Lompat ke isi

Gunungan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 11 September 2017 11.15 oleh Maula19 (bicara | kontrib) (Deskripsi ornamen gunung agung)

Gunungan adalah wayang berbentuk gambar gunung beserta isinya.[1][2] Di bawahnya terdapat gambar pintu gerbang menuju sorgaloka yang dijaga oleh dua raksasa yang memegang pedang dan perisai.[2] Itu melambangkan sang pencipta (Dewa Tertinggi), dan pada waktu dimainkan gunungan dipergunakan sebagai istana. Di sebelah atas gunung terdapat pohon hayat (Pohon Kehidupan) dan dibelit oleh seekor ular naga yang melambangkan nafsu manusia.

Dalam gunungan tersebut terdapat juga gambar berbagai binatang hutan. Gambar secara keseluruhan menggambarkan keadaan di dalam hutan belantara.[2] Gunungan melambangkan keadaan dunia beserta isinya. Sebelum wayang dimainkan, Gunungan ditancapkan di tengah-tengah layar, condong sedikit ke kanan yang berarti bahwa lakon wayang belum dimulai, bagaikan dunia yang belum beriwayat. Setelah dimainkan, Gunungan dicabut, dijajarkan di sebelah kanan.[2]

Gunungan dipakai juga sebagai tanda akan bergantinya lakon/tahapan cerita. Untuk itu gunungan ditancapkan di tengah-tengah condong ke kiri. Selain itu Gunungan digunakan juga untuk melambangkan api atau angin. Dalam hal ini Gunungan dibalik, di sebaliknya hanya terdapat cat merah-merah, dan warna inilah yang melambangkan api.

Gunungan juga dipergunakan untuk melambangkan hutan rimba, dan dimainkan pada waktu adegan rampogan, tentara yang siap siaga dengan bermacam senjata. Dalam hal ini Gunungan bisa berperan sebagai tanah, hutan rimba, jalanan dan sebagainya, yakni mengikuti dialog dari dalang. Setelah lakon selesai, Gunungan ditancapkan lagi di tengah-tengah layar, melambangkan bahwa cerita sudah tamat.

Gunungan ada dua macam, yaitu Gunungan Gapuran dan Gunungan Blumbangan. Gunungan Blumbangan digubah oleh Sunan Kalijaga dalam zaman Kerajaan Demak. Kemudian pada zaman Kartasura digubah lagi dengan adanya Gunungan Gapuran. Gunungan dalam istilah pewayangan disebut Kayon. Kayon berasal dari kata Kayun. Gunungan mengandung ajaran filsafat yang tinggi, yaitu ajaran mengenai kebijaksanaan. Semua itu mengandung makna bahwa lakon dalam wayang berisikan pelajaran yang tinggi nilainya. Hal ini berarti bahwa pertunjukan wayang juga berisi pertunjukan wayang juga berisi ajaran filsafat yang tinggi.

Gunungan dalam kuliner

Berkas:Gunungan Grebeg Sudiro.jpg

Gunungan merupakan tumpukan makanan yang menyerupai gunung, yang menjadi ciri khas dalam setiap Upacara Grebeg. Gunungan terdiri dari berbagai hasil bumi yang nantinya akan dibagikan kepada rakyat.[3]

Gunungan dalam arsitektur

Bandara Adisumarmo yang dibentuk Gunungan

Bandara Adi Sumarmo di Surakarta adalah sebuah bangunan yang lapangan parkirnya dibentuk seperti Gunungan.

Lihat pula

Pranala luar

Catatan kaki

  1. ^ [Hardjowirogo. 1982. Sejarah Wayang Purwa. Jakarta: Balai Pustaka]
  2. ^ a b c d Makna Gunungan (diakses tanggal 5 Maret 2011)
  3. ^ http://jogjatrip.com/id/144/Upacara-Adat-Grebeg-Keraton-Yogyakarta