Lompat ke isi

Tribangga

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Batara Kresna menganjung Gunung Gowardana dalam sikap tribangga.

Tribangga adalah sikap tubuh saat berdiri yang digunakan dalam seni rupa tradisional India, dan tari klasik India seperti Odissi.[1] Jika dibandingkan dengan sikap tubuh contrapposto, maka tribangga, yang secara harfiah berarti tekuk tiga tempat, dibentuk oleh tiga keluk pada tubuh; di leher, pinggang, dan lutut, sehingga tubuh membentuk dua cekungan yang berlawanan arah, yakni di pinggang dan leher, mendekati bentuk huruf "S".[2] Tribangga dianggap sebagai sikap tubuh yang sangat anggun dan memikat indra dalam tari Odissi.[3] Tribangga sangat erat dikaitkan dengan Batara Kresna dalam Agama Hindu yang seringkali digambarkan dalam sikap tubuh ini.[4]

Tari klasik India, Odissi, bercirikan berbagai bangga atau sikap tubuh, termasuk menghentakkan kaki dan berbagai sikap tubuh yang memukau seperti yang tampak pada arca-arca India. Ada empat macam sikap tubuh, yakni bangga, abangga, atibangga, dan tribangga yang paling lazim dijumpai.[5] Istilah tribangga dalam bahasa Sanskerta berarti tiga bangga, dan menurut K. M. Varma, bukanlah nama dari sikap tubuh tertentu melainkan istilah yang digunakan dalam Kitab Silpasastra untuk menyebut himpunan “tiga macam bangga”, yakni abangga, samabangga, dan atibangga.[6]

Tribangga dalam seni pahat

Arca Awalokiteswara Putih dari Nepal, abad ke-14, dalam sikap tribangga.
Arca Salabanjika, Belur, dalam sikap tribangga, abad ke-12.

Seperti banyak sikap tubuh lain yang digunakan dalam tari tradisional India, termasuk dalam tari Odissi, Bharata Natyam, dan Kathak, tribanggi atau tribangga dapat dijumpai pula pada arca-arca India. Menurut tradisi, Yaksi digambarkan sedang menyentuh dahan pohon dalam sikap tribangga, sama seperti Salabanjika, yang contoh-contohnya dari abad ke-12 dapat dijumpai di kuil-kuil Hoysala di Belur, Karnataka Tengah-Selatan, dan di kuil-kuil Khajuraho yang didirikan sekitar abad ke-9 M, tempat Wisnu digambarkan di banyak tempat dalam sikap tubuh yang lazimnya merupakan sikap tubuh Kresna, yakni sedang meniup seruling dalam sikap tribangga.[5][7] Naskah-naskah Agama menganjurkan agar arca-arca Siwa dipahat membentuk sikap tribangga dan menghadap ke arah timur, seperti yang tampak pada kuil-kuil dari abad ke-8 sampai ke-12 M.[8]

Arca sesembahan utama kuil Simhachalam, di dekat Visakhapatnam, yakni manusia-singa (Narasinga) titisan Batara Mahawisnu, tegak dalam sikap tribangga. Bagian belakang arca, terdapat prasasti bertarikh 1098, masa pemerintahan Raja Kulothungga dari Wangsa Chola. Arca Rama Tirumala di Kuil Venkateswara, Tirumala yang termasyhur di Andhra Pradesh juga dibuat dalam sikap tubuh yang sama.[9] Gaya pahatan ini ikut terbawa bersama pengaruh budaya India sampai ke Tiongkok, sebagaimana yang tampak pada beberapa arca di Gua Maijishan dari penghujung zaman Wangsa Qin (384-417 M). Beberapa arca Buddha di Thailand juga dibuat dalam sikap tribangga (dalam keadaan berbaring), demikian pula beberapa Bodhisatwa di Yakushi-ji, kuil kuno Agama Buddha di Nara, Jepang, yang didirikan pada 680 M, atau pada Periode Hakuhō.

Rujukan

  1. ^ Varma, K. M. (1983). Myth of the so-called "tribhaṅga" as a "pose", or, The nature and number of bhaṅgas. Proddu. hlm. 15. 
  2. ^ "Glossary of Indian Art". 
  3. ^ Harding, Paul; Patrick Horton; Janine Eberle; Amy Karafin; Simon Richmond (2005). South India. Lonely Planet. hlm. 65. ISBN 1-74104-165-1. 
  4. ^ Dasa, Hayagriva (1985). The Hare Krishna explosion: the birth of Krishna consciousness in America, 1966-1969. Palace Press. hlm. 162. 
  5. ^ a b Sehgal, Sunil (1999). Encyclopaedia of Hinduism: (H - Q). Sarup & Sons. hlm. 868. ISBN 81-7625-064-3. 
  6. ^ Cf. Varma, K. M. Myth of the So-called ‘Tribhanga’ as a ‘Pose’. (Santiniketan, 1983).
  7. ^ Deva, Krishna (1990). Temples of Khajuraho, (Volume 1) Issue 5 of Architectural survey of temples. Archaeological Survey of India. hlm. 205. 
  8. ^ Kalia, Asha (1992). Art of Osian temples: socio-economic and religious life in India, 8th-12th centuries A.D. Abhinav Publications. hlm. 95. ISBN 0-391-02558-9. 
  9. ^ Dr N Ramesan (1981). The Tirumala Temple. Tirumala: Tirumala Tirupati Devasthanams. 

Pranala luar