Han Kik Ko
Mayor Han Kik Ko | |
---|---|
Kapitan Cina di Pasuruan | |
Masa jabatan 1808–1810 | |
Daerah pemilihan | Pasuruan, Jawa Timur |
Bupati Probolinggo | |
Masa jabatan 1810 – 1813 (meninggal sewaktu menjabat) | |
Pendahulu Tidak diketahui Pengganti Raden Soetik | |
Daerah pemilihan | Probolinggo, Jawa Timur |
Informasi pribadi | |
Lahir | 1766 Surabaya, Jawa Timur |
Meninggal | 1813 Probolinggo, Jawa Timur |
Hubungan | Han Siong Kong (kakek) Han Chan Piet, Mayor Cina (saudara laki-laki) |
Anak | Han Tjan Goan, Kapitan Cina |
Orang tua |
|
Tempat tinggal | Pasuruan & Probolinggo, Jawa Timur |
Pekerjaan | Mayor Cina, priyayi, tuan tanah |
Sunting kotak info • L • B |
Han Kik Ko, Mayor Cina, Bupati dari Probolinggo (1766 – 1813), juga dikenal sebagai Han Tik Ko dalam sumber-sumber Eropa, adalah seorang tokoh terkemuka Peranakan Tionghoa, pejabat pemerintah dan tuan tanah di Jawa Timur.[1][2][3][4][5] Dia dikenang saat ini sebagai pelopor industri gula di Jawa Timur, dan untuk akuisisi dan peraturan despotiknya di distrik Probolinggo.[1][3][4]
Latar belakang keluarga
Han Kik Ko lahir di Surabaya pada 1767, anak kelima dari dua belas putra, dari Han Bwee Kong (1727 – 1778), dan sebagai seorang cucu dari migran Tiongkok Han Siong Kong (1673 – 1743), pendiri keluarga Han dari Lasem yang berpengaruh.[1] Ayahnya, Han Bwee Kong, memegang jabatan pemerintah sipil Kapitan Cina, yang memberinya wewenang hukum dan politik atas masyarakat Tionghoa di Surabaya.[2][6]
Anggota penting keluarganya yang lain termasuk abangnya dan sesama tuan tanah, Han Chan Piet, Mayor Cina (1759 – 1827); pamannya, yang pindah ke agama Islam dan tokoh terkemuka, Ngabehi Soero Pernollo (1720 – 1776); dan sepupunya, bangsawan Jawa dan birokrat, Adipati Soero Adinegoro (1752 – 1833) dan Raden Soero Adiwikromo.[2][3][7] Keluarganya memainkan peran penting dalam konsolidasi kekuasaan Belanda di Jawa Timur pada pertengahan abad kedelapan belas, serta kemudian administrasi pemerintahan dan pembangunan ekonomi wilayah tersebut.[1][2][3][7]
Tuan tanah dan pejabat
Menjelang awal abad kesembilan belas, Han Kik Ko sudah menjadi tuan tanah yang penting di Jawa Timur.[1][2] Dia memiliki tanah di luar Surabaya, dan menyewa sebidang perkebunan negari di Kraton, di Keresidenan Pasuruan, yang terdiri dari 12 desa dan 2.538 orang.[1][2] Pada saat bersamaan, dia juga menerima jabatan pemerintah pertamanya sebagai Kapitan Cina di Pasuruan.[1][2]
Kapitan ini memainkan peran penting sebagai perintis industri gula di Jawa Timur.[1][2] Pabrik gula tertua di wilayah tersebut, yang berasal dari tahun 1799, didirikan oleh Kapitan di perkebunan miliknya di Pasuruan.[1][2]
Pada 1810, setelah pembelian Besuki dan Panarukan oleh Mayor Han Chan Piet, Kapitan memutuskan untuk mengikuti contoh abangnya dengan membeli distrik Probolinggo.[1][3][4][5] Dia setuju untuk membayar jumlah yang luar biasa sebesar satu juta dolar Spanyol dalam serangkaian angsuran kepada pemerintahan Herman Willem Daendels, Gubernur Jenderal Hindia Belanda selama Interregnum (1806 – 1815).[8]
Daendels kemudian mempromosikan Kapitan dengan pangkat tinggi Mayor Cina, serta Bupati Probolinggo dengan gelar gelar bangsawan Jawa Tumanggung.[1][3][5] Mayor-Bupati yang baru ini memiliki wewenang langsung atas 150.000 jiwa berbeda dengan saudara laki-lakinya, Majyor Han Chan Piet, yang memerintah distrik Besuki dan Panarukan melalui anggota birokrasi Jawa tradisional.[8]
Referensi
- ^ a b c d e f g h i j k Salmon, Claudine (1991). "The Han Family of East Java. Entrepreneurship and Politics (18th-19th Centuries) [". Archipel. 41 (1): 53–87. Diakses tanggal 25 February 2016.
- ^ a b c d e f g h i Salmon, Claudine (1997). "La communauté chinoise de Surabaya. Essai d'histoire, des origines à la crise de 1930". Archipel. 53 (1): 121–206. Diakses tanggal 25 February 2016.
- ^ a b c d e f Margana, Sri (2007). Java's last frontier : the struggle for hegemony of Blambangan, c. 1763-1813. Leiden: TANAP. hlm. 210–236. Diakses tanggal 25 February 2016.
- ^ a b c Hannigan, Tim (2012). Raffles and the British Invasion of Java (edisi ke-1st). Singapore: Monsoon Books. ISBN 981435886X. Diakses tanggal 25 February 2016.
- ^ a b c Tandjung, Krisnina Maharani (2010). Traces of Sugar : The Legacy of Java's Sugar Industry (edisi ke-1st). Jakarta: Yayasan Warna Warni Indonesia. ISBN 9789791383080.
- ^ Blussé, Leonard; Chen, Menghong (2003). The Archives of the Kong Koan of Batavia. Leiden: Brill. hlm. 1–7. ISBN 9004131574. Diakses tanggal 25 February 2016.
- ^ a b Han, Bing Siong (2001). "A Short Note on a Few Uncertain Links in the Han Lineage". Archipel. 62 (1): 43–52. Diakses tanggal 25 February 2016.
- ^ a b Review of the Administration, Value, and State of the Colony of Java: With Its Dependencies, as it Was, as it Is, and as it May be. London: Black, Parbury & Allen. 1816. hlm. 32–35. Diakses tanggal 25 February 2016.