Lompat ke isi

Bangunjiwo, Kasihan, Bantul

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Bangunjiwo
Negara Indonesia
ProvinsiDaerah Istimewa Yogyakarta
KabupatenBantul
KecamatanKasihan
Kode pos
55184
Kode Kemendagri34.02.16.2001 Edit nilai pada Wikidata
Luas15.43 km2
Jumlah penduduk27.667 jiwa[1]
Kepadatan1.243 penduduk/km2


Bangunjiwo (bahasa Jawa: Bangunjiwa) adalah sebuah desa yang terletak di bagian selatan kecamatan Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Desa ini berjarak dari kota Yogyakarta sekitar 7 km dengan menyusuri Jalan Bantul, dan masuk melalui Gerbang Wisata Kasongan.

Luas wilayah Bangunjiwo sebesar 1.077,78 hektare (66.80 %)diperuntukan bagi permukiman dan perumahan penduduk sedangkan sisanya untuk sawah sebesar 322 hektare (19.96 %)dan untuk jalan sebesar 95.84 hektare (5.94 %). Secara geografis wilayah Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, tidak diuntungkan karena sebagian besar wilayahnya adalah pegunungan.

Desa Bangunjiwo berdiri tanggal 6 Desember 1946 sebagai gabungan dari desa Paitan, Sribitan, Bangen dan Kasongan. Saat ini terdiri dari 19 pedukuhan (kampung) dan 144 RT dengan jumlah penduduk yang terdaftar di buku register penduduk sebanyak 27.667 jiwa[1] tediri dari 9.081 KK (kepala keluarga)[1]. Untuk jumlah keluarga miskin 1.192 KK, penerima beras miskin 1.204 KK dan penerima dana SLT sebanyak 1.393 KK serta penerima pinjaman dana sebesar Rp 1 juta sebanyak 135 KK.

Desa ini memiliki dusun (kampung) kerajinan gerabah atau keramik yang sangat terkenal yakni Kasongan. Selain itu masih terdapat kerajinan lain seperti Batu di Lemahdadi, Wayang Kulit di Gendeng, Kerajinan Bambu di Jipangan, Tanaman Hias di Kalangan dan aneka kerajinan bunga kering yang dikerjakan di berbagai desa. Kantor Balai Desa terletak di Dusun Gendeng.

Sejarah Desa Bangunjiwo[2]

Asal mula

Pada awalnya ilayah yang sekarang menjadi Desa Bangunjiwo, merupakan 4 kalurahan yang berbeda, yaitu Kalurahan Kasongan, Kalurahan Bangen, Kalurahan Sribitan, dan Kalurahan Paitan. Keempat kalurahan ini berada di dalam wilayah Kapanewon/Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul. Pada tahun 1946, masing-masing kalurahan tersebut dipimpin oleh lurah-lurah, yaitu :

  • Sastro Taruna, Lurah Kasongan, berdomisili di Kasongan
  • Setrodimejo, Lurah Bangen, berdomisi di Kalangan
  • Wiryodikromo, Lurah Sribitan, berdomisili di Sribitan
  • Partodimejo, Lurah Paitan, berdomisili di Wonotawang

Proses pembentukan

Sesuai dengan Maklumat Yogyakarta Nomor 18 Tahun 1946, tertanggal 11 Djumadilakir Djimawal 1877 atau 18 Mei 1946, pada hari Jumat Pahing, tanggal 6 Desember 1946, bertempat di rumah Partodimejo (Lurah Desa Paitan) di Dusun Wonotawang, dilaksanakan Rapat Penggabungan Kalurahan yang meliputi 4 kalurahan yang telah ada sebelumnya, yaitu Kalurahan Kasongan, Kalurahan Bangen, Kalurahan Sribitan, dan Kalurahan Paitan. Dalam rapat tersebut dibahas tentang penggabungan keempat kalurahan itu menjadi satu desa atau kelurahan di dalam wilayah Kapanewon/Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, yang kemudian diberi nama Kalurahan Bangunjiwo.

Adapun pelaksana rapat tentang penggabungan desa tersebut adalah Panitia Gabungan Kalurahan yang personilnya diambilkan seperlunya dari keempat kalurahan yang akan digabungkan tersebut serta dari Kapanewon/Kecamatan. Panitia Gabungan Kalurahan ini diketuai oleh Panewu Pamongpraja Kasihan, yaitu Projokuncoro. Rapat dihadiri oleh masing-masing lurah desa, pamong desa, dan sejumlah kepala somah (kepala keluarga) dari tiap-tiap kalurahan tersebut. Jumlah penduduk di 4 kalurahan pada saat itu ialah kurang lebih 1.600 orang dan pada saat rapat berlangsung dihadiri sekitar 1.100 orang sehingga hal ini berarti telah mencapai 2/3 lebih dari jumlah penduduk pada saat itu.

Rapat gabungan itu dipimpin oleh Marjono, yang berasal dari Dusun Niten, atas nama Dewan Pemerinah Kabupaten Bantul. Di dalam rapat, pimpinan rapat menjelaskan bahwa gabungan beberapa kalurahan menjadi satu kalurahan, bertujuan demi peningkatan kemampuan dan kemajuan kalurahan dalam mengatur rumah tangganya sendiri (menuju otonomi desa). Oleh karena itu bagi kalurahan-kalurahan di DIY yang dipandang mampu tidak perlu digabungkan dengan kalurahan lainnya, namun diperkenankan untuk diganti nama atas kesepakatan warga kalurahan setempat dengan nama baru, asal tidak sama dengan nama kalurahan yang sudah ada di dalam daerah kabupaten yang sama.

Setelah pimpinan rapat menyatakan bahwa Kalurahan Kasongan, Kalurahan Bangen, Kalurahan Sribitan dan Kalurahan Paitan digabungkan menjadi satu kalurahan, maka nama kalurahan gabungan tersebut dinamakan Kalurahan Bangunjiwo. Nama Bangunjiwo itu sendiri atas usulan dari Panitia Gabungan Kalurahan, dengan mendapat persetujuan penduduk dari empat kalurahan yang hadir.

Sebelum pelaksanaan rapat penggabungan kalurahan dilaksanakan, telah diadakan rapat-rapat penerangan (sosialisasi) tentang akan adanya gabungan kalurahan yang diadakan di kalurahan-kalurahan tersebut, khususnya kepada para lurah dan pamong desa. Di antaranya ialah bahwa lurah dan pamong desa dari kalurahan yang digabung dinyatakan berhenti dari jabatannya masing-masing dengan hormat dan mendapat penghargaan berupa garapan tanah milik desa sebagai pengarem-arem (pensiun) selama hidupnya sesuai dengan peraturan yang ada, yaitu:

  • Bilamana lurah atau pamong desa meninggal dunia maka setelah 1.000 hari meninggalnya tanah dikembalikan ke pemerintah desa.
  • Bagi mantan lurah atau pamong desa yang sudah punya tanah pengarem-arem bekel tidak boleh merangkap dan oleh karenanya dipersilakan memilih salah satu yaitu pengarem-arem sebagai bekel atau pengarem-arem baru sebagai pamong desa.
  • Bagi pamong desa yang menjabat kurang dari satu tahun tidak memperoleh tanah pengarem-arem.
  • Tanah desa yang digunakan sebagai pengarem-arem lurah atau pamong desa lama tersebut adalah seperlima dari tanah lungguh seluruhnya.

Pemilihan lurah dan pamong desa

Pada saat berlangsungnya rapat gabungan kalurahan tersebut, juga diadakan pemilihan Lurah dan Pamong Desa Kalurahan Bangunjiwo yang dipimpin juga oleh Marjono, selaku pimpinan rapat, yang bertindak untuk dan atas nama Pemerintah Kabupaten Bantul. Adapun pelaksanaannya ialah sebagai berikut :

  • Seorang pemilih berhak untuk mencalonkan seorang calon {jago) dengan menunjuk secara langsung.
  • Setelah mendapat sejumlah nama calon kemudian dilakukan pemilihan proses pertama di mana masing-masing calon yang ditunjuk tersebut akan dipilih kembali dengan cara acungan atau tunjuk jari oleh para pemilih lainnya.
  • Tiga calon yang mendapat suara atau acungan terbanyak akan akan dipilih kembali di proses kedua, yaitu dengan cara bitingan. Pemilihan dengan model bitingan ialah dengan cara menggunakan biting atau potongan lidi yang dimasukan ke dalam bumbung atau potongan batang bambu yang dilubangi. Nilai tiap satu biting ialah satu suara. Jumlah bumbung yang disediakan disesuaikan dengan jumlah calon yang dipilih. Pemilih kemudian memasukan biting, yang sebelumnya sudah dicelupkan ke tinta, ke dalam bumbung yang sesuai dengan calon pilihannya.
  • Saat semua pemilih telah memberikan suaranya dengan cara memasukan biting ke dalam bumbung, kemudian bumbung akan dibukan dan dihitung jumlah biting yang ada di dalam masing-masing bumbung. Calon yang bumbungnya terdapat paling banyak biting akan menjadi pemenang dalam proses pemilihan model bitingan ini.

Pemilihan ini berlangsung 6 kali, yang masing-masing untuk memilih satu orang lurah dan pamong desa yang terdiri dari satu orang kepala bagian sosial, satu orang kepala bagian umum, satu orang kepala bagian kemanan, satu orang kepala bagian kemakmuran, dan tiga orang calon kepala bagian agama (untuk pemilihan 3 orang calon kepala bagian agama, di kemudian hari akan mengalami proses seleksi lagi di Kabupaten Bantul). Dari hasil pemilihan ini, akhirnya terpilih Lurah dan Pamong Desa Bangunjiwo untuk pertama kalinya, yaitu :

  • Sastro Soekarno sebagai lurah, mantan Carik Sribitan, domisili di Dusun Wonotawang.
  • Sastro Taroeno sebagai kepala bagian sosial, mantan Lurah Kasongan, domisili di Dusun Kasongan.
  • Sabarto Atmodjo sebagai kepala bagian umum, anggota Tentara Republik Indonesia, domisili di Dusun Wonotawang.
  • Mustam sebagai kepala bagian keamanan, pemuda setempat, domisili di Dusun Kalangan.
  • Sastrowidjojo sebagai kepala bagian kemakmuran, petani, domisili di Dusun Gendeng.
  • Muh. Nawawi yang berdomisili di Dusun Tonoyo, Susantri yang berdomisili di Dusun Jagan, dan Trimo Wijono yang berdomisili di Dusun Wonotawang, sebagai calon kepala bagian agama, yang di kemudian hari akan menjalani seleksi lanjut di tingkat kabupaten dan akhirnya Muh. Nawawi yang terpilih sebagai kepala bagian agama.

Satu hari setelah penggabungan 4 kalurahan tersebut menjadi 1 kalurahan baru, yaitu Kalurahan Bangunjiwo, dan pengisian jabatan lurah serta pamong desa sudah selesai, maka pada tanggal 7 Desember 1946 dimulailah pemerintahan baru Kalurahan Bangunjiwo, Kapenewon (Kecamatan) Kasihan, Kabupaten Bantul. Pada awal mulanya, Lurah dan Pamong Desa Bangunjiwo melaksanakan tugasnya dengan membuka kantor di rumah pribadi Lurah Bangunjiwo, Sastrosukarno, di Dusun Wonotawang, untuk segera menyusun rencana kerja selanjutnya dan mengatur jalannya pemerintahan desa. Pada saat ini Kantor Desa Bangunjiwo telah menempati lokasi di Dusun Gendeng, tepatnya di salah satu sudut Simpang Empat Bangunjiwo.

Batas wilayah

Desa Bangunjiwo merupakan salah satu desa di Kabupaten Bantul yang memiliki batas wilayah dengan kabupaten lain, yaitu Kabupaten Sleman, tepatnya di sisi bagian utara. Oleh karenanya Desa Bangunjiwo memiliki batas wilayah dengan sejumlah desa lain, baik yang berada di wilayah Kabupaten Bantul maupun Kabupaten Sleman, yaitu:

  1. Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul
  2. Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman
  3. Desa Balecatur, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman
  1. Desa Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul
  2. Desa Pendowoharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul
  1. Desa Guwosari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul
  2. Desa Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul
  1. Desa Triwidadi, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul
  2. Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul

Lurah Desa

  • Parjo, S.T., M.Si.
  • Bibit Rustamto, SH. (2004 - 2013)
  • Drs. Sapto Priyono (1994-2004)
  • Sabartaatmadja (sekdes, pejabat lurah desa 1992-1994)
  • Sastro Soekarno (1946-1994)

Pamong Desa (2014)[3]

Jabatan Nama Pamong Desa Pendidikan Terakhir
Kepala Desa / Lurah Parja, S.T., M.Si. Pasca Sarjana S2
Sekretaris Desa / Carik Sukarman SMU/SMK
Kepala Seksi Pemerintahan Sutadi SMU/SMK
Kepala Seksi Kesejahteraan Andoyo SMU/SMK
Kepala Seksi Pelayanan Slamet Widodo SMU/SMK
Kepala Urusan Perencanaan Rumiyati, S.T. Sarjana S1
Kepala Urusan Keuangan Joko SMK/SMK
Kepala Urusan Tata Usaha & Umum Mugi Raharjo SMU
Staf Kantor Balai Desa Isdi Upayanto SMU/SMK
Mustajab SMU/SMK
Daerobi SMU/SMK
Suyanto SMU/SMK
Subandi SMU/SMK
Sarjumi SMU/SMK
Pitaya SMU/SMK
Subagyo SMU/SMK

Pedukuhan di Bangunjiwo (2014)[3]

No Nama Pedukuhan Nama Kepala Dukuh Jumlah RT Nama Kampung & Perumahan
1 Gendeng Purwanto, S.E. 16 Lemah Abang, Gendeng, Karangjati, Perum Karangjati Indah I, Perum Karangjati Indah II
2 Ngentak Ngadiyana 12 Ngentak, Wonotawang, Cikalan, Perum Permata Griya Mandiri (RT 12), Tirta Perum Bangunjiwo Sejahtera (Rumah Cerdas)
3 Donotirto Waljiman 6 Donotirto
4 Lemahdadi Wiyono 7 Lemahdadi
5 Salakan Pitoyo 3 Salakan, Banyu Tumumpang / Banyu Temumpang
6 Sambikerep Longgar Hartono 4 Sambikerep
7 Petung Suratman 4 Petung
8 Kenalan Tatang Raharjo 6 Kenalan
9 Sribitan Supardal 9 Sribitan, Perum Pandan Asri, Perum Griya Sribitan Asri, Perum Bangunjiwo Sejahtera, Perum Griya Mitra Asri 1, Perum Griya Mitra Asri 2, Perum Griya Pesona Sribitan
10 Kalirandu Wakija 11 Kalirandu, Kalibatok, Ngingas, Mejing, Banaran, Krengseng, Perum Kalirandu Selaras, Perum Bangunjiwo Graha Yasa
11 Bangen Rohadi 6 Bangen, Kalinangka, Josedewan
12 Bibis Sunardi 5 Wetan Sawah, Kulon Sawah, Toyono, Sekatul
13 Jipangan Suratno 10 Jipangan, Buyutan
14 Kalangan Suparman 6 Kalangan, Pereng, Nglorok
15 Gedongan H. Ngadino 12 Gedongan, Sekarpethak,
16 Kajen Nangsib 6 Kajen, Kasongan, Sentanan, Jeron Tabag
17 Kalipucang Aryo Sudiro Raharjo 5 Kalipucang, Ledok
18 Tirto Riyanto, S.Pd. 7 Tirto, Goren, Turen
19 Sembungan Jumrowi 5 Sembungan, Sendang

Pendidikan

Di wilayah Desa Bangunjiwo terdapat sejumlah tempat pendidikan atau sekolah, baik negeri maupun swasta, mulai dari jenjang pendidikan pra-sekolah hingga perguruan tinggi, dengan rincian sebagai berikut[1] :

Jenjang Jumlah Keterangan
PAUD / TK 12
SD 10
SMP 2 SMPN 3 Kasihan & MTs Muhammadiyah Kasihan
SMU / SMK 1 SMK Muhammadiyah Bangunjiwo
SLB 1 SLB Adi Jiwa
Perguruan Tinggi 1 STEI Hamfara

Fasilitas kesehatan

Di wilayah Desa Bangunjiwo terdapat sejumlah fasilitas kesehatan, baik milik pemerintah, swasta, maupun yang dikelola oleh masyarakat, dengan rincian sebagai berikut[1]

Kategori Jumlah Keterangan
Rumah Sakit -
Klinik 2
Puskesmas 1 Puskesmas Kasihan 1
Posyandu Balita 29
Posyandu Lansia 17

Potensi desa

Desa Bangunjiwo memiliki sejumlah potensi dan produk unggulan, baik di bidang UMKM maupun bidang kuliner[3]. Beberapa dusun (pedukuhan) di Desa Bangunjiwo yang memiliki potensi dan produk unggulan di antaranya ialah :

Gerabah Kasongan [4]

Berada di Pedukuhan Kasongan yang berlokasi di bagian timur Desa Bangunjiwo. Dusun Kasongan merupakan sentra kerajinan yang paling terkenal di Bangunjiwo dan juga menjadi aset berharga dari Kabupaten Bantul. Bahkan nama Kasongan mungkin lebih dikenal dibandingkan nama Desa-nya, yaitu Bangunjiwo[5]. Di Dusun Kasongan kita dapat menjumpai pengrajin-pengrajin gerabah, yang menghasilkan ribuan jenis produk keramik dengan berbagai jenis, bentuk, dan ukuran. Setidaknya tercatat ada lebih dari 300 pengrajin yang menyerap tenaga kerja hingga lebih dari seribu orang[4]. Hal ini merupakan salah satu hal yang menjadikan produk gerabah dari Kasongan mampu menembus pasar gerabah internasional, yaitu di Asia, Eropa, dan Amerika Serikat[6][7]. Showroom yang berjajar rapi di kanan-kiri jalan, dipadukan dengan workshop para pengrajin, dimana kita dapat ikut langsung membuat keramik, dan Festival Seni Kasongan yang rutin diadakan setiap tahunnya, menjadikan Kasongan menjadi sebuah wisata kerajinan yang berkesan bagi siapapun yang mengunjunginya.

Semenjak ditetapkan sebagai salah satu desa wisata di Kabupaten Bantul pada tahun 1975[8], kunjungan wisatawan di Kasongan semakin meningkat, termasuk permintaan produksi gerabah. Pada saat ini Sentra Kerajinan Gerabah Kasongan tidak hanya berada di Pedukuhan Kasongan saja, melainkan juga telah berkembang di sejumlah pedukuhan lain yang berada di sekitar Pedukuhan Kasongan, yaitu Pedukuhan Kajen, Pedukuhan Tirto, dan Pedukuhan Gedongan[4]. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya jumnlah pengrajin sebagai damnpak dari meningkatnya permintaan pasar atas produk gerabah dari Kasongan[9].

Referensi

  1. ^ a b c d e Administrator (29 Juli 2013). "Selayang Pandang Desa Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul". www.bangunjiwo.bantulkab.go.id. Diakses tanggal 17 Maret 2017. 
  2. ^ Sabarjo Atmojo (ditulis ulang oleh Bambang Nugroho) (30 April 2014). "Selayang Pandang (Kilas Balik) Terbentuknya Kalurahan/Desa Bangunjiwo". www.bangunjiwo.bantulkab.go.id. Diakses tanggal 24 Maret 2017. 
  3. ^ a b c Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Web Bangunjiwa1
  4. ^ a b c Administrator (30 Mei 2015). "Gerabah Kasongan". www.bangunjiwo.bantulkab.go.id. Diakses tanggal 17 Maret 2017. 
  5. ^ Administrator (4 Maret 2016). "Kasongan, Kampung Gerabah Yang Mendunia". www.panduanwisatajogja.com. Diakses tanggal 17 Maret 2017. 
  6. ^ TOZ / Dewvina Oktora dan Taufik Maru (8 Maret 2004). "Keramik Kasongan Menembus Pasar Internasional". www.news.liputan6.com. Diakses tanggal 17 Maret 2017. 
  7. ^ "Gerabah Kasongan Laku di Pasar Global". www.news.liputan6.com. 27 Maret 2015. Diakses tanggal 17 Maret 2017. 
  8. ^ . "[www.thesis.umy.ac.id/datapublik/t36415.docx Bab I]" (DOCX). UMY. Diakses pada 17 Maret 2017.
  9. ^ ant/gor (6 November 2012). "2013, Ekspor Gerabah Kasongan Naik 10%". www.id.beritasatu.com. Diakses tanggal 17 Maret 2017. 


Pranala luar