Lompat ke isi

Food combining

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 11 November 2015 12.01 oleh Bthohar (bicara | kontrib)

Food combining adalah istilah untuk pendekatan gizi yang menganjurkan kombinasi spesifik makanan sebagai pusat kesehatan yang baik (seperti tidak mencampur makanan kaya karbohidrat dan makanan kaya protein dalam makanan yang sama).

Pola makan yang berasal dari bangsa Esseni (di palestina 2000 tahun silam) ini sering dipandang sekadar untuk keperluan menurunkan berat badan. Sebenarnya urusan berat badan cuma satu turunan sja dari food combining yang sejatinya adalah untuk mencapai tubuh yang sehat. Begitu tubuh sehat, maka tubuh akan mencari berat badannya yang ideal.[1]

Food combining mengupayakan hemeostatis, kondisi ideal tubuh di mana seluruh fungsi berjalan sempurna. Salah satu indikatornya adalah tercapainya keseimbangan antara nilai asam dan basa tubuh atau kondisi pH netral (7,35-7,45). Keseimbangan ini penting sebab kondisi tubuh yang cenderung asam merupakan awal rusaknya orang tubuh dan datangnya berbagai penyakit.[1]

Asal usul

Food Combining merupakan pola makan sehat tertua di dunia, dipraktikkan oleh Bangsa Esseni di Palestina yang mengikuti ajaran Taurat yang masih murni. Mereka tidak menggabungkan roti dan daging pada waktu yang bersamaan, juga susu dan daging; tidak makan darah, bangkai, daging babi, ikan tanpa sirip atau insang dan binatang melata, serta tidak makan berlebihan. Dewasa ini pola makan dengan metode food combining kembali dipopulerkan di Jerman sekitar tahun 1800-an, dan sejak itu menyusul di Eropa, Amerika dan Australia.[2]

Metode

Konsep food combining mengacu pada fakta bahwa setiap kelompok makanan memiliki waktu cerna dan serap yang berbeda-beda. Jus dicerna selama 15-20 menit, buah segar dicerna selama 30-40 menit, sayuran selama 30-40 menit, karbohidrat 90 menit, kacang-kacangan 2,5 hingga 3 jam, sedangkan protein hewani dicerna dari 30 menit (telur) hingga 3-4 jam (sapi).[3]

Setiap kelompok makanan yang akan dicerna memerlukan enzim cerna yang berbeda-beda. Beberapa kelompok makanan memerlukan zat asam sedangkan lainnya membutuhkan zat alkali. Jika mengonsumsi makanan dalam satu kelompok, penyerapan nutrisi akan jauh lebih efektif dan tidak akan menimbulkan masalah pencernaan. Sebaliknya, ketika makanan yang tidak satu kelompok dikonsumsi bersamaan, alkali dan asam bertemu sehingga menetralisir satu sama lain dan akhirnya menghambat pencernaan. Oleh karenanya, diet food combining tidak menyarankan orang-orang untuk menyantap nasi, lauk pauk, sayuran, dan buah sekaligus dalam 1 jam makan.[3]

Rujukan

  1. ^ a b Majalah Intisari. September 2015. Sembuh Berkat Mengatur Pola Makan. Halaman 23-24.
  2. ^ Rujukan kosong (bantuan) 
  3. ^ a b Rujukan kosong (bantuan) 

Lihat juga

Pranala luar