiwa/km²
Peta
PetaKoordinat: 7°43′57″S 109°48′55″E / 7.73250°S 109.81528°E / -7.73250; 109.81528

Mrentul adalah merupakan sebuah desa di kecamatan Bonorowo, Kebumen, Jawa Tengah, Indonesia.

Desa Mrentul berbatasan dengan, sebelah Barat desa Prembun Kecamatan Prembun, sebelah Utara Desa Kabekelan Kecamatan Prembun, sebelah Timur Desa Tunggalroso Kecamatan Prembun, dan sebelah Selatan Desa Bonjok Lor Kecamatan Bonorowo,

Desa Mrentul Terdiri dari tiga Wilayah Pedukuhan, Paling Barat Pedukuhan Saragan dengan Jumlah 7 RT dan 1 RW. Jumlah KK di tiap tiap RT bervariasi sesuai dengan luas batas wilayah masing masing yang telah di sepakati bersama zaman Pemerintah desa Mrentul di pimpin oleh S. Martowiyoto (Kepala Desa) dalam penyempurnaan administrasi desa.( Berikut Nama Kepala desa Mrentul Mbah Noto Sumarto (masih dalam Pemerintahan transisi pemerintahan Belanda atau NKRI Baru merdeka digantikan Mbah Amad Murawi berikutnya Mbah Mangun Suparto, berikutnya Mbah S. Martowiyoto, berikutnya, Mbah Marjono, Mbah Rubiko Mbah Wicoro menjabat 2 periode hingga juli 2019 kemudian dilanjutkan oleh Mbah Nur Subagyo ( Putra Mbah S.Martowiyoto.

Untuk Wilayah Pedukuhan Karang Tengan dibagi 6 wilayah RT. dan Pedukuhan Mrentul 8 RT. setiap pedukuhan menjadi satu RW. dengan urutan sebagai Berikut, RW 01 wilayah Saragan RW 02 Wilayah Karang Tengah RW 03 Wilayah Mrentul. dari masing masing Pedukuhan hampir mempunyai budaya yang sama.

Kegiatan upacara adat Merdi dusun di masing masing pedukuhan agak berbeda. terutama pada pergantian tahun jawa, khusus di Pedukuhan Saragan yg masih berlanjut hingga sekarang. Setiap Bulan Suro seminggu setelah tanggal satu suro dengan pedoman ABOGE (Tahun AlIp Rebo Wage) diadakan selamatan Suran. dengan kegiatan bersih leluhur merawat pagar Krapyak dan selamatan bersama di perempatan dukuh Saragan.

setiap musim pelabuh menanam padi diadakan selamatan Sedekah Bumi selasa wage Rebo Kliwon, dan setelah panen padi diadakan selamatan sadranan jumat Kliwon.

kilas sejarah desa Mrentul,

Asal usul: Sejarah Perjuangan Para Leluhur Peninggalan Kraton Mataram zaman Sultan Agung.

Tokoh yang ternama adalah Raden Ariyo Timur,( Mbah Wayah) di Mrentul dengan kesaktianya beliau memiliki burung Perkutut yang sakti. Saat ada wanita cantik ingin menjadi istrinya Raden Aryo Timur tidak mau. wanita yang melamar hingga saat ini dikenal dengan sebutan mbah NyaiTeblo. karena merasa tersinggung berat akhirnya terjadi pertengkaran, dengan bijaksana Raden Aryo Timur membuat sayembara yaitu apabila bisa memenggal atau menyembelih burung perkutut miliknya beliau sanggup menerima lamarannya. Namun yang terjadi burung Perkututnya tidak mati hanya mengeluarkan darah sedikit Mrentul Getihe) Dengan Peristiwa Tersebut untuk mengingatnya maka tempat tersebut dinamakan Mrentul. Nyai Teblo merasa dipermalukan karena cintanya ditolak, maka marah dan mengucap sumpah KELAK DIKEMUDIAN HARI TIDAK BOLEH LELAKI MRENTUL MEMINANG WANITA DESA BONJOKLOR. Yang sekarang dikenal dengan sebutan Bonjok Peteblon, Kekesalan bagi Nyai Teblo memuncak , harta benda berupa emas perhiasan di buang berserahkan, dan bersumpah anak cucunya kelak tidak boleh dijodohkan dengan anak cucu Raden Aryo Timur. dengan kejadian tersebut desa itu diberinama Mrentul, yang punya arti, keinginan hati yang hanya bisa diucapkan saja namun tak terlaksana sehingga dinamakan Mrentul. keluar sedikit tidak menetes. Prentul menjadi mrentul. Pendawa adalah tempat patilasan untuk bermusyarawah dalam mengatur setrategi kehidupan yang dihadiri oleh tokoh ulama/ Pendeta adat. pemerintahan ( punggawa Keraton ) senapati atau tentara penjaga perbatasan keamanan, petani pedagan/ saudagar. namun semua sebenarnya prajurit Mataram yang membidangi keahlian tertentu.

Karang Tengah terkenal dengan sebutan Mbah Brontoyudo. karena memang beliau sebagai pengendali pertempuran, Karang tengah adalah tempat pengatur strategi pemerintahan tempatnya strategis pada waktu itu masih berupa gundukan yang dikelilingi rawa rawa setiap permasalahan dimusyawarahkan di tempat itu di komado oleh Mbah Brontoyudo.

Saragan diambil dari nama tokoh pertama bubakawah desa Saragan yaitu Mbah Wongsorogo. strategi ahli bidang pertanian, luas wilayah Sawah pertaniannya ke arah timur sampai Perbatasan Desa Tlogorejo KUnir Kecamatan Butuh. selatan desa Tunggalroso perbatasan dengan desa Polomarto. Perjuangan yang sangat berat, demi mengemban tugas sebagai Abdi dalem Metaram. sebagi penyedia logistik bala Tentara yang dikirim ke Batavia melalui darat, setelah beberapa waktu kemudian melalui prajurit telik sandi Mataram bahwa Ki Wongsorogo telah siap memiliki logistik berupa panenannya untuk kebutuhan bala Prajurit laskar perang Kerajaan dan sebagian dibawa sebagai bekal perjalanan hingga sampai ke titik pos berikutnya

ketika terjadi salah paham antara warga Tunggalroso, merasa sangat tidak suka dengan Ki Wongsorogo mengolah pertanian di sebelah selatan desa Tunggalroso yang pada saat itu hanyalah rawa rawa yng ditumbuhi rumput wlingi, warga Tunggalroso sesumbar atau Muntab (mungal dadane ) Marah. Maka disebtulah Pedukuhan Damungal. Dadane Mungal. ada yang menyebutnya sekarang Bendomungal, pada saat itulah Mbah Kyai Salam berperan Mendamaikan dan agar tidak terjadi pertumpahan darah oleh Mbah Kyai Salam Dipertemukan kedua belah pihak antara Ki Wongsorogo dan warganya dengan orang orang Damungal. Karena Kepiawaian serta ilmu Mbah Kyai Salam sangat hebat, welas asih. dan Beliaunya adalah sebagai sesepuh pendamping Ki Wongsorogo. Akhirnya disepakati dalam bermusyawarah bahwa sebenarnya Ki Wongsorogo adalah utusan Gusti Ratu Sultan Agung Mataram yang sedang mengemban tugas. Setelah mendengar hal tersebut orang Damungal mendukung ingin bergabung dengan Ki Wongsorogo. persyaratan adanya pertanian harus ada aliran irigasi sungai, maka dibuatlah bersama dengan diawali Gawe Kali. Sekarang dikenal dengan nama Kaligawe. Dan Karena rasa semangat persatuan dengan tekad tujuan yang sama kemudian tempat pertemuan tersebut dinamakan desa Tungalroso. maksudnya manungalnya rasa kebersamaan mengusir kolonialisme saat itu, dan saat itulah Mbah Kyai Salam menjadi sesepuh pangesuh warga Tunggalroso, .

sedangkan Ki Wongsorogo tetap bermukim di dukuh Saragan dengan orang orangnya dikenal dengan sebutan Wong Saragan.

Krapyak adalah bukti peninggalan zaman dahulu yg hingga sekarang masih di uri uri di rawat, yang konon ceritanya merupakan sebuah Masjid zaman dahulu sering disebut SARAGAN KAUMAN.

Sebagai bukti bahwa tempat tersebut adalah Masjid pernah seorang Musyafir kakek dari Mbah Kyai Raden Mashud Hudatulloh Sembir Kadipaten beliau adalah pengawal setia Kanjeng Pangeran Diponegoro yang saat itu melaksanakan perjalanannya dan sholat di masjid tersebut.(LEMBARAN PERJALANAN LELUHUR MBAH kYAI RADEN MASHUD (Beliau guru SMPN1 Prembun Than 1980 an hingga purna tughas)

Sebuah tempat peribadatan pertama yang ada di daerah tersebut. sebagai imamnya Mbah Kyai Salam. hingga saa ini petilasannya masih ada dan sebagai situs peninggalan sejarah perjuangan bangsa

kondisi saat ini masih terjaga terawat baik oleh warga sekitarny yaitu Warga Dukuh Saragan Desa Mrentul. Suatu saat nanti bila Allah SWT telah Menghendaki tempat tersebut menjadi sebuah Masjid kembali.

pesan Almarhum Mbah Kyai Raden Mashud adi Mbah Kayi Raden Sahid. Desa Sembir Kadipaten, kepada penulis, bahwa tanah tersebut hukumnya tetap Tanah Masjid. semoga Kelak anak terwujud menjadi Masjid.

demikian sekelumit cerita yang penulis dengar dari pinisepuh. apabila terjadi kesalahan mohon maaf atas keterbatasan penulis.

Nyai Gendeng Legowo