Kiyangkongrejo, Kutoarjo, Purworejo
artikel ini perlu dirapikan agar memenuhi standar Wikipedia. |
Artikel ini perlu diwikifikasi agar memenuhi standar kualitas Wikipedia. Anda dapat memberikan bantuan berupa penambahan pranala dalam, atau dengan merapikan tata letak dari artikel ini.
Untuk keterangan lebih lanjut, klik [tampil] di bagian kanan.
|
Kiyangkongrejo | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Tengah | ||||
Kabupaten | Purworejo | ||||
Kecamatan | Kutoarjo | ||||
Kode pos | 54251 | ||||
Kode Kemendagri | 33.06.09.2003 | ||||
Luas | - | ||||
Jumlah penduduk | -1000 jiwa | ||||
Kepadatan | - | ||||
|
Kiyangkongrejo adalah desa di kecamatan Kutoarjo, Purworejo, Jawa Tengah, Indonesia. Terletak sekitar 5 kilometer dari Kota Kutoarjo, untuk menempuh desa ini cukuplah mudah karena dilalui jalan beraspal cukup bagus dan dilalui kendaraan umum jalur Kutoarjo-Ketawang. Jalur ini menghubungkan Kota Kutoarjo ke Pantai Ketawang yang cukup besar ombaknya.
Konon kabarnya desa ini didirikan oleh seorang ulama Tionghoa, Ki Angkong, yang akhirnya menjadi sebutan desa tersebut. Beberapa artifak seperti bekas makam tionghoa, batu bertuliskan huruf tionghoa, dan script bahasa jawa kuno pernah ditemukan di desa ini. Sayang tidak ada perhatian terhadap artifak tersebut sehingga beberapa hilang dan rusak. Temuan terakhir sekitar tahun 1988, adalah sebuah batu pipih dengan dua dudukkan.
Dari zaman dulu desa ini memang menjadi pusat kegiatan Islam diantaranya telah berdiri 2 pondok pesantren alkholash sampai tahun 2007, desa ini mempunyai 3 masjid besar untuk menunjang kegiatan peribadatan.
Sekitar tahun 1980 di desa ini pernah diadakan eksplorasi minyak, tempat pengeborannya persis di samping sekolah SDN Kiyangongrejo.
Sebagian besar pencaharian penduduk adalah bertani, disusul usaha perdagangan. Pada umumnya petani di desa ini tidak menanam tanaman lain (kacang kedelai, jagung) setelah panen padi. Pengolahan sawah pada umumnya sudah menggunakan mesin traktor, pada zaman dulunya masih memakai bajak kerbau yang biasa disebut waluku atau wluku.
Secara geografis desa Kiyangkongrejo terbagi menjadi 3 dusun:
- 'Kiyangkongrejo Lor (bagian utara)suliwa'
- Kiyangkongrejo Kidul (bagian selatan)
- Kiyangkongrejo Wetan (bagian timur)
Untuk Kiyangkongrejo Wetan masih terbagi lagi menjadi 2 sub dusun:
- Njebor yaitu Kiyangkongrejo Wetan bagian selatan
- Kedung Sumur yaitu Kiyangkongrejo Wetan bagian utara
Pemisahan dusun tersebut berdasarkan letak jalan raya yang kebetulan membagi desa menjadi 3 bagian. Pemisahan tersebut hanya untuk memudahkan penyebutan area saja, secara administratif semua urusan kepemerintahan terpusat pada Kepala Desa.
Warga di Kiyangkongrejo Kidul dulunya mempunyai kekhasan yaitu suka memelihara ternak kerbau. Kerbau-kerbau ini selalu dimandikan di sungai yang mengalir ditepian jalur jalan raya Kutoarjo-Ketawang, pada tempat khusus yang disebut guyangan. Saat ini guyangan ini sudah tidak ada sejalan dengan rehabilitasi sungai. Guyangan ini letaknya tepat di jalan yang menuju Njebor.
Pada zaman dulunya Kiyangkongrejo Wetan ini ada sub dusun yang disebut Mutihan. Pusat wilayah Mutihan pada zaman dulu, bila dilihat pada saat ini adalah disekitar Masjid Al-Ikhlas yang dulunya masjid tersebut biasa dikenal Masjid Mutihan. Masjid Mutihan sendiri adalah masjid tua yang pemugarannya dimulai bulan Mei 2007.
Kiyangongrejo Wetan tidak terdapat pondok pesantren, namun demikian pada zaman dulunya terdapat langgar (surau) yang dikelola oleh Alm Mbah Pur. Keistimewaan langgarnya adalah pada tempat wudlu, dimana tempat wudlunya adalah sebuah kolam kecil. Alm Mbah Pur inilah yang mempunyai script bahasa jawa kuno dan batu bertuliskan huruf tionghoa. Letak batu bertuliskan huruf tionghoa ini ditaruh di sumur belakang, yang biasa dipakai untuk landasan wudlu dari padasan. Padasan sendiri adalah semacam tangki air berbentuk seperti teko besar.
Kiyangkongrejo Wetan berbatasan langsung dengan Kecamatan Bayan, batasan yang dipakai adalah sebuah sungai yang melewati kedua daerah tersebut.
Adat yang berlaku di desa ini tidak ada yang khusus, mengikuti budaya Jawa pada umumnya. Acara tahunan yang biasa diadakan adalah agustusan.
Pada bulan Syaban pada tanggal 21 Syaban diadakan acara di masjid, acaranya berupa doa bersama untuk persiapan memasuki bulan Ramadhan (bulan puasa). Uniknya disini masing-masing warga membawa tumpeng yang nanti saling tukar untuk dibawa pulang lagi.
Bentuk rumah pada umumnya adalah Limasan dan Joglo. Uniknya rumah di desa Kiyangkongrejo rata-rata menghadap ke selatan atau tepatnya menghadap ke arah laut. Rumah tua yang pernah berdiri sampai tahun 2007 tercatat dibangun pada tahun 1919. Rumah ini bertuliskan huruf Jawa yang kalau dibaca berbunyi Ruwah Wawu yang artinya adalah bulan Ruwah tahun Wawu. Wawu sendiri menunjukkan 1919. Pada saat gempa yang melanda Yogyakarta dan daerah pantai selatan Jawa pada 25 Mei 2006, rumah tersebut tidak mengalami retak sama sekali. Pada saat dipugar rumah tua ini diketahui secara struktur tidak mempunyai tulang beton hanya berupa susunan batu bata merah yang saling menyilang.
Jangkaun telekomunikasi untuk semua operator selular di Indonesia penerimaannya cukup baik di area desa ini. Demikian juga untuk penerimaan sinyal televisi, secara umum cukup baik kualitasnya.
Pranala luar
7°45′41″S 109°54′34″E / 7.761279000000001°S 109.90941°E
agung suliwa