Lompat ke isi

Ananda Sukarlan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 18 September 2017 10.26 oleh Caw252 (bicara | kontrib) (Mayoritas adalah suntingan kaidah penulisan)

Ananda Sukarlan (lahir 10 Juni 1968) adalah pianis dan komponis asal Indonesia yang menetap di Jakarta dan Spanyol. Namanya lebih dikenal di kalangan musik klasik. Ia menjadi satu-satunya orang Indonesia dalam buku "The 2000 Outstanding Musicians of the 20th Century", yang berisikan riwayat hidup 2.000 orang yang dianggap berdedikasi pada dunia musik.[1][2][3]

Ananda dikenal sebagai pianis, komponis, pendidik, penulis dan aktivis kebudayaan Indonesia. Ia membuat musik untuk anak-anak difabel di Spanyol, bekerjasama dengan Fundacion Musica Abierta, dan di Indonesia melalui yayasan yang didirikannya, Yayasan Musik Sastra Indonesia (YMSI).

Riwayat hidup

Ananda telah belajar bermain piano sejak usia lima tahun. Selulusnya dari SMA Kolese Kanisius Jakarta pada tahun 1986, ia belajar ke Amerika Serikat, dilanjutkan ke Den Haag, Belanda. Di tempat terakhir ini ia meraih master dengan predikat summa cum laude. Kesempatan bersekolah di Eropa ini dipakainya untuk mengikuti berbagai kompetisi piano internasional.

Sebagai pianis, ia telah memenangkan banyak kompetisi internasional di masa mudanya, yang membawanya ke karier musik internasional yang gemilang. Sampai saat ini ia telah memperdanakan lebih dari 300 karya baru yang ditulis khusus untuknya oleh komponis-komponis dunia, seperti Peter Sculthorpe, David del Puerto, Per Norgard, Gareth Farr dll. Musik-musik tersebut menggunakan elemen-elemen etnik Indonesia yang telah diperkenalkan oleh Ananda Sukarlan. Selama periode 1995-2006 ia mengadakan minimal 50 konser setahun di seluruh bagian dunia dihadiri oleh para anggota kerajaan dan para pejabat tinggi banyak negara, dan sejak 2006 ia mengurangi kegiatan konsernya untuk lebih berkonsentrasi ke menulis musik.

Pada tahun 2000 ia diundang oleh Kementerian Kebudayaan Portugal untuk menjadi solois dengan Portuguese National Symphony Orchestra sebagai seniman Indonesia pertama yang membuka hubungan budaya antara kedua negara setelah hubungan diplomatik Indonesia-Portugal kembali dibuka. Saat ini ia telah mengeluarkan 14 Compact Discs, beberapa diantaranya telah memenangkan penghargaan di Spanyol, antara lain Disco de Oro (Golden Disc) dari majalah Compact Disc (Spanyol) dan Best Classical Recording of the Year. Pada bulan September 2005 ia menerima gelar "Musician of the month" oleh Radio Nacional de Espana dan menjadi cover majalah Radio Clasica. Sebagai komponis, karyanya telah banyak dipesan dan dimainkan di benua Amerika dan Eropah. dan organisasi yang telah meminta karyanya antara lain Mozart 250 Years di Meksiko, Associated Board of Royal Schools of Music, Mexico Symphony Orchestra, Segovia Guitar Festival, dll. Ia telah menciptakan banyak karya besar, antara lain sebuah kantata tentang cinta "Ars Amatoria". Sebagai seorang komponis yang produktif, karyanya mencakup hampir semua instrumen. Karya terbanyaknya merupakan karya untuk vokal yang saat ini berjumlah lebih dari 200 lagu. Musiknya telah banyak ditulis sebagai bahan disertasi dan tesis doktoral di beberapa universitas di Brisbane, Sydney, Maastricht, Glasgow, Madrid, dan Amerika Serikat. Karyanya yang paling terkemuka adalah Rapsodia Nusantara yang sangat virtuosik untuk piano yang kini berjumlah 21 nomor, yang mana setiap nomor didasari oleh musik rakyat dari satu provinsi di Indonesia. Nomor-nomor tersebut telah dimainkan oleh ratusan pianis baik dari Indonesia maupun internasional. Dua buah tesis dan disertasi yang telah diterbitkan secara online di di beberapa blognya.

Ia adalah orang Indonesia pertama, dan saat ini satu-satunya, yang tercantum di 2000 Outstanding Musicians of the 20th century. Sebagai penderita Tourette - Asperger Syndrome yang berhubungan dengan autisme, ia kini berkonsentrasi dalam aplikasi pendidikan musik untuk anak-anak yang menderita penyakit serupa serta telah menulis beberapa artikel serta menjadi pembicara. Sebagai pembicara ia telah banyak diundang untuk mengajar atau memberi ceramah, antara lain di Universitas Indonesia, Universitas Satya Wacana (Salatiga), Universitas Brawijaya (Malang), Middlesex University (London), Edinburgh University, Griffith University (Brisbane, Queensland), Sydney Conservatory of Music, Maastricht Conservatory of Music, Monterrey Conservatory (Meksiko) dan banyak konservatorium di Spanyol. Ia telah memperkenalkan musik tradisional Jawa dan Bali ke banyak komponis dunia, sehingga elemen musik ini berasimilasi dengan banyak karya baru yang ditulis pada abad ini oleh para komponis itu. Bekerjasama dengan Chendra Panatan, mereka berhasil menggelar tari Kecak untuk pertama kalinya di Spanyol, yang kemudian menginspirasi banyak komponis untuk mempelajarinya. Komponis Jesus Rueda memasukkan elemen ini di karyanya, Sonata "Kecak" yang dipersembahkan untuk Ananda. Karya terbesar dari asimilasi kebudayaan sampai saat ini antara lain Simfoni no. 2 "Nusantara" untuk piano dan orkes, oleh komponis Spanyol David del Puerto. Sebagai penulis, ia sering diminta menulis artikel mengenai musik di berbagai majalah budaya di Spanyol dan Australia serta Indonesia . Tahun 2013 ia menerima Penghargaan Diaspora RI, dan tahun 2015 ia menerima Anugerah Kebudayaan RI.

Kiprah kesenian

  • Mendirikan Yayasan Musik Sastra Indonesia (YMSI) yg bertujuan memberikan pendidikan musik yang basic kepada anak-anak yg tidak mampu membayar, serta membantu anak-anak berbakat untuk uang kuliah mereka.
  • Menuliskan seri "Rapsodia Nusantara" (saat ini sudah 21 nomor), dimana setiap nomor adalah berdasarkan lagu-lagu daerah dari satu provinsi. Tujuannya untuk memberi bahan kepada para pianis dunia, menemukan identitas musik klasik Indonesia dengan karya-karya yang "Indonesia" tapi dengan teknik permainan klasik, tradisi virtuositas dari jaman Mozart dan Beethoven.
  • Di Spanyol, Ananda Sukarlan menuliskan karya-karya musik piano satu tangan tanpa pedal untuk anak-anak difabel bersama Yayasan Fundacion Musica Abierta. Sampai akhirnya ia menggubah Rapsodia Nusantara (no. 15), sebuah karya khusus tangan kiri berdasarkan lagu daerah Lampung.
  • Menyambung koneksi sastra dan musik di Indonesia, dengan menggunakan puisi-puisi karya Sapardi Djoko Damono, Eka Budianta, W.S. Rendra, Adimas Immanuel, Hasan Aspahani, Triyanto Triwikromo, Okky Madasari, Chairil Anwar dan puluhan lainnya untuk musiknya. Juga karya prosa seperti cerpen dan naskah teater telah dibikin opera, merintis opera berbahasa Indonesia. Salah satunya dari sajak Chairil Anwar "Krawang Bekasi"
  • Mantan Presiden RI, B.J. Habibie telah meminta Ananda untuk dua karya "Chamber Symphony", no. 1 (2014) dan no. 2 (2015). Terakhir, Habibie meminta karya besar untuk mengabadikan cintanya kepada almarhum istrinya Ainun Habibie, dan terciptalah "An Ode to the Nation" yang dipagelarkan oleh Ananda Sukarlan dan orkes di World Culture Festival di Bali, pertama kalinya mengetengahkan musik klasik Indonesia dengan identitasnya yang kuat di sebuah forum dunia.
  • Kompetisi musik klasik nasional Indonesia, Ananda Sukarlan Award Piano Competition dan Ananda Sukarlan Vocal Award, diadakan setiap dua tahun sejak tahun 2008.[4]

Daftar karya

Opera

  • CLARA, for soprano & two tenors, orchestra  1 hr 15'
  • TUMIRAH, for female rocker, 2 sopranos, 2 tenors, 1 countertenor, 1 baritone, orchestra,  1 hr 30'

Chamber Opera

  • SATRIA, for soprano, baritone, 3 actors/dancers & 9 musicians, 1 hr 10'
  • IBU, YANG ANAKNYA DICULIK ITU (The Mother, whose son was kidnapped)
  • for soprano solo, piano, flute & percussion 40'
  • LAKI-LAKI SEJATI (A Real Man) for soprano, mezzosoprano & piano 20'

Orkestra

  • FONS JUVENTATIS, an overture for piano & orchestra 5'
  • Cantata no. 2 "LIBERTAS", for solo baritone, choir & chamber orchestra 28'
  • STANZA SUARA, for choir, orchestra & angklung (Indonesian trad. instrs.) 7'
  • An Ode to the Nation, for tenor solo & orchestra  24'
  • Fantasia on Selendang Sutra, for piano & orchestra
  • Fantasia on Indonesia Pusaka, for piano & orchestra
  • Two fantasies on Ismail Marzuki's songs ("Halo-halo Bandung" & "Wanita") for violin & orchestra

Paduan suara

  • Cantata no. 1 "ARS AMATORIA" for soprano & baritone, children & male choir & 4 instruments 30' (some numbers are orchestrated for big orchestra and could be performed separately)
  • Cantata no. 2 "Libertas" for baritone, mixed choir & orchestra 30'
  • Choral Fantasy for soprano solo, choir & piano 6'
  • Psalm 148, for SATB a cappella 4'
  • Jokpiniana no.1, for SATB a cappella 4'
  • Jokpiniana no.2, for SATB & piano 4'
  • Kita Ciptakan Kemerdekaan (words by Sapardi Djoko Damono), for SATB Ballet (could be performed as concert music):
  • BIBIRKU BERSUJUD DI BIBIRMU, for soprano, flute (doubl. alto-fl), violin, piano 13'
  • VEGA & ALTAIR, for flute, violin, cello, harp 20'

Chamber music

  • Chamber Symphony no. 1 & no. 2, for 10 instruments (each around 20' )
  • LONTANO, for string quartet (choreographic interlude from the opera "Mengapa Kau Culik Anak Kami") 5'
  • REQUIESCAT, for english horn & str. qt (from Cantata no. 2 "Libertas")
  • RESCUING ARIADNE, for flute & piano 6'30"
  • PRELUDE AND INTERMEZZO from the opera "IBU", for flute & piano 6'
  • ECHO'S WHISPER, for oboe & piano 4'
  • LUST'S PASSION, for clarinet in Bb & piano 5'
  • A SICILIAN DIARY, for 3 flutes 6'
  • THE TRAITOR'S TORTURER TANGO (from the unfinished opera PRO PATRIA) for cello & piano 4'
  • Sadness Becomes Her, for violin & piano  5'
  • Chamber music written for handicapped pianists (LH normal, RH only functioning with 2 fingers) . Can be played by normal (intermediate level) pianists
  • Someone's stolen her heart (and I found it) , for viola & piano 3'
  • The Sleepers, for violin & piano 4'
  • SWEET SORROW, for violin & piano 3'
  • Two pieces for trumpet & piano 5'
  • Nothing Gold can stay (Robert Frost), for soprano & piano 2'
  • Daun Jati (S. Yoga), for baritone (with falsetti) & piano 2'
  • The Pirates are Coming, for 1 pianist with only 2 fingers acc. by 1 pianist (both hands)
  • Eine kleine (sehr) leicht Musik, for bassoon & piano 2'

Piano

  • "... and the twain shall meet ...," for piano 4 hands 5'
  • THE HUMILIATION OF DRUPADI, for 2 pianos 6'
  • SCHUMANN'S PSYCHOSIS, for 3 pianos 6 pianists 5'30"
  • VIVALDI'S WINTER OF DISCONTENT, for 4 pianos (4 pianists) 6'
  • 5 ETUDES for piano solo
  • RAPSODIA NUSANTARA no. 1 - 21 (number still growing), virtuosic works for piano solo (Rhapsodies based on Indonesian folksongs. Each rhapsody is based on folksongs of 1 province)
  • JUST A MINUTE ! , 13 pieces for left hand alone
  • 180 Easy to moderately difficult pieces in "Alicia's First - Sixth Piano Book" Vocal works (accompanied by piano otherwise indicated)
  • SENYAP DALAM DERAI , 6 songs for soprano
  • GEMURUHNYA MALAM, 4 songs for baritone
  • CANDA EMPAT PENJURU, 4 short songs (Autumn, Winter, Spring, Summer) for baritone
  • A UNTUK AKIS, ALAM DAN ANGKASA, 5 songs for baritone
  • ILHAM DI PENJARA, 3 songs for high voice
  • NYANYIAN MALAM, 12 songs for medium voice
  • LOVE AND VARIATIONS, 8 songs for soprano & baritone duet (in English, Spanish & Indonesian)
  • SAJAK 3 BAGIAN, for tenor and guitar
  • 3 duets (soprano & baritone) from Cantata no. 1 "Ars Amatoria"
  • Rangkaian Rahasia untuk Mariska, 5 songs on poems by Adimas Immanuel

Instrumental solo

  • SATRIA SENDIRI, for bassoon solo (from the opera "Satria") 3'
  • YOU HAD ME AT HELLO, 3 pieces for flute solo (choreographic intermezzi from the cantata "Ars Amatoria") 8'
  • 2 short pieces for piccolo solo 3'
  • THE 5 LOVERS OF DRUPADI, for guitar solo 5'30"
  • 3 STAR SIGNS, for oboe solo (one of them is for circular breathing). each 1 - 2 mins.
  • THE BIRTH OF DRUPADI , for marimba solo 4 '

Kontroversi

Pada tanggal 23 Februari, Ananda Sukarlan menyampaikan klarifikasi melalui jejaring sosial Facebook miliknya dan kanal berbagi video YouTube tentang karya komposisi pianonya yang mengundang kontroversi berjudul December, 2016 yang penggalannya, sebelumnya ditayangkan oleh CNN Indonesia dalam sebuah wawancara dengan Ananda. Klarifikasi tersebut dimaksudkan untuk melengkapi wawwancara, bahwa karya ini memang "mengawinkan" alunan "adzan" dengan lagu Natal sebagai karya baru yang utuh, dan bukan dalam rangka membela Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Lagu tersebut dapat didengar seutuhnya di CD Love and Variations.

Pranala luar

Referensi

  1. ^ Tokoh Indonesia Pianis Yang Mendunia diakses 11 Desember 2016
  2. ^ Kapan Lagi Ananda Sukarlan diakses 11 Desember 2016
  3. ^ Liputan 6: Ananda Sukarlan: Musik Klasik Seperti Tas atau Sepatu Mahal, diakses 14 Juni 2017
  4. ^ Padmagz Ananda Sukarlan Award Tanpa Juara I diakses 11 Desember 2016