Lompat ke isi

Metode diskusi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Berkas:149 Diskusi Meja Bundar Bergedorf.jpg
149 Diskusi Meja Bundar Bergedorf

Diskusi merupakan kegiatan yang wajar dilakukan seseorang dalam memecahkan suatu masalah.[1] Diskusi melibatakanketerampilan berbicara, dalam ragam budaya masyarakat Indonesia bisa terwujud dalam berbagai bentuk, di antara rutinitas kegiatan berbicara dalam kehidupan manusia sehari-hari.[1] Kegiatan obrolan bercirikan antara lain:[2] 1) dilakukan tanpa tujuan yang pasti, sebab pada umumnya dilakukan untuk menambah keakraban, memperluas pergaulan, atau bahkan hanya untuk mengisi waktu luang; 2) dapat dilakukan di mana pun, dalam situasi bagaimanapun; 3) bisa dilaksanakan kapan pun, dalam batas waktu tak tertentu; 4) dapat dilakukan oleh siapa pun dengan siapa saja, tanpa klasifikasi dan kesamaan arah; dan 5) tidak memerlukan sarana dan fasilitas.[1]

Salah satu jenis dari keterampilan berbicara adalah diskusi.Diskusi merupakan kegiatan berbicara bersama yang dilakukan dengan 1) tujuan untuk mencari kebenaran (ilmiah); 2) dilakukan dalam situasi resmi di tempat yang formal, meski kadang diskusi nonformal bisa dilakukan di tempat tak formal; 3) dilakukan oleh kalangan yang mencari kebenaran atau meningkatkan kualitas kebenaran; 4) dilaksanakan dalam kelola waktu yang terprogram secara proporsional; 5) diperlukan sarana dan peralatan sesuai dengan tingkat dan kualitas diskusi.[2]

I am so grateful for your blog article.Really thank you! Fantastic. eeedfebkddeadkbd

Unsur-unsur Diskusi

  • Materi

Masalah yang didiskusikan merupakan suatu persoalan yang dibahas oleh peserta diskusi untuk dipahami, diketahui sebab-sebabnya, dianalisis, dicari jalan keluar atau solusinya, diambil keputusan yang tepat, terbaik di antara yang baik atau tak baik sesuai dengan keadaan dan kebutuhan.[1] Masalah adalah persoalan yang ada antara harapan dengan kenyataan. Oleh sebab itu, kegiatan diskusi merupakan suatu upaya untuk menemukan cara menghilangkan, mengatasi atau memperkecil jarak antara harapan dengan kenyataan.[1] Kriteria masalah yang layak didiskusikan[1]:

  • Menarik perhatian peserta.[1]
  • Aktual dan menjadi pembiacaraan umum.[1]
  • Berguna bagi peserta, masyarakat atau bagi pengembangan ilmu pengetahuan.[1]
  • Baru, yaitu belum ada atau belum dibahas sebelumnya.[1]
  • Langka, jarang ada (kesempatan atau problemanya.[1]
  • Menyangkut kebijakan untuk umum atau penting sebagai public figure.[1]
  • Mengandung alternatif pendapat-multidimensional.[1]
  • Membutuhkan pertimbangan yang matang untuk penentuan keputusan.[1]


  • Manusia

Manusia sebagai pelaksana. Terdiri dari:

  • Moderator

Moderator bertugas membuka, memperkenalkan pemrasaran dan notulis, membacakan tata tertib, mengarahkan dan mengatur arus pembicaraan, menyampiakn kesimpulan, serta menutup diskusi.[1]

  • Notulis

Notulis bertugas mencatat hal-hal penting dalam diskusi baik teknis maupun materi pembicaraan.[1]

  • Peserta

Peserta bertugas mengikuti kegiatan diskusi secara aktif, bukan sebatas pendengar belaka, melainkan bisa juga memberikan tanggapan, pertanyaan, dan lain-lain.[1]

  • Pemakalah/Penyaji

Penyaji bertugas menjelaskan isi permasalahan yang telah dipersiapkan sebelumnya dalam bentuk makalah.[1]


  • Perlengkapan

Perlengkapan terdiri dari :

  • Perlengkapan dalam pelaksanaan diskusi meliputi pemilihan tempat yang akan dilakukan dalam diskusi,sarana seperti LCD,viewer,dsb.[1]

Langkah-langkah Diskusi

Berikut ini akan diuraikan prosedur penyelenggaraan diskusi yang meliputi 2 fase,yaitu :

  • Fase Persipan

Diskusi yang baik tidak akan terjadi begitu saja, artinya asal membagi kelompok-kelompok kecil lalu disuruh berdiskusi saja.[2] Hal itu membutuhkan persiapan yang cermat seperti haknya lesson planning.[2] Hanya bedanya dalam hal ini metode yang dipergunakan adalah metode diskusi.Fase persiapan ini biasanya terdiri atas langkah-langkah sebagi berikut:

  • Mempelajari subyek (area) yang akan didiskusikan.[2]
  • Membagi peserta menjadi kelompok-kelompok dan member pengarahan siapa menjadi apa (ketua/sekretais,peserta biasa,dan pengamat)
  • Menentukan tujuan instruksional khusus yang ingin dicapai dalam diskusi itu.[2]
  • Mengidentifikasi hasil-hasil belajar apa yang seharusnya dikuasai peserta (apakah konsep,prinsip, dan lain-lain).[2]
  • Menunjukan dan menguraikan dengan jelas problema yang akan dipecahkan dalam diskusi (briefing).[2]
  • Meyiapkan dan membagikan bahan-bahan (hand-out) kepada peserta.[2]
  • Mengembangkan agenda yang mencakup semua point yang dibutuhkan dalam rangka pemecaha masalah.[2]
  • Mengatur ruangan dan tempat duduk,papan tulis,dan alat-alat bantu yang akan dipergunakan.[2]


  • Fase Pelaksanaan

Fase ini tersusun atas kontinu sebagai berikut :

Dalam pembukaan diskusi yang perlu diperhatikan adalah penciptaan prakondisi sehingga perhatian dan sikap mental peserta digiring dan disipakan agar terkonsentrasi pada hal-hal yang akan dibicarakan dalam diskusi,usaha tersebut dapat berupa :

  • Membuat outline singkat situasi yang akan didiskusikan.[2]
  • Mengeluarkan sebuah pendapat atau pertanyaan yang sifatnya dapat merangsang pikiran peserta.[2]
  • Senantiasa memberikan pertanyaan-pertanyaan pada point-point yang penting yang ada hubungannya dengan masalah yang bersangkutan.[2]
  • Memberikan ilustrasi, demonstrasi atau bentuk lain yang dapat menarik perhatian peserta.[2]

Dalam pemeliharaan ini sebaiknya diterapkan bentuk-bentuk reinforcement sehingga mendorong peserta untuk berpartisipasi secara aktif.[2] Pemeliharaan perasaan itu sanagat penting yang menyebabkan seseorang merasa dihargai dan diperhatikan serta diikutsertakan sehingga mendorong timbulnya sikap bertanggungjawab dan rasa memiliki.[2] Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam fase pemeliharaan ini adalah :

  • Menjaga peserta agar tidak keluar dari subyek yang bersangkutan.[2]
  • Membuat pertanyaan-pertanyaan yang menghendaki atau menuntut jawaban dari peserta,dan mempersipakan mereka member alas an-alasan setiap padangan atau pendapat yang mereka ucapkan.[2]
  • Hindarkan pemunculan topic baru yang belum waktunya muncul,tunggu sampai topik lama diselesaikan.[2]
  • Bila mungkin hubungkan topic baru dengan topik lama.[2]
  • Sering-sering membuat rigkasan terhadap bantuan pikiran peserta yang langsung ada hubungnnya dengan diskusi.[2]
  • Siap-siap dengan komentar atau pertanyaan untuk mengarahlkan kembali jika diskusi itu menuju jalan buntu.[2]

Agar para peserta menjadi mantap dan tidak merasa mengambang akan hasil diskusinya maka dalam penutupan diskusi segera :

  • Segera dibuatka rangkuman dan kesimpulan yang tepat dan jelas.[2]
  • Kalau terpaksa dalam menyimpulkan diskusi itu terjadi kompromi maka jangan biarkan diskusi itu menjadi terkantung-kantung.[2]


Tata Tertib dan Etiket Diskusi

Agar diskusi dapat berlangsung dengan baik maka dituntut syarat-syarat sebagai berikut :

  • Harus berlangsung pada suasana yang terbuka,artinya semua pihak yang terlibat siap/rela menerima dan memberi informasi kepada siapa pun.[2]
  • Tiap peserta harus berpartisipasi penuh,artinya tiap peserta mengambil bagian dalam proses diskusi,masing-masing menjadi pendengar yang baik dan juga menjadi pembicara yag baik.[2]
  • Selalu ada bimbingan dan control,artinya ketua senantiasa mengadakan bimbingan dan pengawasan/control agar diskusi tetap berjalan pada arah dan relnya.[2]
  • Perdebatan harus didasarkan pada argumentasi kontra argumentasi bukan emosi kontra emosi, artinya diskusi yang akan mencari jalan penyelesaian atau kebenaran itu tidak didasarkan atas siapa yang kuat itu yang menang.[2]
  • Pengajuan pertanyaan harus jelas dan singkat,artinya tidak bertele-tele tetapi menuju sasaran.[2]
  • Tidak adanya pemborong atau monopoli,diskusi yang baik adalah diskusi yang berlagsung dalam suasan demokratis semua pihak mempunyai hak yang sama baik dalam berbicara maupun dalam mengambil bagian.[2]
  • Selalu ada kesimpulan,diskusi yang baik ialah diskusi yang mampu mencapai keputusan bersama sehingga semua pihak merasa mantap dan tidak mengambang sehongga meghasilkan kesimpulan.[2]


Rujukan

  1. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s Sugeng Paranto (1981). Teknik Diskusi dan Aspek-aspek yang Pelu Diperhatiakan dalam Pelaksanaanya. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af Maimudin,Yurmaini,dkk (1980). Metode Diskusi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.