Lompat ke isi

Tuhan Bapa

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 1 Desember 2005 05.29 oleh Stephensuleeman (bicara | kontrib)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Dalam banyak agama, Allah yang Mahatinggi diberi gelar dan Bapa. Dalam berbagai bentuk polyteisme, tuhan yang tertinggi dipahami sebagai "bapa dari semua tuhan dan manusia". Dalam agama Israel dan Yudaisme modern, YHWH disebut Bapa karena Ia adalah Pencipta, Pemberi hukum, dan Pelindung. Demikian pula di dalam Kekristenan, Allah disebut Bapa dengan alasan yang sama, tetapi terutama sekali karena misteri dari hubungan BApa-Anak yang diungkapkan oleh Yesus Kristus. Pada umumnya, nama Bapa yang diberikan kepada Tuhan menunjukkan bahwa Ia adalah asal-usul dari segala sesuatu yang tunduk kepada-Nya. Dialah Kewibawaan yang tertinggi dan yang Mahakuasa, Patriarkh, dan Pelindung.

Allah Bapa dalam agama-agama politeistik

Dalam banyak agama politeistik, satu atau lebih tuhan dianggap sebagai pemimpin dan bapa dari semua tuhan yang lainnya, atau dari seluruh umat manusia. Dibandingkan dengan agama-agama monoteis, Allah Bapa dalam politeisme lebih dihubungkan dengan sifat-sifat yang baik dan buruk seperti seorang ayah. Misalnya, dalam agama Yunani Kuno, Zeus adalah Bapa yang tertinggi, yang mempunyai sejumlah sifat kebapaan, namun pada saat yang sama ia mempunyai banyak hubungan di luar nikah dan mempunyai temperamen yang buruk.

Allah Bapa dalam monoteisme

Dalam dua dari tiga bentuk utama dari monoteisme, Yudaisme dan Kekristenan, Allah disebut Bapa sebagian karena Ia dianggap secara aktif mempunyai perhatian dalam urusan manusia, dalam cara yang sama seorang ayah menaruh minat terhadap anak-anaknya. Jadi, banyak pemeluk monoteis yang percaya bahwa mereka dapat berkomunikasi dengan-Nya melalui doa, baik untuk memuji-Nya ataupun mempengaruhi tindakan-Nya. Meeka mengharapkan bahwa sebagai Bapa, Ia akan menjawab kepada umat manusia, anak-anak-Nya, bertindak demi kepentingan mereka, bahkan menghukum orang-orang yang berperilaku buruk, seperti seorang ayah yang menghukum anak-anaknya, dan memulihkan mereka yang percaya akan kasih-Nya.

"Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang." (Ibrani 12:8).

Islam tidak memandang Allah dalam peran seperti itu. Atribusi seperti itu tidak diterima oleh Al Qur'an. " Orang-orang Yahudi dan Nasrani mengatakan: "Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya". Katakanlah: "Maka mengapa Allah menyiksa kamu karena dosa-dosamu?" (Kamu bukanlah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya), tetapi kamu adalah manusia (biasa) di antara orang-orang yang diciptakan-Nya." (Surah 5:18}

Allah Bapa bagi umat Israel

Dalam agama monoteistik Israel, Allah disebut "Bapa" dengan pemahaman yang unik. Allah dianggap sebagai "Bapa" karena Ia menciptakan dunia. Ia pun berperan seperti seorang Patriarkh yang memberikan hukum, dan melalui suatu perjanjian Ia memelihara suatu hubungan khusus bagaikan ayah-anak dengan manusia. Ia memberikan mereka Sabat, mempercayakan kata-kata-Nya, dan warisan-Nya yang unik dalam hal-hal yang berkaitan dengan Allah, dan menyebut Israel sebagai "anak-Nya yang sulung". Allah yang dipahami umat Yahudi juga diatribusikan peranan Pelindung yang dimiliki seorang ayah. Ia disebut Bapa dari mereka yang miskin, dari kaum yatim dan para janda, Pelindung dan Penjamin keadilan. Ia juga disebut Bapa dari para raja, Guru, dan Penolong bagi hakim umat Israel.


Allah Bapa dalam Kekristenan

Dalam Kekristenan, Allah disebut "Bapa" dalam pengertian yang tidak pernah dikenal sebelumnya, selain sebagai Pencipta dan Pemelihara ciptaan, dan Pelindung bagi anak-anak-Nya, umat-Nya. Bapa dikatakan mempunyai hubungan yang kekal dengan Anak Tunggal-Nya, Yesus. Hal ini menyiratkan suatu hubungan yang eksklusif dan akrab yang menjadi hakikat-Nya yang khas: "...tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya." (Matius 11:27). Dalam teologi Kristen, ini adalah ungkapan dari pengertian tentang Bapa yang menjadi hakikat sifat Allah, suatu hubungan yang kekal. Bentuk dominan dari teologi ini menyatakan bahwa hubungan ini merupakan misteri Kristen yang disebut Tritunggal.

Bagi orang Kristen, hubungan Allah Bapa dengan manusia adalah bagaiakan seorang ayah dengan anak-anakna. jadi, manusia pada umumnya kadang-kadang disebut sebagai anak-anak Allah. Bagi orang Kristen, hubungan Allah Bapa dengan umat manusia adalah laksana hubungan antara Pencipta dengan ciptaan-Nya, dan dalam hubungan itu, Ia adalah Bapa dari semuanya. Dalam pengertian ini, Perjanjian Baru mengatakan bahwa gagasan tentang keluarga berasal dari Allah Bapa (Efesus 3:15). Jadi, Allah sendiri adalah model bagi keluarga.