Swarocah
Swarocah adalah nama salah satu tokoh dalam mitologi Hindu, putra Kali dan Warutini, ayah bagi Dyutimana, atau Swarocisa Manu. Menurut kitab Markandeyapurana, ayah Swarocah meninggal dunia tak lama setelah Swarocah lahir. Warutini, ibu Swarocah mengasuh Swarocah sendirian, hingga anak tersebut mahir dalam ilmu sastra, Weda, dan senjata. Setelah Swarocah tumbuh dewasa, ia berkelana ke gunung Mandara.
Pertemuan dengan Manorama
[sunting | sunting sumber]Di gunung Mandara, ia bertemu dengan seorang bidadari yang bernama Manorama. Bidadari tersebut sedang berusaha meloloskan diri dari kejaran seorang raksasa. Karena Swarocah bersedia memberikan pertolongan, ia diberi sebuah senjata sakti oleh Manorama. Dengan senjata di tangan, Swarocah bersiap-siap menghadapi sang raksasa. Ia memberi kesempatan pada sang raksasa untuk menangkap Manorama. Namun, saat Swarocah hendak menyerang sang raksasa, makhluk tersebut memohon ampun di hadapannya. Kemudian raksasa tersebut menjelaskan bahwa ia adalah Indiwara, ayah Manorama, yang dikutuk menjadi raksasa oleh seorang resi bernama Brahmamitra karena ia mempelajari ilmu yang dimiliki sang resi secara diam-diam. Kutukan tersebut akan lenyap apabila ia ingin memakan putrinya sendiri. Dan hari dimana ia ingin memakan anaknya sendiri adalah saat Swarocah ingin mengarahkan sebuah senjata sakti padanya. Maka dari itu, kutukan yang menimpanya lenyap dan ia berterima kasih kepada Swarocah.
Indiwara menikahkan Manorama kepada Swarocah. Ia juga menurunkan ilmu Ayurweda (ilmu pengobatan Hindu) yang sempat dipelajarinya kepada Swarocah. Manorama memohon kepada Swarocah agar ia menyembuhkan penyakit yang menimpa dua temannya, yaitu Kalawati dan Wibawari. Dengan ilmu yang dipelajarinya, Swarocah menyembuhkan mereka. Sebagai ungkapan rasa terima kasih, Kalawati mengajarkan ilmu memahami bahasa binatang kepada Swarocah, sedangkan Wibawari mengajarkan ilmu mengendalikan batu dan permata. Kemudian, mereka berdua menikahi Swarocah.
Mendengar percakapan hewan
[sunting | sunting sumber]Pada suatu hari, ia mendengar percakapan dua ekor angsa. Mereka heran terhadap Swarocah yang beristri tiga namun bisa hidup bahagia. Mereka menganggap bahwa seseorang hendaknya memiliki satu istri. Swarocah merasa malu mendengar percakapan hewan tersebut, namun ia tidak terlalu memikirkannya. Kemudian, ia mendengar dua kijang bercakap-cakap mengenai dirinya. Anggapan mereka sama seperti kedua angsa tersebut, yaitu seseorang hendaknya memiliki satu istri saja. Swarocah merasa malu mendengarnya, namun ia tidak mempedulikannya.
Istri dan keturunan
[sunting | sunting sumber]Selama 106 tahun, Swarocah hidup bahagia bersama tiga istrinya, dan ia dikaruniai tiga putra. Manorama melahirkan Wijaya, Kalawati melahirkan Merunanda, dan Wibawari melahirkan Prabata. Dengan kekuatan yang dipelajarinya dari Kalawati, Swarocah membangun tiga kota untuk putranya. Di pegunungan Kamarupa, ia mendirikan sebuah kota untuk Wijaya. Di utara, ia membangun sebuah kota bernama Nadawati untuk Merunanda, dan di selatan, ia membangun kota bernama Tala untuk Prabata.
Pada suatu hari, Swarocah berburu babi hutan. Saat ia hendak melepaskan anak panahnya, seekor kijang muncul dan melindungi babi tersebut. Ia mengatakan bahwa ia adalah penghuni hutan tersebut dan jatuh cinta kepada Swarocah. Swarocah bingung sebab dia adalah manusia, dan tidak bisa mencintai kijang. Akhirnya kijang tersebut menyuruh Swarocah memeluknya. Saat Swarocah melakukannya, tiba-tiba kijang tersebut berubah menjadi wanita cantik. Wanita itu mengutarakan niatnya untuk menikahi Swarocah, dan Swarocah menyetujuinya. Maka, mereka menikah dan dikaruniai seorang anak. Anak tersebut bersinar cemerlang sehingga dinamakan Dyutimana, dan ditakdirkan menjadi Manu kedua. Setelah Swarocah bosan dengan kehidupan duniawi, ia bertapa ke dalam hutan bersama para istrinya.
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]