Lompat ke isi

Jalan Tak Ada Ujung

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 7 April 2016 07.35 oleh Rachmat-bot (bicara | kontrib) (cosmetic changes)
Jalan Tak Ada Ujung
PengarangMochtar Lubis
NegaraIndonesia
BahasaIndonesia
GenreNovel
PenerbitBalai Pustaka
Pustaka Jaya
Yayasan Obor Indonesia
Tanggal terbit
1952
Jenis mediaCetak (Sampul keras & sampul kertas)
Halaman167 (cetakan ke-9)
ISBNISBN 979-461-106-9
OCLC29270708
Didahului olehTidak Ada Esok 
Diikuti olehTanah Gersang 

Jalan Tak Ada Ujung adalah novel Indonesia karya Mochtar Lubis yang diterbitkan tahun 1952 oleh Balai Pustaka. Novel ini berlatar perang kemerdekaan Indonesia dan bercerita tentang Guru Isa, guru sekolah yang membantu para gerilyawan namun hidup dalam ketakutan. Novel ini dianggap luas sebagai karya terbaik Lubis.

Alur

Guru Isa, seorang guru sekolah, hidup dalam ketakutan. Perang kemerdekaan Indonesia pecah dan sebelumnya para penjajah Jepang meneror penduduk. Ketakutannya begitu besar sampai-sampai selama beberapa tahun ia tidak mampu ereksi.[1] Tetapi karena memiliki kewajiban sebagai guru sekolah, ia menghadiri rapat pemuda untuk membicarakan revolusi. Ia diminta menjadi kurir pengirim surat dan senjata di Jakarta dan ia tidak bisa menolaknya.

Tak lama kemudian, Guru Isa bertemu gerilyawan muda bernama Hazil. Karena sama-sama menggemari musik, keduanya berteman dan Guru Isa mulai merasa lebih tenang. Ketika mereka bekerja sama membantu revolusi, Guru Isa semakin tidak tenang. Tidak lama setelah mengirm senjata ke luar Jakarta, ia terserang malaria.

Hazil membantu istri Guru Isa, Fatimah. Pada akhirnya, Guru Isa berhasil keluar rumah dan mengajar lagi. Akan tetapi, Fatimah yang tidak puas dengan impotensi yang diderita Guru Isa mulai selingkuh dengan Hazil. Guru Isa mengetahuinya setelah menemukan pipa rokok Hazil di bawah bantal di kamar tidur. Ia pun berang tetapi tidak mampu melabrak Fatimah atau Hazil. Ia justru menjauhkan dirinnya dari semua orang dan semakin tidak percaya diri.

Guru Isa dan Hazil kemudian ditugaskan melempar granat ke kerumunan tentara yang keluar dari bioskop. Meski mereka berhasil, Hazil ditangkap beberapa saat kemudian. Walaupun Guru Isa awalnya berencana meninggalkan Jakarta, ia memutuskan untuk menghadapi konsekuensi perbuatannya. Setelah ditangkap pasukan Belanda dan tutup mulut ketika disiksa, Guru Isa bertemu Hazil di penjara dan mengetahui bahwa Hazil langsung mengaku "setelah ditampar sekali".[2] Setelah mengalahkan ketakutannya dan mendapatkan kembali kepercayaan dirinya, Guru Isa berhasil ereksi lagi.

Tokoh

Guru Isa

Guru Isa, tokoh utamanya, adalah guru sekolah dasar yang menggemari musik dan sepak bola. Ia sangat disegani warga sekitarnya. Ia menikah dengan Fatimah. Karena tekanan akibat pendudukan Jepang di Indonesia dan perang kemerdekaan, Guru Isa mulai menderita disfungsi ereksi.[1][3] Ia mulai mudah takut dan menghindari konflik sebisa mungkin. Ia diam-diam bekerja dengan Hazil untuk meningkatkan kesempatan sukses para gerilyawan namun keburu ditangkap. Saat ia disiksa, ia melawan rasa takutnya dan berhasil ereksi kembali.[3]

Hazil

Hazil adalah gerilyawan muda dan sahabat Guru Isa. Ia sangat antusias menghadapi perang kemerdekaan dan bertempur dengan berani. Setelah berkunjung ke rumah Guru Isa, ia tertarik dengan Fatimah dan mereka pun berselingkuh singkat. Setelah ditangkap Belanda, keberanian Hazil pun hilang. Ia memberitahu tempat persembunyian gerilya lainnya saat disiksa Belanda.[3]

Tanggapan

Setahun setelah diterbitkan Balai Pustaka tahun 1952, Jalan Tak Ada Ujung mendapatkan penghargaan dari Badan Musyawarah Kebudayaan Nasional.[4]

M. Balfas menganggap Jalan Tak Ada Ujung sebagai karya Lubis yang paling bagus. Ia menulis, "dibandingkan dengan novel-novel lain karya penulis yang sama... Jalan Tak Ada Ujung tetap karya sastra terbaik Lubis".[5]

Jalan Tak Ada Ujung diterjemahkan ke bahasa Inggris (A Road with no End) pada tahun 1968 oleh A.H. Johns dan Mandarin tahun 1988. Novel ini sering dijadikan topik tesis dan disertasi, baik di dalam maupun luar Indonesia.[4]

Referensi

  1. ^ a b Lubis 2003, hlm. 29
  2. ^ Lubis 2003, hlm. 162
  3. ^ a b c Mahayana, Sofyan & Dian 2007, hlm. 117–120
  4. ^ a b KS 2010, hlm. 157–159
  5. ^ Balfas 1976, hlm. 92

Daftar pustaka