Martir Katolik Irlandia
Martir-Martir Irlandia | |
---|---|
Lahir | Irlandia |
Meninggal | 1537–1714 |
Dijadikan martir oleh | Monarki Inggris |
Dimuliakan dalam | Gereja Katolik |
Dibeatifikasikan pada | 27 September 1992, by Paus Yohanes Paulus II |
Perayaan | 20 Juni |
Para Martir Katolik Irlandia adalah puluhan orang yang wafat sebagai martir karena iman Katolik mereka antara tahun 1537 dan 1714 di Irlandia, dan mereka telah dinyatakan kudus dalam tingkatan bervariasi. Kanonisasi Oliver Plunkett pada tahun 1975 membangkitkan kesadaran akan adanya para laki-laki dan perempuan lain yang wafat karena iman Katolik pada abad 16 dan 17. Pada tanggal 22 September 1992, Paus Yohanes Paulus II memproklamirkan satu kelompok perwakilan dari Irlandia sebagai martir-martir dan membeatifikasi mereka. "Martir" awalnya adalah satu kata Yunani yang berarti "saksi". Dalam Kisah Para Rasul, Petrus, saat berbicara kepada orang-orang di Yerusalem pada hari Pentakosta, mengaku bahwa ia dan semua rasul adalah "martir-martir", yaitu saksi-saksi, dalam hal ini untuk kebangkitan Yesus. Kata tersebut kelak digunakan untuk menyebut seseorang yang mengikuti teladan Kristus dan memilih untuk menyerahkan nyawanya daripada menyangkal imannya.[1]
![](http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/b/b3/Saint_Oliver_Plunkett.jpg)
Individu-individu yang mendapat pengakuan resmi
Dikanonisasi
12 Juli 1975 oleh Paus Paulus VI.
- Oliver Plunkett, Uskup Agung Armagh, 1 Juli 1681; dibeatifikasi tahun 1920
Dibeatifikasi
15 Desember 1929 oleh Paus Pius XI.
- John Carey (alias Terence Carey), umat awam, 4 Juli 1594 di Dorchester, Inggris
- Patrick Salmon, umat awam, 4 Juli 1594 di Dorchester, Inggris
22 November 1987 oleh Paus Yohanes Paulus II.
- Charles Meehan (alias Mahoney), Fransiskan, 21 Agustus 1679, Ruthin, Wales
27 September 1992 oleh Paus Yohanes Paulus II.
- Margaret Bermingham Ball, 1584, Dublin [2]
- Patrick Cavanagh, 5 Juli 1581, Wexford
- Edward Cheevers, 5 Juli 1581, Wexford
- Dominic Collins, bruder awam Yesuit dari Youghal, County Cork, 31 Oktober 1602[3]
- John Kearney, Prior Fransiskan di Cashel, 1653[4]
- Matius Lambert, 5 Juli 1581, Wexford
- Maurice MacKenraghty, Paderi untuk Pangeran Desmond, 1585
- Robert Myler, 5 Juli 1581, Wexford
- Terence Albert O'Brien, O.P., Uskup Emly, 31 Oktober 1651
- Conor O'Devany, Uskup Fransiskan Down & Connor, 11 Februari 1612
- Patrick O'Hely, Uskup Fransiskan Mayo, 31 Oktober 1579
- Peter O'Higgins, O. P., Prior Naas, 23 Maret 1642[5]
- Dermot O'Hurley, Uskup Agung Cashel, 20 Juni 1584
- Patrick O'Loughran, imam dari County Tyrone, 11 Februari 1612
- Conn O'Rourke, imam Fransiskan, 31 Agustus 1579
- Francis Taylor, mantan Walikota Dublin 1621
- William Tirry, imam Agustinian dari Cork, 12 Mei 1654
Martir lainnya
- Gelasius Ó Cuileanáin, Abas Sistersian di Boyle, 21 November 1580
Sejarah
Penganiayaan terhadap umat Katolik di Irlandia pada abad keenam belas dan ketujuh belas abad terjadi dalam beberapa gelombang, yang disebabkan oleh reaksi terhadap insiden atau keadaan tertentu, dengan adanya interval waktu jeda yang signifikan di antara peristiwa-peristiwa penganiayaan tersebut.[6]
Henry VIII
Penganiayaan agama terhadap umat Katolik di Irlandia dimulai di bawah kepemimpinan Raja Henry VIII (kelak Tuan Irlandia) setelah ia diekskomunikasi pada tahun 1533. Parlemen Irlandia ketika itu memberlakukan Akta Supremasi, menetapkan supremasi gerejawi raja. Beberapa imam, uskup, dan mereka yang tetap mendoakan paus disiksa dan dibunuh.[7] Akta Pengkhianatan 1534 mengakibatkan setiap tindakan kesetiaan kepada paus dianggap sebagai pengkhianatan. Banyak orang yang dipenjara atas dasar ini.
Pada tahun 1537, John Travers, Kanselir St Patrick's Cathedral, Dublin, dieksekusi berdasarkan Akta Supremasi.[8]
Elizabeth I
Hubungan membaik setelah naik takhtanya Ratu Katolik Mary I pada tahun 1553-58, dan pada tahun-tahun awal pemerintahan adiknya Ratu Elizabeth I. Setelah wafatnya Maria pada bulan November 1558, Parlemen Elizabeth mengesahkan Akta Supremasi 1559, yang menetapkan kembali pemisahan Gereja Inggris dari Gereja Katolik. Awalnya, Elizabeth memberlakukan kebijakan agama yang moderat. Akta Supremasi dan Keseragaman (1559), Buku Doa 1559, dan Tiga Puluh Sembilan Artikel (1563), semuanya adalah doktrin Protestan, tetapi mempertahankan banyak adat istiadat tradisional Katolik.[9]
Pada tahun 1563, Pangeran Essex mengeluarkan sebuah pengumuman, di mana semua imam, sekular maupun regular, dilarang memimpin ibadah, atau bahkan tinggal di Dublin. Denda dan hukuman ditegakkan secara ketat apabila tidak hadir dalam ibadah Protestan; tidak lama kemudian diberlakukan penyiksaan dan hukuman mati. Para imam dan kaum religius merupakan para korban pertama. Mereka diburu hingga ke gunung-gunung dan gua-gua, juga ke gereja-gereja paroki dan beberapa kapel biara yang sebelumnya lolos dari ketamakan Henry VIII.[10]
Referensi
- ^ Irish Martyrs, catholicireland.net; accessed 11 July 2015.
- ^ "The Irish Martyrs", The Church of the Irish Martyrs, Ballyraine
- ^ "Archives".
- ^ Super User. "Franciscan Saints & Blessed".
- ^ "Peter OHiggins O.P." Newbridge College. C1 control character di
|title=
pada posisi 8 (bantuan) - ^ Barry, Patrick, "The Penal Laws", L'Osservatore Romano, p.8, 30 November 1987
- ^ "CATHOLIC ENCYCLOPEDIA: Irish Confessors and Martyrs".
- ^ "Martyrs of England and Wales" New Catholic Encyclopedia.
- ^ "The Reign of Elizabeth I" by J.P. Sommerville, University of Wisconsin.
- ^ Cusack, Margaret Anne, An Illustrated History of Ireland, libraryireland.com; accessed 11 July 2015.
Sumber
- New Catholic Dictionary: Irish Martyrs