Gwanghaegun dari Joseon
Gwanghaegun dari Joseon | |
Hangul | 광해군 |
---|---|
Hanja | 光海君 |
Alih Aksara | Gwanghaegun |
McCune–Reischauer | Kwanghaegun |
Nama lahir | |
Hangul | 이혼 |
Hanja | 李琿 |
Alih Aksara | I Hon |
McCune–Reischauer | I Hon |
Gwanghaegun atau Pangeran Gwanghae (1574–1641; bertahta pada tahun 1608–1623) merupakan raja ke-15 Dinasti Joseon. Nama pribadinya adalah Yi Hon. Karena ia digulingkan oleh sebuah kudeta, kemudian para sejarawan resmi tidak memberinya sebuah Nama kuil seperti Taejo atau Sejong. Ia menikahi Lady Ryu.
Kelahiran & Latar Belakang
Ia merupakan putra kedua Raja Seonjo, lahir dari Lady Gong, seorang selir. Ketika Jepang menyerang Korea untuk menyerang Kerajaan Ming, ia dilantik sebagai Putra Mahkota. Ketika raja melarikan diri ke utara ke perbatasan dengan Ming, ia memimpin sebagian perwira militer Istana dan menyusun pertahanan untuk melawan invasi Jepang. Selama dan setelah perang 7 tahun (1592–1598), ia bertindak sebagai seorang pemimpin de facto dari Dinasti Joseon, memimpin peperangan dan mengurus rekonstruksi negara setelah perang yang menghancurkan Joseon, menggantikan Raja Seonjo yang sudah tua dan lemah.
Meskipun hasil dari perang itu membawa prestise kepadanya, posisinya masih belum stabil. Ia masih memiliki seorang kakak laki-laki, Imhaegun (Pangeran Imhae, 임해군, 臨海君), yang bukan seorang yang cakap, dan seorang adik laki-laki, anak yang sah dari Ratu, Yeongchangdaegun (Pangeran Besar Yeongchang, 영창대군, 永昌大君), yang didukung oleh Fraksi Utara Kecil. Ia beruntung karena kematian mendadak dari Raja Seonjo tidak memungkinkan putera kesayangannya, Yeongchangdaegun untuk mewarisi tahta.
Kekejaman Fraksi Utara Besar
Ketika Raja Seonjo wafat, ia menunjuk Pangeran Gwanghae sebagai pewaris tahtanya yang sah, dan memerintahkan para penasehatnya untuk membuat dokumen kerajaan. Namun, Yu Yeong-gyeong dari Fraksi Utara Kecil menyembunyikan dokumen tersebut dan bersekongkol untuk mengangkat Pangeran Besar Yeongchang sebagai raja, tapi kemudian dipergoki oleh kepala Fraksi Utara Besar (북인; 大北), Jeong In-hong. Yu segera di eksekusi dan Pangeran Besar Yeongchang ditawan dan wafat pada tahun berikutnya.
Setelah insiden itu, Pangeran Gwanghae mencoba untuk membawa pejabat-pejabat dari berbagai latar belakang politik dan daerah ke Istana, namun rencananya digagalkan oleh para anggota Fraksi Utara Besar termasuk Yi Icheom dan Jeong In-hong. Kemudian Fraksi Utara Besar mulai menyingkirkan anggota fraksi politik lain dari pemerintahan, terutama Fraksi Utara Kecil. Akhirnya pada tahun 1613 Fraksi Utara Besar dapat menyentuh Pangeran Besar Yeongchang; kakeknya Kim Je-nam ditemukan telah berhianat dan di eksekusi, sementara Yeongchang di buang ke pengasingan, di mana ia kemudian dibunuh. Pada waktu yang sama Fraksi Utara Besar menekan Fraksi Utara Kecil; Pada tahun 1618 ibu Yeongchang, Ratu Inmok, dilucuti gelarnya dan dipenjarakan. Namun, Gwanghae tidak memiliki kekuatan untuk menghentikan hal tersebut meskipun ia secara resmi adalah kepala pemerintahan.
Prestasi
Meskipun reputasinya menjadi buruk pada masa akhir pemerintahannya, ia tetaplah merupakan seorang politikus berbakat dan berpijak pada kenyataan. Ia berusaha untuk mengembalikan restorasi negara dan mendukung pemulihan kembali dokumen-dokumen kerajaan. Sebagai bagian dari rekonstruksi, ia merevisi peraturan tanah dan berusaha untuk membagi-bagikannya kepada rakyat; ia juga memerintahkan pembangunan kembali Istana Changdeok dan juga beberapa istana lainnya. Ia juga bertanggung jawab atas pengenalan kembali sistem identifikasi hopae setelah tidak dipergunakan dalam periode yang lama.[1]
Dalam urusan luar negeri ia berusaha untuk mencari keseimbangan antara Kerajaan Ming dan Manchu. Karena ia menyadari kalau Joseon tidak akan mampu bersaing dengan kekuatan militer Manchu, ia berusaha untuk menjaga hubungan baik dengan Manchu, sedangkan kerajaannya masih di bawah kekuasaan raja Ming, yang membuat Ming dan rakyat Korea penganut dogma Konfusianisme marah. Tetapi hubungan Manchu - Ming memburuk sehingga memaksanya untuk mengirim sepuluh ribu tentara untuk membantu Ming pada tahun 1619. Namun, Perang Sarhū berakhir dengan kemenangan Manchu. Jenderal Korea Gang Hong-rip kehilangan dua pertiga dari pasukannya dan menyerah pada Nurhaci. Gwanghaegun bernegosiasi damai secara terpisah dengan Manchu dan berhasil menghindari perang yang lain. Ia juga memulihkan hubungan diplomatik dengan Jepang pada tahun 1609 ketika ia membuka kembali pedagangan dengan Jepang lewat Perjanjian Giyu, dan ia mengirimkan duta besar ke Jepang pada tahun 1617.
Selama masa pemerintahannya, Gwanghaegun mendukung publikasi dengan maksud untuk mempercepat rekonstruksi dan untuk memulihkan kembali kemakmuran kerajaan seperti sediakala. Banyak buku yang diterbitkan pada zaman pemerintahannya, termasuk sebuah buku obat-obatan yang terkenal bernama Dongui bogam, yang dibuat oleh Heo Jun, seorang Tabib Raja, bersama para tabib dari Naeuiwon (Rumah Sakit Kerajaan). Banyak catatan sejarah yang ditulis kembali di dalam periode ini.
Pada tahun 1616, tembakau pertama kali diperkenalkan di Korea dan segera populer di kalangan bangsawan kerajaan.
Penggulingan & Masa Akhir
Pada tahun 1623 Gwanghaegun digulingkan oleh Fraksi Barat dengan sebuah kudeta. Ia pertama-tama di asingkan di Pulau Ganghwa dan kemudian di Pulau Jeju, dimana ia wafat pada tahun 1641. Ia tidak memiliki makam kerajaan yang indah dan besar seperti para pemimpin Joseon yang lainnya. Ia dan Lady Ryu dimakamkan di Namyangju di Propinsi Gyeonggi. Fraksi Barat menempatkan Neungyanggun sebagai raja ke-16, Injo dan mengambil kebijakan-kebijakan pro-Ming dan anti-Manchu, yang membawa dua invasi Manchu.
Keluarga
- Ayah : Raja Seonjo (선조)
- Ibu : Selir Gong dari klan Kim (공빈 김씨)
- Selir-selir :
- Puteri Selir Munseong dari klan Yu (문성군부인 유씨, 1576-1623)[2][3]
- Hong So-ui (소의 홍씨)[4]
- Yoon So-ui (소의 윤씨)[5]
- Heo Suk-ui (숙의 허씨)[6]
- Won Suk-ui (숙의 원씨)[7]
- Kwon Suk-ui (숙의 권씨)[8]
- Im So-yong (소용 임씨)[9]
- Jeong So-yong (소용 정씨)
- Sin Suk-won (소원 신씨)[10]
- Sim Suk-won (소원 심씨)
- Palace Lady Lady Jo (궁인 조씨)
- Lady Lee (상궁 이씨)
- Suk-won Kim Gae-si (숙원 김씨)[11][12]
- Lady Choi (상궁 최씨)
- Keturunan :
- Pangeran Pewaris yang diasingkan (폐세자), Putra Tunggal Puteri Selir Munseong dari klan Yu.
- Seorang Puteri (1619-1664) dari Yoon So-ui.
Nama Lengkap Anumertanya
- Raja Checheon Heungun Jundeok Honggong Sinseong Yeongsuk Heummun Inmu Seoryun Ipgi Myungseong Gwangryeol Yungbong Hyeonbo mujeong Jungheui Yecheol Jangeui Jangheon Sunjeong Geoneui Sujeong Changdo Sungeop yang Agung Korea
- 체천흥운준덕홍공신성영숙흠문인무서륜입기명성광렬융봉현보무정중희예철장의장헌순정건의수정창도숭업대왕
- 體天興運俊德弘功神聖英肅欽文仁武敍倫立紀明誠光烈隆奉顯保懋定重熙睿哲壯毅章憲順靖建義守正彰道崇業大王
Warisan
Meskipun Gwanghaegun adalah salah satu dari dua raja yang digulingkan yang tidak dipulihkan kembali dan diberikan nama kuil (Seorang lainnya adalah Yeonsangun, seorang tiran yang berkontribusi besar atas penurunan negara), banyak orang menganggapnya sebagai korban permusuhan antara fraksi-fraksi politik. Ia melakukan tugas yang lebih baik dalam mengurus negaranya daripada para pendahulunya, atau pewaris tahtanya, Raja Injo, yang mengakibatkan invasi Perang 7 Tahun dan Manchu. Di zaman modern Korea Selatan, Gwanghaegun dianggap seorang raja yang hebat dan bijaksana, bukan seorang raja yang lalim.
Referensi
- ^ Rutt, Richard (1999). Korea: A Historical and Cultural Dictionary. United Kingdom: Routledge. ISBN 0700704639. (p252)
- ^ After her husband's deposition, she was known as "Deposed Queen Yu" (폐비 유씨).
- ^ Her posthumous name refers her as "Queen Hyejang" (혜장왕후).
- ^ Daughter of Hong Mae
- ^ Daughter of Yoon Hong-eop
- ^ Daughter of Heo Gyeong
- ^ Daughter of Won Soo-sin
- ^ Daughter of Kwon Yeo-gyeong
- ^ Daughter of Im Mong-jeong
- ^ Daughter of Sin Geum-gyeong
- ^ She is said to be his father's concubine.
- ^ Afterwards known as "Deposed Kim Suk-won" (폐숙원 김씨).
Lihat pula
Gelar kebangsawanan | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Seonjo |
Daftar Penguasa Korea (Dinasti Joseon) 1608–1623 |
Diteruskan oleh: Injo |