Deklarasi Bersama Paus Fransiskus dan Patriark Kirill
Deklarasi Bersama Paus Fransiskus dan Patriark Kirill, dikenal juga dengan nama Deklarasi Havana, dikeluarkan setelah pertemuan pertama antara Paus Fransiskus, paus Gereja Katolik Roma, dan Patriark Kirill dari Moskwa, primat Gereja Ortodoks Rusia (GOR)—bagian dari Gereja Ortodoks Timur—pada bulan Februari 2016. Peristiwa tersebut merupakan pertama kalinya pemimpin dari kedua gereja bertemu, suatu momen simbolik yang melanjutkan proses selama ratusan tahun untuk mendekatkan hubungan antara Gereja Katolik dan Ortodoks Timur yang terpecah pada Skisma Besar tahun 1054.[1]
Deklarasi yang berisikan 30 poin ini berisi suatu seruan bersama oleh kedua primat gereja tersebut demi berakhirnya penganiayaan terhadap umat Kristen di Timur Tengah serta peperangan di wilayah tersebut. Deklarasi ini juga mengekspresikan harapan-harapan mereka bahwa pertemuan yang mereka laksanakan mungkin berkontribusi terhadap kembalinya persatuan Kristen secara penuh (lih. komuni penuh) antara dua gereja tersebut. Serangkaian masalah lainnya disebutkan dalam deklarasi tersebut, yakni ateisme, sekularisme, konsumerisme, migran dan pengungsi, arti penting pernikahan dan keluarga, serta keprihatinan seputar aborsi dan eutanasia.[2] Menurut pejabat senior GOR, dokumen ini tidak membahas satu pun perbedaan gerejawi dan doktrinal di antara kedua gereja;[3][4][5] namun berisikan suatu pernyataan kompromi mengenai uniatisme, sejalan dengan deklarasi Balamand,[6] serta konflik di Ukraina. Gereja Katolik-Yunani Ukraina dan Gereja Ortodoks Ukraina (Patriarkat Kiev) mengkritik isu yang terakhir disebutkan ini.[7][8][9]
Latar belakang
Skisma Besar pada tahun 1054 membagi Kekristenan antara Timur Yunani dan Barat Latin, yaitu antara Gereja Katolik Roma yang dipimpin oleh Paus di Roma, dan Gereja Ortodoks Timur yang dipimpin oleh Patriark Konstantinopel.[10] Berbagai upaya telah dilakukan sepanjang berabad-abad kemudian untuk menyembuhkan keretakan tersebut, seperti Konsili Lyon Kedua pada tahun 1274 dan Konsili Florence pada tahun 1439, namun semua ini mengalami kegagalan. Upaya-upaya terbaru untuk mendekatkan hubungan antara kedua gereja meliputi Deklarasi Bersama Katolik-Ortodoks tahun 1965 setelah pertemuan pada tahun 1964 antara Paus Paulus VI dan Patriark Ekumenis Athenagoras I dari Konstantinopel di Yerusalem.[11] Setelah pertemuan dan deklarasi tersebut, sejumlah pertemuan, kunjungan dan acara simbolik telah diadakan dengan melibatkan para pemimpin Katolik dan Ortodoks (yang meliputi kunjungan-kunjungan yang dilakukan oleh Paus Yohanes Paulus II, juga secara khusus antara beberapa paus dan Bartolomeus I dari Konstantinopel), namun belum pernah ada pertemuan antara seorang paus dan seorang pemimpin Gereja Ortodoks Rusia.[11] Pertama kali seorang paus mengunjungi sebuah negara mayoritas Ortodoks Timur adalah pada tahun 1999 ketika Paus Yohanes Paulus II mengunjungi Rumania.[12]
Dalam persekutuan gereja-gereja lokal (nasional) otosefalus (independen secara administratif) di Ortodoksi, Patriark Ekumenis Konstantinopel—berbasis di kota yang sekarang menjadi Istanbul—diakui sebagai uskup dengan status primus inter pares, kendati tidak memiliki kekuasaan adminstratif secara langsung atas gereja Ortodoks Lainnya.[11] Gereja Ortodoks Rusia (Patriarkat Moskwa/Moskow) yang mendapatkan status otosefalus mendekati akhir abad ke-16 dianggap sebagai denominasi terbesar di antara gereja-gereja Ortodoks lokal; gereja ini memiliki hubungan dekat dengan negara Rusia, karenanya memiliki suatu makna geopolitik dalam suatu pertemuan antara Patriarknya dengan seorang paus. Sifat Ortodoksi yang desentralistik berarti bahwa pertemuan semacam ini tidak dapat memiliki makna secara langsung terhadap isu-isu pan-Ortodoks. Dua minggu sebelumnya para pemimpin gereja Ortodoks, termasuk Patriark Kirill, telah bertemu di Chambésy, Swiss, untuk membuat persiapan-persiapan akhir menjelang Konsili Pan–Orthodox yang dijadwalkan ulang ke bulan Juni 2016.[13]
Sebelumnya telah ada berbagai upaya untuk mengatur suatu pertemuan antara seorang paus dan seorang patriark Rusia, namun upaya-upaya ini gagal. Ketegangan meningkat antara kedua gereja setelah jatuhnya Komunisme ketika kedua gereja berupaya untuk memulihkan hubungan.[14] Berbagai negosiasi telah dilangsungkan pada tahun 1990-an demi suatu pertemuan yang memungkinkan antara Patriark Alexy II dari Moskwa dan Paus Yohanes Paulus II.[15] Menurut Biro Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Tenaga Kerja Amerika Serikat, kedua gereja membentuk sebuah kelompok kerja bersama yang bertemu pada bulan Mei dan September 2004 untuk membahas berbagai keprihatinan tertentu. Perwakilan kedua gereja melaporkan bahwa kelompok kerja tersebut berkontribusi terhadap suatu perbaikan suasana. Dalam suatu isyarat rekonsiliasi pada bulan Agustus 2004, Paus Yohanes Paulus II menyajikan sebuah salinan ikon Bunda Maria dari Kazan dari abad ke-18 kepada Patriark Alexy II.[16][a] Pada bulan Mei 2005 Metropolit Kirill bertemu dengan Paus Benediktus XVI di Vatikan, dan mereka menegaskan komitmen mereka untuk bekerja sama secara kooperatif.[16][17] Kemungkinan adanya suatu pertemuan antara Patriark Kirill (setelah terpilih sebagai patriark pada tahun 2009) dengan Paus Benediktus XVI telah dijajaki sebelum pengunduran diri Paus Benediktus pada bulan Maret 2013; mereka bertemu di Roma pada tahun 2006 ketika Kirill menjabat sebagai ketua Departemen Hubungan Eksternal Gereja untuk Patriarkat Moskwa.[14][b]
Pertemuan di Havana
Dua tahun perencanaan secara diam-diam dan berbulan-bulan negosiasi terperinci telah dilakukan untuk mengatur pertemuan antara Paus Fransiskus dan Patriark Kirill.[11][20] Sang paus telah menyatakan kesediaannya untuk bertemu sang patriark, katanya pada bulan November 2014: "Saya akan pergi kemana pun Anda inginkan. Anda hubungi saya dan saya akan pergi."[21] Persetujuan dari sisi Ortodoks Rusia dipandang rumit karena hubungan dekat gereja tersebut dengan negara Rusia dan ketegangan internasional akibat intervensi Rusia di Krimea dan Ukraina.[11] Pengumuman menjelang pertemuan dari pihak Patriarkat Moskwa menyatakan bahwa mereka telah sepakat untuk "mengesampingkan perbedaan-perbedaan pendapat internal" agar dapat berfokus pada keadaan umat Kristen yang mengalami penganiayaan.[11] Kuba, sebuah lokasi yang signifikan bagi kedua belah pihak, menyediakan persyaratan yang diperlukan demi sebuah tempat pertemuan netral karena baik Roma ataupun Moskwa dianggap bukan lokasi yang tepat.[1] Pertemuan ini, yang dimungkinkan oleh waktu kunjungan para pemimpin kedua belah pihak ke wilayah tersebut, diumumkan seminggu sebelumnya pada tanggal 5 Februari 2016.[11]
Pertemuan mereka berlangsung pada tanggal 12 Februari 2016 di sebuah ruang VIP di Bandar Udara Internasional José Martí dekat Havana, Kuba. Paus Fransiskus tiba pada pukul 2 siang waktu setempat, lalu kedua pemimpin saling memeluk dan mencium.[20] Suatu pertemuan tertutup selama 2 jam dilanjutkan dengan penandatanganan deklarasi bersama mereka, yang mana telah dipersiapkan sebelumnya. Patriark Kiril berada di Havana dalam rangka kunjungan resminya sebagai bagian dari kunjungannya di wilayah tersebut, termasuk kunjungan ke Brasil dan Paraguay. Pesawat Paus Fransiskus singgah di bandara tersebut sebelum kunjungannya ke Meksiko.[1]
Para pejabat Kuba yang menghadiri acara tersebut misalnya Presiden Raúl Castro, Kardinal Jaime Lucas Ortega y Alamino (Uskup Agung Keuskupan Agung Katolik Roma San Cristóbal de la Habana) dan Uskup Agung Dionisio García Ibáñez (dari Keuskupan Agung Katolik Roma Santiago de Cuba).[18] Pertemuan itu sendiri digelar di sebuah ruang tertutup, dihadiri para penerjemah dan asisten kedua pemimpin tersebut serta Kardinal Kurt Koch, Ketua Dewan Kepausan untuk Memajukan Persatuan Kristiani, dan Metropolit Hilarion Alfeyev, Ketua Departemen Hubungan Eksternal Gereja untuk Patriarkat Moskwa.[18]
Pada akhir pertemuan ada tukar-menukar hadiah.[22] Paus Fransiskus memberikan Patriak Kirill sebuah cawan serta sebuah relikuari (tempat penyimpanan relikui) dari Santo Kirilos (turunan nama dari bahasa Yunani; atau "Sirilus", turunannya dari bahasa Latin; atau "Kirill" dalam bahasa Rusia) yang hidup pada abad ke-9 dan dimakamkan di Roma. Patriark Kirill memberikan Paus Fransiskus sebuah salinan ikon Bunda Maria dari Kazan.[a] Hadiah lain yang dipertukarkan adalah Kebebasan dan Tanggung Jawab, sebuah buku karya Patriark Kirill, dalam terjemahan berbahasa Spanyol dan ensiklik Paus Fransiskus Laudato si' (2015) dalam terjemahan berbahasa Rusia.[22]
Deklarasi bersama
Deklarasi bersama ini dipublikasikan oleh Vatikan dalam bahasa Italia, Rusia, Inggris, Jerman, Perancis, Spanyol, Portugis, dan Arab.[2] Gereja Ortodoks Rusia mempublikasikannya dalam bahasa Rusia, Inggris, Italia, Perancis, Spanyol, dan Ukraina.[23] Deklarasi ini mencakup beragam topik yang termuat dalam 30 bagian bernomor.[2]
Bagian pertama Deklarasi Bersama menyatakan terima kasih atas pertemuan "yang pertama dalam sejarah" ini dan menyebut para pemimpinnya sebagai "saudara-saudara dalam iman Kristiani".[2] Bagian 2 dan 3 menyebut tempat pertemuan mereka di Kuba sebagai "persimpangan dari Utara dan Selatan, Timur dan Barat", serta mengungkapkan kegembiraan atas pertumbuhan Kekristenan di Amerika Latin.[2] Bagian 4-6 mengungkapkan pandangan mereka tentang tradisi spiritual bersama mereka ("milenium pertama Kekristenan") dan harapan mereka bahwa pertemuan mereka "dapat berkontribusi terhadap pembentukan kembali persatuan ini sebagaimana dikehendaki oleh Allah".[2]
Bagian 7–21 menyinggung "tantangan-tantangan dalam dunia masa kini".[2] Isu-isu yang diangkat termasuk penganiayaan terhadap orang Kristen di Timur Tengah dan Afrika Utara; dampak perang saudara, kekerasan teroris dan kekacauan; eksodus umat Kristen dari Suriah dan Irak; serta penderitaan yang dialami oleh umat dari tradisi keagamaan lain.[2] Deklarasi ini dilanjutkan dengan membahas pembaharuan iman Kristen di Rusia dan Eropa Timur serta "mematahkan rantai ateisme militan", kebangkitan sekularisme, konsumerisme, ketidaksetaraan, para migran dan pengungsi, juga posisi Kekristenan dalam proses integrasi Eropa.[2] Bagian-bagian selanjutnya menekankan pentingnya keluarga, perkawinan, dan keprihatinan mereka terkait aborsi, eutanasia, dan "teknologi reproduksi biomedis".[2]
Isu-isu seputar skisma dalam komunitas Ortodoks di Ukraina dan situasi politik di Ukraina diangkat dalam bagian 25–27.
Bagian-bagian penutupnya menghimbau umat Katolik dan Ortodoks untuk "bekerja sama sebagai saudara dalam mewartakan Kabar Baik keselamatan" dan "memberikan kesaksian bersama akan Roh Kebenaran dalam masa-masa sulit".[2]
Deklarasi ini diakhiri dengan suatu doa dengan perantaraan Maria, yang mana disebut dengan nama "Blessed Virgin Mary" ("Perawan Maria yang Terberkati", atau "Santa Perawan Maria") serta "Bunda Suci Allah".[2]
Komentar dan tanggapan
Pertemuan ini ditanggapi oleh para komentator media berita, yang mana kebanyakan tidak mengetahui fakta-fakta penting terkait sejarah Kekristenan di Rusia dan cenderung mengarah pada sensasionalisme,[24][c] dengan penggunaan sebutan "bersejarah", "sangat simbolis",[20] dan "pertemuan milenium ini".[1][6] Para analis juga berpendapat bahwa pertemuan ini memiliki suatu dimensi geopolitik, menjadi semacam persaingan di kalangan para pemimpin Ortodoks, ketegangan yang telah berlangsung lama di dalam Ortodoksi Ukraina, dan mengenai penegasan pengaruh Rusia oleh Presiden Rusia Vladimir Putin di panggung dunia yang mana dilatarbelakangi oleh tindakan-tindakannya di Suriah dan Ukraina.[10][20] Secara keseluruhan, pertemuan ini "diperkirakan tidak akan menyebabkan pemulihan hubungan seketika antara Gereja Timur dan Barat".[1]
Patriark Kirill menghadapi kritikan karena kebijakan-kebijakannya telah membawa Gereja Ortodoks Rusia menjadi lebih dekat dengan negara Rusia. Dalam pemilihan presiden Rusia pada tahun 2012 ia mendukung Vladimir Putin, menyamakan jabatan presiden Putin dengan "suatu keajaiban dari Allah".[26][27] Yury Avvakumov, asisten profesor teologi di Universitas Notre Dame, menggambarkan Patriarkat Moskwa sebagai "suatu instrumen kebijakan internasional Rusia [dan] suatu pemancar yang efektif di seluruh dunia dari kepentingan politik para penguasa Rusia."[21] Pandangan bahwa pertemuan ini digerakkan oleh politik internal Ortodoks diungkapkan oleh George Demacopoulos, ketua Ortodoks-Yunani dari kajian Kristen Ortodoks di Universitas Fordham di New York: "Hal ini bukanlah kebajikan. Bukan merupakan suatu hasrat yang baru untuk persatuan Kristen [...] Hampir seluruhnya mengenai pemosisian diri dan upaya (Patriark Kirill) untuk menampilkan dirinya sebagai pemimpin Ortodoksi."[10]
Pandangan serupa diungkapkan oleh Borys Gudziak (Uskup Eparkial Katolik-Ukraina Paris), yang menyatakan bahwa "kedua protagonis dalam drama ini datang ke sana membawa warisan yang berbeda. Paus Fransiskus adalah pemimpin satu milyar umat Katolik dan merupakan otoritas moral yang paling dihormati di dunia. Patriark Kiril adalah kepala Gereja Ortodoks Rusia, yang mana masih tertatih-tatih akibat penganiayaan selama satu abad dan masih mencari suara moralnya dalam masyarakat Rusia pasca-Soviet."[28] Gudziak juga menggarisbawahi ketegangan internal dalam Ortodoksi, dan bahwa suatu Gereja Ortodoks Ukraina yang independen akan sangat mengurangi pengaruh Gereja Ortodoks Rusia.[28] Ia mencontohkan ketegangan yang timbul dari konsili Pan-Ortodoks yang akan datang pada bulan Juni 2016, yang pertama diadakan selama berabad-abad.[28][d] Selain itu Patriark Kirill mungkin menghadapi perlawanan dari kelompok konservatif dalam Ortodoksi Rusia yang menentang upaya untuk mempererat hubungan dengan Gereja Katolik.[1]
Catatan dan bacaan tambahan
- ^ a b Salinan ikon dari abad ke-18 tersebut diselundupkan keluar Uni Soviet dalam situasi yang tidak jelas. Salinan ini dibeli oleh Tentara Biru Bunda Maria dari Fátima dan disimpan di Fátima, Portugal, pada tahun 1970-an, lalu disumbangkan ke Vatikan pada tahun 1993.[16][17] Pada tahun 2005, Patriark Alexy II dan Presiden Mintimer Shaimiev dari Republik Tatarstan menempatkan ikon tersebut di Katedral Anunsiasi di Kremlin Kazan di Republik Tatarstan, Federasi Rusia. Suatu salinan yang berbeda dari ikon tersebut, yang disajikan Patriak Kirill kepada Paus Fransiskus,[18] ditampilkan dengan jelas pada saat acara penandatanganan dokumen ini.[19]
- ^ Untuk informasi lebih lanjut mengenai latar belakang pertemuan-pertemuan awal antara para paus dan pemimpin Ortodoks, lihat Pope Francis, Patriarch Kirill and the God of Surprises yang ditulis oleh Uskup Katolik Roma Mitchell T. Rozanski.[14]
- ^ Maciej Gajek menuliskan bahwa walaupun pertemuan antara Paus Fransiskus dan Patriark Kirill adalah penting, pertemuan ini merupakan suatu pemanfaatan secara politis terhadap Patriark Kirill sebagai seorang utusan untuk menyampaikan kebijakan Putin dan bukan mengenai iman.[25] Gajek mengkritik media, melalui newsweek.pl, karena gagal menjelaskan urutan keutamaan dalam gereja-gereja Ortodoks yang banyak tersebut dan mengisyaratkan seolah-olah Patriark Kirill lebih dari sekadar pemimpin Gereja Ortodoks Rusia. Gajek menuliskan bahwa pertemuan ini bukan suatu terobosan dalam dialog antaragama karena Patriark Kirill hanyalah pemimpin Gereja Ortodoks Rusia yang tidak memiliki otoritas atas gereja Ortodoks lainnya; selain itu, menurut Gajek, tidak ada janji akan adanya suatu perubahan dalam relasi kedua gereja.[25]
- ^ Untuk informasi lebih lanjut mengenai Konsili Pan-Ortodoks yang direncanakan, lihat 'At Last, A Council for the Ages?' yang ditulis oleh John Chryssavgis, teolog Amerika Serikat dan penasihat Patriark Ekumenis Bartolomeus.[29]
Referensi
- ^ a b c d e f (Inggris) "Unity call as Pope Francis holds historic talks with Russian Orthodox Patriarch". BBC. 2016-02-13. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-02-12. Diakses tanggal 2016-02-14.
- ^ a b c d e f g h i j k l (Inggris) "Meeting of His Holiness Pope Francis with His Holiness Kirill, Patriarch of Moscow and All Russia", w2.vatican.va, The Holy See, 2016-02-12, diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-02-15, diakses tanggal 2016-02-14
- ^ (Rusia) Alfeyev, Hilarion (2016-02-11), wawancara dengan Pavel Korobov, "Protivorechiya polnostyu ne preodoleny" Противоречия полностью не преодолены [Contradictions not overcome completely], kommersant.ru, Moscow: Kommersant, diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-02-11,
не преодолены вероучительные разногласия. Однако целью встречи и не является обсуждение вероучительных вопросов. Во-вторых, не преодолены те разногласия практического характера, которые омрачают жизнь наших церквей.
- ^ (Rusia)
В РПЦ считают беспочвенными опасения относительно возможности слияния Православной и Католической церквей после встречи на Кубе [The ROC believe apprehensions about a merger of Orthodox and Catholic Churches after meeting in Cuba to be groundless], NEWSru, 2016-02-17,
я хотел бы посоветовать внимательно прочитать декларацию папы и патриарха, она показывает, на какие темы шла беседа. Там не было никакой попытки вероучительного сближения или вообще даже обсуждения каких-либо догматических или богословских вопросов. И сейчас такое обсуждение совершенно не стоит на повестке дня. Декларация начинается с того, что утрата Богозаповеданного единства является нарушением заповеди Христа, прозвучавшей в Его последней первосвященнической молитве: "Да будут все едины". К сожалению, христиане не смогли сохранить это единство, христиане Востока и Запада разделены и не участвуют совместно в евхаристии. Но речь сейчас идет не о преодолении этого разделения, а о том, чтобы научиться жить и действовать в этом мире не как соперники, а как братья, чтобы вместе защищать те ценности, которые являются для нас общими, чтобы совместно проповедовать Евангелие, открывать людям Божию правду.
- ^ (Rusia) Alfeyev, Hilarion (2016-02-17), Mitropolit Ilarion: vse dolzhny vstat na put primireniya Митрополит Иларион: все должны встать на путь примирения [Metropolitan Hilarion: all must rise to the path of reconciliation], wawancara dengan Olga Lipich, Moscow, RF: RIA Novosti, diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-02-17, diakses tanggal 2016-02-17,
Между Русской православной и Римско-католической церквами сейчас происходит сближение, не имеющее догматического, богословского или литургического измерения
- ^ a b (Rusia) Митрополит Иларион: все должны встать на путь примирения [Metroplitan Hilarion: All should embark on the path of conciliation]. ria.ru. Moscow, RF: RIA Novosti. 2016-02-17. Diakses tanggal 2016-02-17.
- ^ (Inggris) "Ukrainian Greek Catholics 'betrayed' by pope-patriarch meeting". hurriyetdailynews.com. Istanbul, TR: Hürriyet Daily News. Agence France-Presse. 2016-02-14. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-02-17.
- ^ (Inggris) Shevchuk, Sviatoslav (2016-02-13), wawancara dengan Ihor Yatsiv, ""Two parallel worlds" – an interview with his beatitude Sviatoslav", ugcc.ua, Kyiv, UA: Ukrainian Greek-Catholic Church, diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-02-16, diakses tanggal 2016-02-17
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamaUkrayinskaPravda2016
- ^ a b c (Inggris) Winfield, Nicole (2016-02-12), " 'Finally': Pope meets Russian Orthodox leader", Associated Press, diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-02-16, diakses tanggal 2016-02-14
- ^ a b c d e f g (Inggris) Scammell, Rosie (2016-02-10), "Pope Francis and Russian patriarch to meet in Cuba in historic breakthrough", Prairie Messenger, Religion News Service, diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-02-16, diakses tanggal 2016-02-14
- ^ (Inggris) "Pope's Orthodox mass bridges divide". bbc.co.uk. London: BBC News. 1999-05-09. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-03-15.
- ^ (Inggris) Hitchen, Philippa (2016-01-28). "Orthodox leaders conclude Geneva meeting in preparation for 'Great Council' ". Vatican Radio. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-01-29. Diakses tanggal 2016-02-14.
- ^ a b c (Inggris) Rozanski, Mitchell T. (2016-02-05). "Pope Francis, Patriarch Kirill and the God of Surprises". USCCB Blog. United States Conference of Catholic Bishops. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-02-16. Diakses tanggal 2016-02-14.
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamaCrux
- ^ a b c (Inggris) Artikel ini berisi bahan berstatus domain umum dari dokumen United States Department of State: Bureau of Democracy, Human Rights, and Labor (2005). "Russia". International religious freedom report. Washington, DC: Department of State. ISSN 1936-4156. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-01-13. Diakses tanggal 2016-02-15.
- ^ a b (Inggris) Polk, Peggy (2004-07-17), "Pope to return icon to Russian patriarch", The Tablet, London, hlm. 31–32, ISSN 0039-8837, diakses tanggal 2016-02-15
- ^ a b c (Inggris) "Historic encounter between the Pope and Patriarch of Moscow and All Russia", Vatican Information Service, 2016-02-13, diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-02-16, diakses tanggal 2016-02-14
- ^ (Inggris) Borgia, Gregorio (2016-02-12), [Icon of Our Lady of Kazan displayed next to Pope Francis and Patriarch Kirill] (Photograph), Moscow: Sputnik (dipublikasikan tanggal 2016-02-13), Agence France-Presse, diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-02-17, diakses tanggal 2016-02-17
- ^ a b c d (Inggris) Yardley, Jim (2016-02-12), "Pope and Russian Orthodox Leader Meet in Historic Step", New York Times, diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-02-16, diakses tanggal 2016-02-14
- ^ a b (Inggris) Stanglin, Doug (2016-02-12), "Pope, patriarch meet in Cuba nearly 1,000 years after split", USA Today, diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-02-15, diakses tanggal 2016-02-14
- ^ a b (Rusia) "Zavershilas vstrecha Svyateyshego Patriarkha Kirilla s Papoy Rimskim Frantsiskom" Завершилась встреча Святейшего Патриарха Кирилла с Папой Римским Франциском [Patriarch Kirill completed meeting with Pope Francis], www.patriarchia.ru, Russian Orthodox Church, 2016-02-13, diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-02-14, diakses tanggal 2016-02-14
- ^ (Rusia) "Sovmestnoye zayavleniye Papy Rimskogo Frantsiska i Svyateyshego Patriarkha Kirilla" Совместное заявление Папы Римского Франциска и Святейшего Патриарха Кирилла [Joint statement of Pope Francis and Patriarch Kirill], www.patriarchia.ru, Russian Orthodox Church, 2016-02-13, diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-02-14, diakses tanggal 2016-02-14
- ^ (Inggris) Chirovsky, Andriy (2016-02-16), "Called to unity", firstthings.com, New York: Institute on Religion and Public Life, diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-02-18, diakses tanggal 2016-02-17
- ^ a b (Polandia) Gajek, Maciej (2016-02-13), "O co naprawdę chodzi w spotkaniu Franciszka z Cyrylem?" [What does the meeting of Francis with Kirill really mean?], newsweek.pl, Warsaw, PL: Ringier Axel Springer Polska, diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-02-17, diakses tanggal 2016-02-17
- ^ (Inggris) Luhn, Alec (12 February 2016), " 'Finally!': pope and Russian patriarch meet for first time in 1,000 years", The Guardian, diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-02-13, diakses tanggal 17 February 2016
- ^ (Inggris) McLaughlin, Daniel (14 February 2016), "Unease in Ukraine at church leaders' Cuba talks", irishtimes.com, Irish Times, diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-02-15, diakses tanggal 17 February 2016
- ^ a b c (Inggris) Gudziak, Borys (2016-02-11), "Pope Francis and Patriarch Kirill", First Things, Institute on Religion and Public Life, diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-02-16, diakses tanggal 2016-02-14
- ^ (Inggris) Chryssavgis, John (2015-03-03), "At Last, A Council for the Ages?", First Things, Institute on Religion and Public Life, diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-03-04, diakses tanggal 2016-02-14
Pranala luar
- (Rusia) Russian-language publication of the joint declaration (Gereja Ortodoks Rusia)
- (Italia) Italian-language publication of the joint declaration (Takhta Suci)
- (Inggris) English-Language publication of the joint declaration