Patung Karwar
artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. |
Patung Karwar/Korwar adalah patung kepercayaan suku Biak pada umumnya. Patung Karwar di katakan sakral karena di dalam kepala Patung Karwar terdapat tengkorak dari leluhur atau orang yang di sayangi dan Patung Karwar juga merupakan tempat berkomunikasi dengan leluhur atau orang yang kita sayang yang sudah meninggal dunia. Patung karwar memiliki bentuk-bentuk yang berbeda–beda di setiap wilayah/daerah masing-masing seperti Patung Karwar di Daerah Biak berbeda dengan Patung Karwar di Daerah Numfor, Manokwari, sampai ke Kepulauan Raja Ampat. Perbedaan–perbedaan patung karwar di pengaruhi oleh :
- Si pembuat / seniman patung tersebut yang mempunyai gaya atau cara
- Makna filosofis atau religius nya
- Pengaruh geografis daerah tersebut
Ciri–ciri Patung Karwar
[sunting | sunting sumber]1. Kepala yang besar.
Artinya :
- banyak berpikir.
- berpikir sebelum bertindak.
- tempat tersimpan nya ilmu pengetahuan.
2. Patung Karwar biasanya dibuat dalam keadaan duduk atau berdiri dengan memegang :
- Memegang bayi patung, artinya melambangkan seorang ibu yang meninggal setelah melahirkan atau dalam keadaan hamil.
- Memegang ukiran karerin, artinya melambangkan seorang seniman atau budayawan yang meninggal.
- cemegang tameng (Aday), tombak, dan parang artinya melambangkan seorang pahlawan(Mambri).
3. Memiliki baban yang kecil
Artinya :
- Gesit
- Rajin
- Tidak mengambil hak orang lain.
4. Memiliki hidung yang besar
Artinya :
- Mampu mencium dan memperkirakan apa yang dibicarakan benar atau tidak.
Pembuatan Patung Karwar
[sunting | sunting sumber]Pembuatan Patung Karwar biasanya dibuat oleh seniman atau orang-orang yang sudah mahir.Pembuatan Patung Karwar menggunakan kayu besi/kayu yang keras supaya Patung Karwar bisa bertahan lama. Pada zaman dulu Patung Karwar dibuat untuk kepentingan religius. Pada masa itu Patung Karwar dibuat dalam ukuran yang besar sehingga bisa terisi kepala tengkorak leluhur atau orang yang di sayangi ke dalam Patung Karwar. Patung ini juga dapat di gunakan seorang dukun untuk menyembuhkan orang sakit dalam upacara pengobatan, dalam upacara tersebut dukun memegang patung ini lalu mengucapkan mantra dan menyebut nama pengguna Karwar, setelah dukun dalam keadaan kesurupan ia akan mengucapkan kata - kata yang dapat ditafsirkan oleh orang - orang yang ada di sekelilingnya sebagai mantra yang dapat menyembuhkan orang sakit.
Perkembangan Patung Karwar
[sunting | sunting sumber]Pada masa sebelum injil masuk di Tanah Papua, Patung Karwar di yakini sebagai kepercayaan nenek moyang dan juga sebagai media komunikasi dengan leluhur. Seiring dengan berjalannya waktu ketika injil masuk di Tanah Papua Patung Karwar tidak di fungsikan lagi sebagai media komunikasi dengan leluhur. Karena pada masa sending banyak Patung Karwar yang dimusnahkan dengan cara dibakar, ada pula yang di bawah ke Belanda dan di jadikan bahan koleksi di Museum Belanda, karena pada masa itu orang biak yang percaya Patung Karwar di anggap sebagai orang kafir. Masa ketika orang biak telah mengenal injil sehingga Patung Karwar hanya di buat untuk kepuasan batin,rasa estetika/keindahan dan juga faktor ekonomi. Sehingga Patung Karwar dibuat dengan bervariasi dari yang besar sampai yang kecil.