Lompat ke isi

Legenda Lau Kawar

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 30 Oktober 2016 13.18 oleh AABot (bicara | kontrib) (Robot: Perubahan kosmetika)
Berkas:Sang Nenek yang melihat anak dan keluarganya berpesta.jpg
Nenek yang sedih melihat anak dan keluarganya tidak peduli kepada dirinya

Legenda Lau Kawar adalah legenda yang berasal dari pulau Karo yang terletak di Sumatera Utara.[1][2][3] Lau kawar adalah nama danau yang terletak di suatu desa bernama Desa Kuta Gugung, Naman Teran, Karo.[1] Dahulu kala, Danau Lau Kawar dipercaya sebagai sebuah desa yang bernama Lau Kawar.[1][4][5] Desa Lau Kawar tenggelam dan kemudian berubah menjadi danau Lau Kawar.[1]

Cerita

Dahulu kala, sebuah ada sebuah desa di tanah Karo yang bernama desa Lau Kawar.[1] Desa ini sangat subur dan dikelilingi oleh pemandangan alam yang indah.[1] Suatu hari, penduduk desa itu mengadakan suatau acara adat sebagai bentuk rasa syukur karena hasil panen penduduk yang melimpah ruah.[1] Semua penduduk desa menghadiri acara itu, tetapi hanya ada seorang nenek yang tidak ikut datang ke acara tersebut.[1] Nenek ini tidak sanggup untuk keluar menghadiri acara ada itu karena kondisi tubuhnya yang melemah.[1] Si nenek rupanya belum makan seharian sehingga ia tidak memiliki tenaga bahkan untuk berjalan.[1] Nenek melihat ke arah jendelanya dan ia terkejut ketika melihat anak lelakinya beserta keluarganya berjalan ke acara adat itu.[1] Si nenek berharap bahwa anaknya akan mampir ke rumahnya dan mengajaknya ke acara itu.[1] Namun, anak nenek beserta keluarganya tidak mampir dan mereka terus berjalan menuju ke acara adat itu.[1] Nenek merasa sedih dan ia pun berbaring sambil menangis karena tidak ada yang memperhatikan dirinya.[1] Ketika acara adat itu selesai, si anak baru ingat kepada neneknya.[1] Ia pun meminta cucunya untuk membungkus makanan agar diberikan kepada nenek.[1] Sang nenek pun terkejut sekaligus senang ketika cucunya datang membawakan makanan.[1] Tetapi rasa senang itu tidak bertahan lama ketika sang nenek mengetahui bahwa isi bungkusan itu adalah sisa-sisa makanan dari acara adat.[1] Nenek itu pun memanjatkan doa kepada Tuhan.[1] Ia berharap bahwa Tuhan membalas kedurhakaaan anaknya agar anaknya mendapat pelajaran.[1] Beberapa hari kemudian terjadilah gempa bumi, petir menyambar ke tanah, dan hujan turun tak henti-henti.[1] Hujan turun begitu deras sehingga dalam waktu sekejap desa Lau Kawar sudah terendam dan menjadi sebuah kawah.[1] Kawah itu yang kemudian dinamakan sebagai Danau Lau Kawar.[1]

Pesan

Legenda Lau Kawar memberikan pesan penting bagi kehidupan manusia terutama bagi seorang anak.[1] seorang anak harus berbakti kepada orangtua karena orangtualah yang mendidik dan membesarkan anak tersebut.[1] Seorang anak tidak boleh mengabaikan orangtuanya agar ia tidak berakhir seperti anak si nenek dalam legenda Lau Kawar.[1]


Referensi

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z Marina Asril Reza. 2010. 108 Cerita Rakyat terbaik Asli Nusantara.Jakarta:Visimedia. Hlm 12.
  2. ^ Monika Cri Maharani. 2011. Cerita Rakyat asli Indonesia: dari 33 Provinsi.Jakarta: Agromedia Pustaka.Hlm 10.
  3. ^ Lia Nuralia. 2009. Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara Terpopuler: Meliputi Legenda, Mitos, Fabel, dan Epos.Jakarta Selatan: Kawan Pustaka. Hlm 10.
  4. ^ "Legenda Lau Kawar di Karo". Diakses tanggal 4 Mei 2014. 
  5. ^ "Legenda Lau Kawar". Diakses tanggal 4 mei 2014. 

Lihat pula