Lompat ke isi

Gocah Pahlawan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 14 Agustus 2017 06.58 oleh Naval Scene (bicara | kontrib) (+refs)

Tuanku Sri Paduka Gocah Pahlawan, bergelar Laksamana Khoja Bintan,[1] adalah seorang tokoh pendiri Kesultanan Deli dan Kesultanan Serdang di Sumatera Utara.[2][3] Menurut kisah tarombo (hikayat) dari Deli dan Serdang, Gocah Pahlawan adalah seorang keturunan bangsa Keling (India),[3] yang dikirimkan oleh Sultan Iskandar Muda pada tahun 1612[2] untuk memerintah di daerah bekas Kerajaan Aru.[3] Ia diangkat sebagai panglima perwakilan dari Kesultanan Aceh Darussalam di daerah tersebut, untuk melawan pengaruh dari bangsa Portugis dan menjalin persekutuan dengan penduduk setempat, yang umumnya adalah suku Karo.[1][3]

Sumber Deli menyebutkan Gocah Pahlawan berasal dari India dengan nama asil Muhammad Delikhan, sedangkan sumber Serdang menyebutkan ia bernama asli Yazid dan masih keturunan dari raja-raja Bukit Siguntang Mahameru, lalu pergi meninggalkan Pagaruyung dengan menumpang kapal pedagang India.[3] Kedua sumber setuju bahwa sebelum ke Deli, Gocah Pahlawan terlebih dahulu terdampar di Pasai, Aceh.[3] Ia lalu membuat jasa kepada Kesultanan Aceh Darussalam dalam peperangan di Bengkulu, Johor, dan Pahang.[3]

Gocah Pahlawan menikah dengan adik datuk Sunggal, Datuk Itam Surbakti, yaitu salah seorang raja urung (Karo: penguasa daerah) yang terkuat di daerah tersebut (Deli Tua), serta bersekutu pula dengan tiga raja urung Karo lainnya,[1] Adik datuk Sunggal tersebut disebutkan bernama Puteri Nang Bulan boru Surbakti, dan pernikahan dilakukan pada sekitar tahun 1632.[3] Para raja urung Karo yang telah masuk Islam tersebut, kemudian menganggapnya sebagai pemimpin tertinggi untuk kawasan tersebut.[1] Kerajaan awal pimpinan Gocah Pahlawan didisebut dengan nama Kerajaan Bintan.[1] Wilayahnya sejak dari batas Tamiang sampai Sungai Rokan Pasir Ayam Denak.[3] Dengan bantuan para raja urung Karo, ia memantapkan kekuasaannya di Percut dan wilayah lainnya di Deli.[3]

Gocah Pahlawan wafat tahun 1641, dan kekuasaannya diteruskan oleh anaknya Tuanku Panglima Perunggit.[3]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b c d e Budisantoso, S. (1986). Masyarakat Melayu Riau dan kebudayaannya. Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Riau. 
  2. ^ a b Perang Sunggal, 1872-1895. D.T. Gembak. 1988. 
  3. ^ a b c d e f g h i j k Ikhsan, Edy (2015). Konflik Tanah Ulayat dan Pluralisme Hukum: Hilangnya Ruang Hidup Orang Melayu Deli. Yayasan Pustaka Obor Indonesia. ISBN 9789794619377.