Poernomo Kasidi
Poernomo Kasidi | |
---|---|
[[Wali Kota Surabaya]] 18 | |
Masa jabatan 1984 – 1994 | |
Presiden | Soeharto |
Gubernur | Wahono Soelarso Basofi Sudirman |
[[Wakil Wali Kota Surabaya|Wakil]] | Soenarjo Istijono Soenarto |
Pendahulu Moehadji Widjaja | |
Informasi pribadi | |
Lahir | Batavia, Hindia Belanda | 22 September 1933
Meninggal | Surabaya, Indonesia |
Kebangsaan | Indonesia |
Almamater | Universitas Gadjah Mada |
Profesi | Dokter Tentara |
Sunting kotak info • L • B |
Kolonel TNI (Purn.) dr. H. Poernomo Kasidi (EYD : Purnomo Kasidi) adalah Wali Kota Surabaya yang menjabat pada periode 1984-1994.
Latar belakang
Meski lahir di Jakarta, Poernomo sangat layak disebut orang Surabaya. Dalam kapasitasnya sebagai wali kkota selama dua periode secara berurutan, statusnya sebagai warga Surabaya, tak dapat dielakkan. Setelah tak menjabat sebagai wali kota, ia tetap tinggal di Surabaya sampai akhir hayatnya.
Sebagai dokter umum TNI Angkatan Darat, Poernomo harus menghabiskan hidupnya dengan berpindah-pindah tempat tinggal. Tugas pertamanya adalah di Malang, kemudian pindah ke Bangka, Kediri, kembali ke Malang, lalu berpindah ke Denpasar. Poernomo juga pernah ditugaskan saat peristiwa Dwikora. Poernomo juga sempat ditugaskan Angkatan Darat untuk mendampingi Presiden Soekarno di Istana Bogor. Ia kemudian pindah lagi ke Kalimantan, Sulawesi Selatan, dan Timor Timur. Ketika bertugas di Timor Timur, Poernomo Kasidi sempat menolong menantu Presiden Soeharto, Prabowo Subianto, yang juga seorang perwira tinggi Angkatan Darat. Sejak itulah Poernomo menjalin hubungan pertemanan yang cukup dekat dengan Prabowo Subianto. Prabowo bahkan dikabarkan secara diam-diam sering mengunjungi Poernomo Kasidi di kediamannya.
Karier politik
Wali Kota Surabaya
Ketika menjadi wali kota Surabaya, Poernomo Kasidi dikenal sangat peduli dengan masalah sampah dan kebersihan kota. Ia sering mendatangi setiap kampung yang ada di Surabaya untuk memeriksa saluran (got), sehingga kemudian Poernomo juga dijuluki sebagai Wali Kota Got.
Selain itu Poernomo berusaha untuk menata kampung-kampung yang ada di Surabaya menjadi lebih indah, bersih dan hijau. Pada masa pemerintahannya banyak kampung yang jalannya diberi paving dan di sisi kiri dan kanan jalan dibangun saluran air yang ditutup dengan semen. Di atas saluran diletakan pot yang berisi berbagai tanaman untuk penghijauan kampung.
Karena kepeduliannya terhadap masalah kebersihan kota, Surabaya berhasil meraih beberapa kali penghargaan adipura dan adipura kencana secara berturut-turut antara kurun 1984 hingga 1994.
Untuk mengakomodasi penduduk kalangan bawah, ia juga membangun beberapa rumah susun dengan harga yang sangat murah dan terjangkau.
Poernomo Kasidi juga memperhatikan penataan kota secara terencana dan konseptual. Beberapa di antaranya adalah dengan cara mengamankan kawasan Surabaya Barat untuk pembangunan kota mandiri dan kawasan Surabaya Timur sebagai kota marina yang berisi pemukiman modern lengkap dengan segala fasilitasnya. Di kedua kawasan ini, Poernomo memberikan izin tanah seluas ribuan hektar kepada para pengembang properti besar.
Pada saat ini di kedua kawasan ini terlihat banyak terdapat rumah mewah dengan arsitektur modern dan lingkungan yang tertata rapi layaknya di negara-negara maju. Hal ini merupakan buah pemikiran Poernomo ketika menjabat sebagai wali kota Surabaya. Salah satu ciri khas dari kawasan perumahan itu adalah tidak ada kabel yang berseliweran di udara. Semua kabel listrik maupun telepon berada di bawah tanah.
Dari hasil buah pemikiran Poernomo Kasidi dan banyaknya pengembang besar yang telah melaksanakan proyeknya, kawasan Surabaya Barat dan Surabaya Timur yang pada tahun 1960 dan 1970-an dikenal sebagai daerah mati dan tidak berkembang, kini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Selain perumahan mewah, di kedua kawasan ini kini telah terbentang sejumlah padang golf bertaraf internasional yang luas sehingga membuat kawasan menjadi hijau. Selain itu kedua kawasan ini telah dilengkapi sejumlah mal besar, taman air (waterpark), Universitas, dan Sekolah Internasional.
Dalam era Poernomo, Surabaya juga sedang mengalami booming pembangunan plaza dan gedung perkantoran. Bahkan untuk mewadahi minat investor, pemerintah kota menciptakan tujuh kawasan CBD (Central Business District), di antaranya adalah CBD Mayjen Sungkono yang merupakan jalan akses menuju kawasan Surabaya Barat dan beberapa kawasan CBD lainnya.
Selain itu, ia juga merencanakan beberapa proyek besar seperti pembelian incinerator untuk membakar sampah kota, pembangunan Surabaya Sport Center (termasuk Gelora Bung Tomo), dan Jembatan Suramadu.[1]
Referensi
Didahului oleh: Moehadji Widjaja |
Wali Kota Surabaya 1984 - 1994 |
Diteruskan oleh: Soenarto Soemoprawiro |