Manusia Wajak
Manusia Wajak | |
---|---|
Fosil Manusia Wajak (Homo Wajakensis) ditemukan pada tahun 1889 oleh B.D. van Rietschoten | |
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | |
Filum: | |
Kelas: | |
Ordo: | |
Famili: | |
Genus: | |
Spesies: |
Manusia Wajak, disebut juga Homo wajakensis adalah satu-satunya temuan di Indonesia. Untuk sementara Manusia Wajak dapat disejajarkan perkembangannya dengan manusia modern awal dari akhir kala Pleistosen. Manusia Wajak ditemukan pada tahun 1889 oleh B.D. van Rietschoten di sebuah ceruk di lereng pegunungan karst di barat laut Campurdarat, dekat Tulungagung, Jawa Timur. Wajak kedua ditemukan oleh Dubois pada tahun 1890 di tempat yang sama. Temuan Wajak menunjukkan bahwa sekitar 40.000 tahun yang lalu Indonesia sudah didiami oleh Homo sapiens yang rasnya sukar dicocokkan dengan ras-ras pokok yang terdapat sekarang, sehingga Manusia Wajak dapat dianggap sebagai suatu ras tersendiri.[1]
Ciri-ciri
Ciri-ciri Manusia Wajak sangat berbeda dengan Pithecanthropus. Manusia Wajak mempunyai ciri-ciri baik Mongoloid maupun Austromelanesoid. Dapat dilihat dari ciri tengkoraknya yang sedang atau agak lonjong. Muka cenderung lebih Mongoloid, karena sangat datar dan pipinya sangat menonjol ke samping. Pada tengkorak perempuan mukanya datar dan lebar, akar hidungnya lebar dan bagian mulutnya menonjol sedikit, serta dahinya agak miring, di atas matanya ada busur kening nyata, dan mempunyai volume otak 1.630 cc. Sedangkan pada tengkorak laki-laki perlekatan otot sangat nyata, rahang bawah besar dengan gigi yang besar pula.