Batas (film)
Batas | |
---|---|
Sutradara | Rudi Soedjarwo |
Produser | Marcella Zalianty |
Ditulis oleh | Slamet Rahardjo |
Pemeran | Marcella Zalianty Arifin Putra Ardina Rasti Jajang C Noer Piet Pagau Marcell Domits Alifyandra Otig Pakis Tetty Liz Indriati |
Distributor | Keana Production |
Tanggal rilis | 19 Mei 2011 |
Negara | Indonesia |
Batas adalah film drama Indonesia yang dirilis pada 19 Mei 2011 dengan disutradarai oleh Rudi Soedjarwo yang dibintangi oleh Marcella Zalianty dan Arifin Putra. Novel ini ditulis oleh Akmal Nasery Basral[butuh rujukan]
Sinopsis
Jaleswari, dengan ambisi dan kepercayaan diri yang penuh, mengajukan diri untuk mengambil tanggung-jawab memperbaiki kinerja program CSR bidang pendidikan yang terputus tanpa kejelasan. Dia menyanggupi masuk ke daerah perbatasan di pedalaman Kalimantan dan menjanjikan dalam dua minggu ketidak-jelasan itu dapat diatasi
Ternyata suatu kehendak belum tentu sejalan dengan kenyataan. Daerah perbatasan di pedalaman Kalimantan memiliki pola kehidupannya sendiri. Mereka memiliki titik-pandang yang berbeda dalam memaknai arti garis perbatasan. Konflik bathin terjadi ketika dia terperangkap pada masalah kemanusiaan yang jauh lebih menarik dan menyentuh perasaan dibanding data perusahaan yang sangat teoretis dan terasa kering karena pada hakekatnya masalah rasa sangat relatif dan memiliki kebenaran yang berbeda.
Jaleswari berada dalam tapal batas pilihan. Karisma hutan dan pola hidup masyarakat telah menyadarkan dirinya bahwa upaya memperbaiki kehidupan masyarakat tidak bisa dipisahkan dengan adat istiadat setempat. Jaleswari sangat memahami Adeus, seorang guru yang dipercaya menjalankan program pendidikan, kini menjadi pribadi pendiam dan apatis, karena sistem pendidikan yang diinginkan perusahaan di Jakarta, tidak sesuai dengan keinginan masyarakat. Masyarakat lebih memilih untuk jadi tenaga kerja yang dijanjikan jadi kaya oleh penjual jasa bernama Otik. Salah satu korbannya adalah Ubuh, pekerja TKI yang melarikan diri dari negeri tetangga. Oleh masyarakat Dayak disana, Ubuh tak hanya beroleh perlindungan namun juga kehangatan dan keramahan yang perlahan membuatnya berangsur pulih dari trauma.
Tragedi kemanusiaan ini, mengubah pemikiran Jaleswari. Semua peristiwa terjadi di depan matanya. Jiwanya goncang dan Panglima Adayak, kepala suku menuntunnya memahami "Bahasa Hutan" yang mengetengahkan rasa hormat dan cinta untuk tidak merusak dan sebaliknya malah menjaga dan meningkatkan harkat manusia dan lingkungan kehidupannya. Langkah Jaleswari sangat membantu Arif sebagai instrumen negara yang dalam penyamaran dan ditugaskan di wilayah perbatasan.[1]
Referensi
- ^ Laman Batas, diakses pada 26 April 2011
Pranala luar