Lompat ke isi

Rongga pleura

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Rongga pleura
Tampak depan dari tenggorokan, menunjukkan hubungan pleura dan paru-paru ke dinding dada. Pleura dalam warna biru; paru-paru dalam warna ungu.
Versi terbalik dari tenggorokan, menunjukkan bagian tengah dan depan mediastinum. Rongga pleura dan perikardium diperbesar karena biasanya tidak ada rongga antara pleura viseral dan parietal dan perikardium serta hati.
Rincian
Pengidentifikasi
Bahasa Latincavum pleurae, cavum pleurale, cavitas pleuralis
MeSHD035422
TA98A07.1.01.001
TA23316
THH3.05.03.0.00013
FMA9740
Daftar istilah anatomi

Dalam tubuh manusia, rongga pleura adalah rongga tipis yang berisi cairan di antara dua pleura (viseral dan parietal) dari paru-paru kiri maupun kanan. Pleura adalah sebuah membran serosa yang terlipat dan membentuk dua lapis membran. Pleura bagian luar (parietal) menempel pada dinding rongga dada, tetapi terpisah oleh fasia endotoraks. Pleura bagian dalam (viseral) menutupi paru-paru dan menggabungkan struktur-struktur, seperti pembuluh darah, bronkus, dan saraf-saraf. Rongga pleura dipandang sebagai rongga potensial karena dua pleura bergabung satu sama lain (melalui lapisan tipis cairan serosa) dalam keadaan normal.

Dalam tubuh manusia, tidak ada hubungan anatomi antara rongga kiri dan kanan pleura. Lebih jauh lagi, dalam kasus pneumotoraks, paru-paru yang lain akan masih berfungsi normal bila tidak ada pneumotoraks penekan atau pneumotoraks bilateral gabungan, yang bisa menghancurkan parenkim kontralateral, pembuluh darah dan bronkus.

Pleura viseral menerima suplai darah dari peredaran bronkus, yang juga mengirim darah ke paru-paru. Pleura parietal menerima suplai darah dari arteri interkostal, yang juga mengirim darah ke dinding tubuh.

Bagian kostal dan servikal dan bagian perifer dari diafragma dalam pleura parietal dirangsang oleh saraf interkostal. Bagian mediastinal dan tengah pleura diafragma dirangsang oleh sarf frenik. Pleura viseral menutupi paru-paru menerima rangsangan dari saraf otonom dan tidak memiliki rangsangan sensorik. Hanya pleura parietal yang sensitif terhadap rasa sakit.

Perkembangan

[sunting | sunting sumber]

Kolom intraembrionik adalah sebuah rongga berkelanjutan. Dalam perkembangannya, rongga ini membentuk rongga perikardium, pleura dan peritonial. Diafragma dan pasangan membran pleuroperikardial memisahkan rongga kolom menjadi empat bagian. Dari splanknopleura (lapisan viseral mesodermik) terbentuk pleura viseral dan dari somatopleura (lapisan parietal mesodermik) terbentuk pleura parietal.

Rongga pleura, dengan gabungan pleuranya, membantu mengoptimalkan fungsi paru-paru saat pernapasan. Rongga pleura juga mengandung cairan pleura, yang membuat pleura bisa bergerak tanpa usaha satu sama lain saat pernapasan. Tegangan permukaan dari cairan pleura mampu mendekatkan permukaan paru-paru dengan dinding rongga dada. Hubungan ini mengizinkan inflasi yang lebih besar dari alveolus saat pernapasan. Rongga pleura menyambungkan gerakan otot rusuk ke paru-paru, terutama saat pernapasan berat. Saat menarik napas, interkostal eksternal berkontraksi, bersama dengan diafragma. Ini menyebabkan pemekaran rongga dada, yang memperbesar volume paru-paru. Tekanan paru-paru menjadi rendah dan udara masuk ke paru-paru.

Cairan pleura

[sunting | sunting sumber]
Paru-paru berada di antara pleura viseral dan parietal, mengembangkan rongga intrapleura yang berisi cairan.

Cairan pleura adalah sebuah cairan serosa yang dibuat oleh membran serosa yang menutupi pleura normal. Kebanyakan dibuat oleh sirkulasi parietal (arteri interkostal) melalui aliran besar dan diserap oleh sistem getah bening. Selain itu, cairan pleura dibuat dan diserap secara berkelanjutan. Dalam tubuh manusia berbobot 70 kg, beberapa mililiter cairan pleura selalu ada di antara rongga interpleura.[1] Sejumlah cairan yang lebih besar dikumpulkan dalam rongga pleura hanya ketika jumlah produksi melebihi kemampuan serapnya. Secara normal, kemampuan penyerapan membesar seturut respons fisiologis dari cairan yang terkumpul, dengan kemampuan penyerapan hingga 40 kali dari normal sebelum sejumlah cairan yang signifikan terkumpul di antara rongga pleura. Selain itu, peningkatan produksi cairan pleura dan hambatan penyerapan sistem getah bening memicu peningkatan cairan di rongga pleura.

Sudut pandang klinis

[sunting | sunting sumber]

Efusi Pleura

[sunting | sunting sumber]

Kumpulan patologis dari cairan pleura biasa disebut efusi pleura. Cara kerjanya:

  1. Obstruksi getah bening
  2. Peningkatan permeabilitas kapiler
  3. Penurunan tekanan osmotik koloid plasma
  4. Peningkatan tekanan balik kapiler
  5. Peningkatan tekanan negatif interpleura

Efusi pleura dikelompokkan sebagai eksudatif (tinggi protein) atau transudatif (rendah protein). Efusi eksudatif disebabkan infeksi seperti pneumonia, tumor, tuberkulosis atau kokidioidomikosis, penyakit kolagen vaskuler, dan pembengkakan. Efusi transudatif terjadi oleh gagal jantung kongestif (CHF/Congestive Heart Failure), sirosis atau sindrom ginjal.

Efusi pleura terlokalisasi terjadi ketika embolisme paru-paru yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas kapiler karena sitokinin atau pembengkakan pelepasan mediator dari trombus yang kaya akan platelet. [2]

Penyebab efusi pleura transudatif[3]

[sunting | sunting sumber]
  • Gagal jantung kongestif (CHF)
  • Sirosis hati
  • Hipoproteinemia
  • Sindrom ginjal
  • Atelektasis paru-paru
  • Miksedema
  • Dialisis peritonial
  • Embolisme paru-paru
  • Sindrom Meig
  • Uropati obstruktif

Penyebab efusi pleura eksudatif[3]

[sunting | sunting sumber]
  • Tumor
  • Infeksi
  • Trauma
  • Infarksi paru-paru
  • Embolisme paru-paru
  • Gangguan kekebalan
  • Pankreatitis
  • Kerongkongan pecah (atau Sindrom Boerhaave)

Analisis cairan pleura

[sunting | sunting sumber]

Ketika akumulasi cairan pleura diketahui, pemeriksaan sitopatologis terhadap cairan, dan juga pemeriksaan mikroskopi klinis, mikrobiologi, ilmu kimia, tumor, serta pH dan uji esoterik dibutuhkan sebagai alat diagnosa untuk menentukan penyebab akumulasi abnormal. Bahkan tampilan awal, warna, kejernihan, serta bau sangat berguna dalam diagnosa. Kehadiran gagal hati, infeksi, atau tumor dalam rongga pleura adalah penyebab utama yang bisa diketahui melalui cara ini. [4]

Tampilan awal

[sunting | sunting sumber]
  • Berwarna cokelat jerami: Bila transudatif, tak perlu analisis lebih jauh. Bila eksudatif, diperlukan studi tambahan untuk mengetahui penyebab (sitologi, kultur, dan biopsi).
  • Samar-samar, bernanah, keruh: Infeksi, empyema, pankreatitis, tumor.
  • Kemerahan/Berdarah: Tumor, cedera, infarksi paru-paru, infarksi usus, pankreatitis, trauma.
  • Putih kehijauan keruh: Artritis reumatik dengan efusi pleura.
  • Hijau kecokelatan: Penyakit empedu, perforasi perut.
  • Putih susu atau kuning berdarah: Efusi kilosa.
  • Putih susu atau hijau metalik: Efusi pseudokilosa.
  • Kental (hemoragis atau jernih): Mesotelioma.
  • Pasta anchovy (atau 'saus cokelat'): Pecahnya bagian amoebik hati.[3]

Penampakan mikroskopis

[sunting | sunting sumber]

Mikroskopi mampu menunjukkan sel-sel penghuni (mesotelium atau sel yang membengkak) dalam etiologi penyakit berbahaya. Evaluasi oleh seorang sitopatologis kemudian dilakukan dan sebuah diagnosa morfologis bisa dilaksanakan. Neutrofil banyak ditemukan di empyema pleural. Bila limfosit dan sel mesotelium jarang ditemukan, bisa disimpulkan terjadi tuberkulosis. Sel mesotelium juga berkurang dalam kasus pleuritis reumatik atau pleuritis pasca-pleurodesis. Eosinofil banyak ditemukan bila pasien baru saja melakukan operasi pleura. [5]

Bila sel tumor ditemukan, seorang patologis boleh melakukan studi lanjut termasuk imunohistokimia untuk menentukan etiologi dari tumor tersebut.

Analisis kimia

[sunting | sunting sumber]

Studi kimia yang boleh dilakukan antara lain pH, rasio serum protein cairan pleura, rasio LDH, gravitasi spesifik, tingkat kolesterol dan bilirubin. Penelitian-penelitian ini membantu menerangkan etiologi dari efusi pleura (apakah eksudatif atau transudatif). Amilase mungkin meningkat dalam efusi pleura yang berhubungan dengan perforasi lambung atau kerongkongan, pankreatitis atau tumor. Efusi pleura termasuk eksudatif atau transudatif.

Meskipun banyak uji coba tersedia, banyak efusi pleura yang tetap idiopatik. Bila terjadi tanda-tanda parah, akan banyak teknik invasif yang akan dibutuhkan. Meskipun kurangnya pengetahuan tentang penyebab efusi, perawatan mungkin dibutuhkan untuk mengurangi dispnea yang cukup mengganggu. Torakoskopi telah menjadi cara utama untuk melakukan biopsi terhadap pleura yang mengalami gangguan.

Penyakit dalam rongga pleura antara lain:

  • Pneumotoraks, kumpulan udara dalam rongga pleura.
  • Efusi pleura, kumpulan cairan dalam rongga pleura.
  • Tumor pleura, perkembangan abnormal dalam pleura.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Widmaier, Eric P.; Raff, Hershel; Strang, Kevin T. (2006). Vander's human physiology : the mechanisms of body function (edisi ke-10). Boston, Massachusetts: McGraw-Hill. ISBN 978-0072827415. 
  2. ^ Porcel, J.M.; R.W. Light (July 2008). "Pleural effusions due to pulmonary embolism". Current Opinion in Pulmonary Medicine. 14 (4): 337–42. doi:10.1097/MCP.0b013e3282fcea3c. PMID 18520269. 
  3. ^ a b c Galagan et al.
  4. ^ Shidham, Vinod B.; Atkinson, Barbara F. (2007). Cytopathologic diagnosis of serous fluids (edisi ke-1). Philadelphia, Pennsylvania: Saunders Elsevier. ISBN 978-1416001454. 
  5. ^ De Mais, Daniel.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]