Vereniging van Spoor-en Tramwegpersoneel
VSTP atau Vereniging van Spoor-en Tramwegpersoneel adalah serikat buruh kereta api dan trem pertama, berdiri pada tahun 1908.
Organisasi ini memiliki akar gerakan radikal melawan ketidakadilan yang diciptakan sistem kolonial. Gerakan protes buruh ini juga menjadi awal gerakan sosial modern, menggantikan gerakan-gerakan sosial sebelumnya yang lebih berbasis tradisional.
Sneevliet menjadikan VSTP terbuka bagi buruh pribumi. Dalam organisasi sudah mulai diperkenalkan pentingnya pembukaan cabang, pertemuan tahunan, penarikan sumbangan anggota, dsb. Karena VSTP bergerak radikal membela kepentingan pegawai-pegawai pribumi yang miskin, dalam jangka waktu singkat anggota serikat ini menjadi dua kali lipat, dan sebagian besar pribumi.
Organisasi serikat buruh kereta api Indonesia dan Belanda, didirikan di Semarang pada tahun 1908. Anggota organisasi VSTP ini awalnya meliputi pegawai perusahaan kereta api swasta SCS (Semarang Cheribon Stoomtram Maatschappij) dan NIS (Nederlands Indische Spoorweg Maatschappij). Setelah VSTP berdiri, organisasi serikat pekerja untuk pegawai SS (Staatsspoorwegen) yang berada di bawah pimpinan pegawai Belanda pada tahun 1912 akhirnya ditutup karena kalah bersaing dengan VSTP.
Kesuksesan VSTP mendapat perhatian dari gerakan sosialis, dan memungkinkan Sneevliet merekrut para aktivis buruh ke dalam ISDV. Sejak tahun 1914, VSTP berada di bawah pengaruh ISDV (Indische Social Demokratische Vereniging) yang dipimpin H.W. Dekker Sneevliet, J.A. Brandsteder dan P. Bergsma. Yang terpenting di antaranya adalah Semaoen, seorang pemuda buruh perusahaan kereta api yang pada tahun 1916 (saat berusia 17 tahun), menjadi editor SI Tetap, surat kabar VSTP yang berbahasa Melayu. Satu tahun setelahnya, ia kembali dipercaya untuk menduduki jabatan sebagai komisaris SI Semarang pada usia 18 tahun, dan di kemudian hari menjadi tokoh penting dalam PKI. Pada tahun 1923 Semaoen, dibuang karena kasus pemogokan besar-besaran buruh VSTP. Sejak saat itulah organisasi buruh terbesar yang pertama di Indonesia ini menjadi radikal. Di bawah pimpinan Semaun, organisasi ini memperlihatkan aksi-aksi yang sangat berani. Pada tahun 1918 organisasi ini giat memperjuangkan tuntutan kemahalan bagi buruh kereta api. Pada tahun 1920 timbul perselisihan perburuhan mengenai upah dan ketentuan jam kerja di SCS, VSTP mengirimkan ultimatum kepada direksi tetapi permintaan perbaikan nasib buruh ini tidak berhasil.
Selama pemerintahan Gubernur Jenderal Fock (1921-1926) ketegangan antara buruh dan majikan semakin meningkat. Tindakan pemerintah melakukan penghematan anggaran belanja di Hindia Belanda serta mencabut tunjangan kemahalan yang kemudian diikuti pula dengan pemecatan pegawai, sehingga mengundang reaksi keras dari pihak VSTP berupa ancaman akan mengadakan pemogokan umum yang dituangkan dalam selebaran bulan Januari 1923, kemudian diputuskan bahwa VSTP bergabung dengan organisasi Serikat Buruh Internasional yang berpusat di Moskow. Dalam perundingan yang diadakan pada bulan April 1923 VSTP mengajukan tuntutan antara lain mengenai tunjangan kemahalan untuk pegawai dipertahankan, ketentuan mengenai jam kerja, pembentukan badan arbitrasi untuk menyelesaikan perselisihan buruh, serta ketentuan mengenai upah minimum sebanyak satu gulden sehari, tetapi semua tuntutan tersebut ditolak pemerintah Hindia Belanda.
Pemerintah Hindia Belanda memperingatkan pemimpin-pemimpin VSTP yang bersikap keras dan mengancam akan melakukan pemogokan. Akibatnya, Semaun benar-benar ditangkap pada tanggal 8 Mei 923, dan meledaklah pemogokan besar-besaran pegawai kereta api. Pemogokan yang diikuti oleh 13.000 buruh dari 20.000 buruh yang ada ini dimulai dari Semarang dan kemudian menjalar sampai Madiun dan Surabaya. Dalam aksi pemogokan ini turut pula buruh-buruh Belanda. Akibatnya beratus-ratus buruh yang terlibat pemogokan dipecat. Dengan demikian pemogokan bubar pada akhir bulan karena kekuatan aksi kaum pemogok dengan majikan tidak seimbang. Semaun yang diinternir diperbolehkan keluar negeri. Setelah pemberontakan PKI pada tahun 1926, VSTP semakin ditekan oleh pemerintah, hingga akhirnya organisasi ini membubarkan diri. Sebagai gantinya didirikanlah Perhimpunan Beamtc Spoor dan Tram (PBST) yang kemudian berganti nama menjadi Perhimpunan Pegawai Spoor dan Tram (PPST) pada bulan Juli 1927. PPST bergerak di bidang non-politik dan haluannya tidak sekeras VSTP.
Bersamaan dengan didirikannya PPST, pada tahun 1928, untuk tidak mematahkan semangat revolusioner kaum buruh, didirikan Serikat Kaum Buruh Indonesia (SKBI) di bawah pimpinan Bung Karno. Organisasi ini mengusahakan adanya suatu gabungan kaum buruh dan tani untuk memperkuat perasaan persatuan bangsa Indonesia dan menghindarkan adanya penghisapan manusia atas manusia.