Lompat ke isi

Husein Mutahar

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 16 Agustus 2017 04.07 oleh Pradigtamartakusumah (bicara | kontrib) (Pangatikan sareng Kalungguhan: Narjamahkeun ka basa Sunda)
H. Mutahar
Berkas:Husein Mutahar.jpg
H. Mutahar nganggo acuk Pramuka
Duta Besar di Vatikan
Masa jabatan
1969–1973
PresidenSoeharto
Sekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri
Masa jabatan
1974–1974
Ngadegkeun Paskibraka
Masa jabatan
1946–1973
PresidenSoekarno
Soeharto
Informasi pribadi
Lahir
Muhammad Husein bin Salim bin Ahmad bin Salim bin Ahmad al-Muthahar

(1916-08-05)5 Agustus 1916
Semarang, Jawa Tengah, Hindia Belanda
Meninggal6 Juni 2004(2004-06-06) (umur 87)
Indonesia Jakarta, Indonesia
KebangsaanIndonesia
ProfesiPencipta Lagu
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Muhammad Husein bin Salim bin Ahmad bin Salim bin Ahmad al-Muthahar atanapi langkung dipiwanoh minangka H. Mutahar (Templat:LDibabarkeunPupusna), nyaéta salasahiji komponis musik Indonesia, utamina dina wanda lagu kabangsaan sarta lalaguan murangkalih .

Lagu ciptaan anjeunna nu kawentar nyaéta : hymne Syukur (munggaran ditembangkeun Januari 1945) sareng mars Hari Merdeka (1946).[1] Karya lagu nu pungkasan Dirgahayu Indonesiaku , dijadikeun minangka lagu resmi nalika Milangkala ka -50 Kemerdekaan Indonésia.[1] Lagu anak-anak ciptaanana, diantawisna nyaéta : "Gembira", "Tepuk Tangan Silang-silang", "Mari Tepuk", "Slamatlah", "Jangan Putus Asa", "Saat Berpisah", dan "Hymne Pramuka".[2]

Pangatikan sareng Kalungguhan

Anjeunna kantos ngiring kuliah salami sataun di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada mangsa taun 1946-1947,[3] setelah tamat dari MULO B (1934) dan AMS A-I (1938).[3] Pada tahun 1945, Mutahar bekerja sebagai Sekretaris Panglima Angkatan Laut RI di Jogjakarta, kemudian menjadi pegawai tinggi Sekretariat Negara di Jogjakarta (1947).[3] Selanjutnya, ia mendapat jabatan-jabatan yang meloncat-loncat antardepartemen. Puncak kariernya barangkali adalah sebagai Duta Besar RI di Tahta Suci (Vatikan) (1969-1973).[3] Ia diketahui menguasai paling tidak enam bahasa secara aktif. Jabatan terakhirnya adalah sebagai Pejabat Sekretaris Jenderal Departemen Luar Negeri (1974).[3]

Kepanduan

Mutahar aktif dalam kegiatan kepanduan. Ia adalah salah seorang tokoh utama Pandu Rakyat Indonesia,[2] gerakan kepanduan independen yang berhaluan nasionalis. Ia juga dikenal anti-komunis. Ketika seluruh gerakan kepanduan dilebur menjadi Gerakan Pramuka, Mutahar juga menjadi tokoh di dalamnya. Namanya juga terkait dalam mendirikan dan membina Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka), tim yang beranggotakan pelajar dari berbagai penjuru Indonesia yang bertugas mengibarkan Bendera Pusaka dalam upacara peringatan Hari Kemerdekaan RI.

Paskibraka

Sebagai salah seorang ajudan Presiden, Mutahar diberi tugas menyusun upacara pengibaran bendera ketika Republik Indonesia merayakan hari ulang tahun pertama kemerdekaan, 17 Agustus 1946.[4] Menurut pemikirannya, pengibaran bendera sebaiknya dilakukan para pemuda yang mewakili daerah-daerah Indonesia. Ia lalu memilih lima pemuda yang berdomisili di Yogyakarta (tiga laki-laki dan dua perempuan) sebagai wakil daerah mereka.[4]

Pada tahun 1967, sebagai direktur jenderal urusan pemuda dan Pramuka, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Mutahar diminta Presiden Soeharto untuk menyusun tata cara pengibaran Bendera Pusaka.[4] Tata cara pengibaran Bendera Pusaka disusunnya untuk dikibarkan oleh satu pasukan yang dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok 17 sebagai pengiring atau pemandu; kelompok 8 sebagai kelompok inti pembawa bendera; kelompok 45 sebagai pengawal. Pembagian menjadi tiga kelompok tersebut merupakan simbol dari tanggal Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.[4]

Keluarga

H. Mutahar tidak menikah, namun mempunyai 8 anak semang (6 laki-laki dan 2 perempuan). Sebagian merupakan ”se­rahan” dari ibu mereka —yang janda— atau bapak me­reka —beberapa waktu sebelum meninggal dunia. Ada pula bapak/ibu yang sukarela menyerahkan anaknya untuk diakui sebagai anak sendiri. Semua sudah beru­mah tangga dan mempunyai 15 orang cucu (7 laki-laki dan 8 perempuan).

Meninggal dunia

Mutahar meninggal dunia di Jakarta pada usia hampir 88 tahun, 9 Juni 2004 akibat sakit tua. Selama hidupnya ia tidak pernah menikah. Jenazahnya dimakamkan di Pemakaman Jeruk Purut, Jakarta Selatan.[1]

Referensi

  1. ^ a b c "H Mutahar Telah Pergi". Kompas. 2004-6-10. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-9-29. Diakses tanggal 2012-08-17. 
  2. ^ a b "H. Mutahar - Potret Seorang Musikus Ulung". Purna Paskibraka Indonesia. 2009-2-8. Diakses tanggal 2012-08-17. 
  3. ^ a b c d e Ismail, Gunawan (2007). Kumpulan Lagu Nasional: Persembahan untuk Indonesiaku. Niaga Swadaya. hlm. 173. ISBN 9791133719, 9789791133715 Periksa nilai: invalid character |isbn= (bantuan). 
  4. ^ a b c d Pamuji, Kukuh (2010). "4". Komunikasi dan Edukasi di Museum Istana Kepresidenan Jakarta (Tesis Magister). p. 114. http://www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/131472-T%2027477-Komunikasi%20dan%20edukasi-Analisis.pdf. 

Pranala luar