Gajah Manyusu
Rumah Gajah Manyusu adalah nama kolektif untuk semua bentuk-bentuk rumah tradisional suku Banjar dengan ciri khasnya pada bangunan induknya menggunakan atap perisai buntung.
Rumah ini mempunyai ciri pada bentuk atap limas dengan hidung bapicik (atap mansart) pada bagian depannya. Anjung mempunyai atap Pisang Sasikat, sedang surambinya beratap Sindang Langit. (Tim Depdikbud, Rumah Adat Banjar dan Ragam Hiasnya, Proyek Rehabilitasi dan Perlusan Museum Kalsel, Depdikbud, 1977/1978).
Namun pada kesempatan lain, Tim Museum dan Purbakala Depdikbud Kalsel berbeda pendapat, mereka menyebutkan bahwa Rumah Gajah Manyusu : " Bentuk sampai dengan anjung sama dengan Gajah Baliku. Yang berbeda adalah adalah bagian padu. Panampik padu diberi dua buah Ambin Sayup yang bentuknya lebih kecil dari anjung dan lebih rendah letaknya".
Ciri-ciri Rumah Gajah Manyusu :
- Pada mulanya tubuh bangunan induk rumah adat Gajah Manyusu ini memiliki konstruksi berbentuk segi empat yang memanjang dari depan ke belakang yang ditutupi pada bagian depannya dengan menggunakan atap perisai buntung yang dalam bahasa Banjar disebut Atap Hidung Bapicik. Atap perisai buntung ini menutupi mulai ruang Surambi Pamedangan hingga ruang-ruang yang ada di belakangnya.[1] Bentuk bangunan pokok ini biasa dinamakan Rumah Hidung Bapicik.
- Dalam perkembangannya kemudian Rumah Hidung Bapicik yang berbentuk segi empat panjang tersebut mendapat tambahan ruangan hanya pada salah satu sisi bangunan pada samping kiri atau kanan bangunan ataupun bisa juga pada kedua-duanya baik sisi kiri maupun kanan secara simetris dan posisinya agak ke belakang. Kedua ruangan ini berukuran sama panjang. Penambahan ini dalam bahasa Banjar disebut disumbi. Ruang tambahan ini disebut anjung. Bentuk inilah yang dinamakan Rumah Gajah Manyusu. Rumah Gajah Manyusu yang memiliki dua buah anjung secara simetris ini dinamakan Rumah Gajah Manyusu Ba'anjung Dua. Pada tipe pertama pada kedua-dua buah anjung tersebut ditutup dengan atap sengkuap Pisang Sasikat sehingga dinamakan Rumah Gajah Manyusu Ba'anjung Pisang Sasikat. Dalam perkembangannya selanjutnya di belakang Anjung Kanan dan Anjung Kiwa yang beratap sengkuap Pisang Sasikat ini selanjutnya disumbi (disambung) dengan atap jurai luar (jurai laki) sehingga ruangan tambahan ini dinamakan Anjung Jurai Kanan dan Anjung Jurai Kiwa. Sedangkan pada tipe kedua pada kedua-dua buah anjung tersebut ditutup dengan atap perisai sehingga ruang tersebut menjadi model anjung Ambin Sayup maka dinamakan Rumah Gajah Manyusu Ba'anjung Ambin Sayup.[2][3]
- Alternatif Pengembangan bentuk Rumah Gajah Manyusu Ba'anjung Dua lebih lanjut dengan menyambung atap sengkuap emper depan Sindang Langit dengan tambahan atap emper samping kanan maupun kiri bangunan hingga anjung kanan dan atap anjung kiwa disertai penambahan tiang-tiang empernya seperti pada model Rumah Balai laki, Rumah Balai Bini dan Rumah Palimbangan.
- Pada bentuk dasar rumah Gajah Manyusu pada terasnya terdapat 4 buah pilar yang menyangga emper depan (bahasa Banjar : karbil) yang memakai model atap sengkuap yang disebut atap Sindang Langit. Empat pilar penyangga emper depan (karbil) pada teras tersebut dapat diganti model konsol.
- Pada Tawing Hadapan terdapat tangga naik yang disebut Tangga Hadapan dengan posisi lurus ke depan.
Ruang
Ruangan yang berturut-turut dari depan ke belakang:
- Surambi Sambutan merupakan ruang terbuka/teras rumah.
- Palatar atau Pamedangan merupakan ruang setengah terbuka/serambi atas.
- Paluaran merupakan Ruang Tamu.
- Palidangan yang dinamakan Ambin Dalam diapit oleh Anjung Kanan dan Anjung Kiwa.
- Padapuran/Padu merupakan ruang Pantry.
Rujukan
- Tim Depdikbud, Rumah Adat Banjar dan Ragam Hiasnya, Proyek Rehabilitasi dan Perlusan Museum Kalsel, Depdikbud, 1977/1978.
- Azan, Seminar Tata Ruang dan Karakteristik Rumah Tradisional Suku Banjar di Kalimantan Selatan, Universitas Diponegoro, Juni 1994.
Galeri
-
Atap Gajah Manyusu yang diterapkan pada kanopi depan terdapat di Kelurahan Kelayan Luar
-
Rektorat Unlam dengan versi modern