Lompat ke isi

Perang Prancis-Spanyol (1683-1684)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 28 April 2017 14.05 oleh HsfBot (bicara | kontrib) (Bot: Perubahan kosmetika)
Perang Perancis-Spanyol

Pengeboman Genova
Tanggal26 Oktober 1683 – 15 Agustus 1684
LokasiBelanda Spanyol, Katalonia, Genova
Hasil
Pihak terlibat
 Prancis
Milisi Belanda
Tokoh dan pemimpin
Louis XIV Carlos II

Perang Perancis-Spanyol (juga disebut Konflik 1683-1684; dalam bahasa Perancis disebut Guerre des Réunions (Perang Penyatuan Kembali) adalah sebuah perang yang berlangsung dari 26 Oktober 1683 hingga 15 Agustus 1684 antara Kerajaan Perancis melawan Spanyol Habsburg. Perancis pada saat itu dipimpin oleh Raja Louis XIV, sementara Spanyol berada di bawah kekuasaan Carlos II. Perang ini dipicu oleh hasrat Louis XIV untuk menaklukkan wilayah-wilayah baru, terutama wilayah Belanda Spanyol. Perang ini dapat dianggap sebagai kelanjutan upaya Louis XIV untuk memenuhi ambisinya, seperti yang sebelumnya ditunjukkan dalam Perang Devolusi dan Perang Perancis-Belanda.

Perang

Setelah kekalahan Kesultanan Utsmaniyah di Wina, Wangsa Habsburg dapat memusatkan perhatiannya ke barat. Perlawanan Luksemburg terhadap klaim Perancis memicu perang ini. Spanyol menyatakan perang pada tanggal 26 Oktober 1683.[1] Pasukan Perancis di bawah kepemimpinan Adipati Humières mengepung kota Courtrai pada malam tanggal 3–4 November 1683.[2] Benteng Courtrai jatuh pada tanggal 6 November 1683. Humières lalu memimpin pasukannya ke Dixmude, yang kemudian menyerah tanpa melakukan perlawanan pada tanggal 10 November 1683.[2]

Pasukan Perancis di bawah kepemimpinan Marsekal François-Joseph, Créqui membombardir Luksemburg dengan 3.000 hingga 4.000 mortir dari tanggal 22 hingga 26 Desember 1683 dan kemudian mundur dari kota tersebut.[3] Namun, pengepungan yang sesungguhnya baru dimulai pada tanggal 29 April 1684.[4] Benteng ini dilindungi oleh 2.500 pasukan dan mereka melawan pasukan Perancis hingga akhirnya menyerah pada tanggal 3 Juni 1684.[4] Pasukan Spanyol di Belanda yang didukung oleh Kekaisaran Romawi Suci terus melawan Perancis hingga akhirnya gencatan senjata Ratisbon disepakati pada tanggal 15 Agustus 1684.[5] Perancis diperbolehkan menduduki wilayah yang direbut selama perang, termasuk Strasbourg dan Luksemburg.[6] Tindakan Perancis berikutnya lalu diupayakan untuk membuat gencatan senjata ini menjadi perjanjian yang permanen.

Walaupun berlangsung singkat, perang ini merupakan perang yang berdarah karena Louis XIV dan penasihat militernya melancarkan pembalasan yang penuh kekerasan untuk mempengaruhi pendapat publik dan menekan perwira musuh agar menyerah. Contohnya, dalam suatu pertempuran, Louvois memerintahkan comte de Montal untuk membakar 20 desa di dekat Charleroi karena sebelumnya Spanyol menghancurkan dua lumbung di luar dua desa Perancis dan ia meminta agar tidak ada satu pun rumah yang tersisa.[7]

Perang ini juga melibatkan Genova karena bankir-bankirnya (seperti keluarga Centurioni, Palavicini, dan Vivaldi)[8] meminjamkan uang kepada pemerintah Spanyol semenjak abad ke-16.[9] Keterlibatan Genova dalam perang sebelumnya cenderung terbatas karena mereka hanya memperbolehkan Spanyol merekrut tentara bayaran di wilayah Genova dan juga membangun beberapa kapal perang untuk armada Spanyol.[10] Meskipun begitu, hal ini tidak ditoleransi oleh Perancis. Sebagai hukumannya, armada Perancis di bawah komando Abraham Duquesne berlayar dari pangkalan Perancis di Toulon ke Genova pada tanggal 5 Mei 1684 dan memulai pengeboman Genova pada 17 Mei 1684.[11] Pengeboman ini berlangsung selama 12 hari[12] kecuali pada tanggal 22 hingga 25 Mei 1684 karena dijadikan waktu untuk bernegosiasi. Setelah negosiasi gagal, pengeboman dilanjutkan dan berlanjut hingga tanggal 28 Mei 1684. Armada Perancis menembakkan 13.300 bom ke Genova dan menghancurkan sekitar dua per tiga kota.[13]

Akibat

Perang ini gagal menyelesaikan konflik antara Dinasti Bourbon Perancis dengan Wangsa Habsburg di Spanyol dan Austria. Konflik singkat ini menjadi pendahulu Perang Sembilan Tahu yang lebih panjang.

Catatan kaki

  1. ^ John A. Lynn, The Wars of Louis XIV: 1667-1714, hlm. 166.
  2. ^ a b John A. Lynn, The Wars of Louis XIV: 1667-1714, p. 167.
  3. ^ John A. Lynn, The Wars of Louis XIV: 1667-1714, hlm. 170.
  4. ^ a b John A. Lynn, The Wars of Louis XIV: 1667-1714, hlm. 168.
  5. ^ John A. Lynn, The Wars of Louis XIV: 1667-1714, hlm. 169.
  6. ^ Rhea Marsh Smith, Spain: A Modern History a(aUniversity of Michigan Press: Ann Arbor, Michigan, 1965) hlm. 210.
  7. ^ Lynne, John Albert (1993). "How War Fed War: The Tax of Violence and Contributions during the Grand Siècle". The Journal of Modern History. The University of Chicago Press. 65 (2): 301. 
  8. ^ Hugh Thomas, Rivers of Gold: The Rise of the Spanish Empire from Columbus to Magellan (Random House: New York, 2003) hlm. 8.
  9. ^ Rhea Marsh Smith, Spain: A Modern History, hlm. 159.
  10. ^ John A. Lynn, The Wars of Louis X?IV: 1667-1714, hlm. 173.
  11. ^ John A. Lynn, The Wars of Louis XIV: 1667-1714, hlm. 174.
  12. ^ Lynne, John Albert (2002). The French Wars 1667–1714. Osprey Publishing. hlm. 48. 
  13. ^ John A. Lynn, The Wars of Louis XIV: 1667-1714 hlm. 174.

Daftar pustaka

  • Lord Kinross, The Ottoman Centuries: The Rise and Fall of the Turkish Empire (Morrow Quill Paperbacks: New York, 1977).
  • John A. Lynn: The Wars of Louis XIV 1667–1714, London/New York 1999. ISBN 0-582-05629-2
  • Rhea Marsh Smith, Spain: A Modern History (University of Michigan Press: Ann Arbor, Michigan, 1965).
  • Hugh Thomas, Rivers of Gold: The Rise of the Spanish Empire, from Columbus to Magellan (Random House, New York, 2003).
  • John B. Wolf, The Emergence of European Civilization (Harper & Row Publishers: New York, 1962).