Lompat ke isi

Abraham

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Abraham
אַבְרָהָם
ʾAḇrāhām
"Malaikat Tuhan mencegah pengorbanan Ishak", oleh Rembrandt, 1634.
Arti namaBapak banyak orang/bangsa
Orang tuaTerah (ayah)[1],
IstriSara, Hagar, Ketura[2]
AnakIsmael (dari Hagar),[3] Ishak (dari Sara),[4] dan Zimran, Yoksan, Medan, Median, Ishak, Syuah (dari Ketura),[5] Lot (keponakan)
SaudaraNahor dan Haran[1] (laki-laki), Sara[6] (perempuan, tiri)
Tempat lahirUr Kasdim[7] ~ 2000 SM
Tempat matiDekat Hebron di Kanaan[8] ~ 1825 SM
Umur175 tahun[9]
Sumber

Abraham (bahasa Ibrani: אַבְרָהָם, Modern Avraham Tiberias ʾAḇrāhām Ashkenazi Avrohom atau Avruhom; bahasa Arab: ابراهيم, Ibrāhīm ; Ge'ez: አብርሃም, ʾAbrəham) adalah tokoh penting di Alkitab dan Al-Quran. Agama Yahudi dan Kristen mengakuinya sebagai patriarkh, sementara dalam tradisi Islam ia dikenal sebagai Ibrahim. Dalam tradisi agama Abrahamik, Abraham adalah bapak rohani dari banyak orang.

Menurut Alkitab, Abraham dipanggil Allah dari Mesopotamia ke negeri Kanaan, sekitar tahun 2000 SM.[10] Di sana ia mengadakan perjanjian: Abraham diminta mengakui bahwa Yahweh adalah Tuhan dan otoritas tertinggi satu-satunya dan universal, dan untuk itu Abraham akan diberkati dengan keturunan yang tak terhitung banyaknya. Kehidupannya yang dikisahkan dalam Kitab Kejadian (pasal 11–25) dapat mencerminkan berbagai tradisi.

Nama aslinya adalah Abram (bahasa Ibrani: אַבְרָם, Modern Avram Tiberias ʾAḇrām ; "bapa (ab) yang terpuji" atau "bapa[-ku] dipuji/dimuliakan" (bandingkan Abiram). Belakangan dalam hidupnya ia dikenal dengan nama "Abraham", seringkali disebut pula sebagai av hamon (goyim) "bapak dari banyak (bangsa)" menurut Kejadian 17:5, meskipun dalam bahasa Ibrani kata ini tidak mempunyai arti harafiah.[11]

Abraham dalam pandangan agama samawi

Abraham mempunyai arti yang sangat penting bagi semua agama samawi yaitu Yahudi, Kristen dan Islam. Islam menganggap Ibrahim sebagai bapaknya orang-orang mu'min, karena Allah menetapkannya demikian. Ia adalah contoh ideal dari seorang yang disebut mu'min. Ini ditunjukkannya dengan penyerahan diri yang sempurna kepada Allah, dengan kesediaannya untuk menyembelih anak kesayangannya.

Agama Yahudi memandang Abraham sebagai salah satu leluhur mereka. Di dalam Kitab Suci Ibrani, Allah sering menyatakan diri-Nya sebagai "Allah Abraham, Ishak, dan Yakub". Hal ini misalnya terjadi ketika Allah menyatakan diri kepada Musa di padang belantara di Midian: "Lagi Ia berfirman: 'Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub.' Lalu Musa menutupi mukanya, sebab ia takut memandang Allah." (Keluaran 3:6).

Bagi orang Kristen, Abraham adalah bapak orang percaya. Imannya menjadi teladan bagi semua orang Kristen. Surat Ibrani mengatakan demikian: "Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui... Karena iman maka Abraham, tatkala ia dicobai, mempersembahkan Ishak. Ia, yang telah menerima janji itu, rela mempersembahkan anaknya yang tunggal" (Ibrani 11:8, 17).

Dengan demikian, Abraham adalah bapak yang sama bagi ketiga agama ini, sekaligus mengingatkan bahwa ketiga-tiganya mempunyai akar yang sama, yaitu monoteisme. Untuk itu Abraham disebut juga sebagai Bapak Monoteisme Dunia.

Abraham dalam Islam

Nabi Ibrahim as mendapatkan tempat khusus di sisi Allah SWT. Ibrahim termasuk salah satu nabi ulul azmi di antara lima nabi di mana Allah SWT mengambil dari mereka satu perjanjian yang berat. Kelima nabi itu adalah Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa, dan Nabi Muhammad saw—sesuai dengan urutan diutusnya mereka. Ibrahim adalah seorang nabi yang diuji oleh Allah SWT dengan ujian yang jelas. Yaitu ujian di atas kemampuan manusia biasa. Meskipun menghadapi ujian dan tantangan yang berat, Nabi Ibrahim tetap menunjukkan sebagai seorang hamba yang menepati janjinya dan selalu menunjukan sikap terpuji. Allah SWT berfirman: "Dan Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji. " (QS. an-Najm: 37) Allah SWT menghormati Ibrahim dengan penghormatan yang khusus. Allah SWT menjadikan agamanya sebagai agama tauhid yang murni dan suci dari berbagai kotoran, dan Dia menjadikan akal sebagai alat penting dalam menilai kebenaran bagi orang-orang yang mengikuti agama-Nya. Allah SWT berfirman: "Dan tidak ada yang bend kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya Dia di akhirat benar-benar ter­masuk orang yang saleh." (QS. al-Baqarah: 130) Allah SWT memuji Ibrahim dalam firman-Nya: "Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan). " (QS. an-Nahl: 120) Termasuk keutamaan Allah SWT yang diberikan-Nya kepada Ibrahim adalah, Dia menjadikannya sebagai imam bagi manusia dan menganugrahkan pada keturunannya kenabian dan penerimaan kitab (wahyu). Oleh karena itu, kita dapati bahwa setiap nabi setelah Nabi Ibrahim as adalah anak-anak dan cucu-cucunya. Ini semua merupakan bukti janji Allah SWT kepadanya, di mana Dia tidak mengutus seorang nabi kecuali datang dari keturunannya. Demikian juga kedatangan nabi yang terakhir, yaitu Nabi Muhammad saw, adalah sebagai wujud dari terkabulnya doa Nabi Ibrahim yang diucapkannya kepada Allah SWT di mana ia meminta agar diutus di tengah-tengah kaum yang umi seorang rasul dari mereka. Ketika kita membahas keutamaan Nabi Ibrahim dan penghormatan yang Allah SWT berikan kepadanya, niscaya kita akan mendapatkan hal-hal yang menakjubkan. Kita di hadapan seorang manusia dengan hati yang suci. Manusia yang ketika diperintahkan untuk menyerahkan diri ia pun segera berkata, bahwa aku telah menyerahkan diriku kepada Pengatur alam semesta. Ia adalah seorang Nabi yang pertama kali menama kan kita sebagai al-Muslimin (orang-orang yang menyerahkan diri). Seorang Nabi yang doanya terkabul dengan diutusnya Muhammad bin Abdillah saw. la adalah seorang Nabi yang merupakan kakek dan ayah dari pada nabi yang datang setelahnya. Ia seorang Nabi yang lembut yang penuh cinta kasih kepada manusia dan selalu kembali kepada jalan kebenaran. Allah SWT berfirman: "Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar seorang yang penyantun lagi penghiba dan suka kembali kepada Allah." (QS. Hud: 75) "(Yaitu): Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim." (QS. as-Shaffat: 109) Demikianlah Allah SWT sebagai Pencipta memperkenalkan hamba-Nya Ibrahim. Tidak kita temukan dalam kitab Allah SWT penyebutan seorang nabi yang Allah SWT angkat sebagai kekasih-Nya kecuali Ibrahim. Hanya ia yang Allah SWT khususkan dengan firman-Nya: "Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya." (QS. an-Nisa': 125).

AJARAN IBRAHIM

1. Ibrahim adalah seorang pemimpin untuk mengajak seluruh manusia agar beribadah dengan sebenarnya kepada Allah yang maha Esa (2:124-125). Untuk mengajak dan mengumpulkan pengikutnya, maka Ibrahim bersama anaknya Ismail mendirikan rumah peribatan (Baitullah) di daerah Mekah sekarang (2:127). Rumah Ibadah itu dijadikan Ibrahim sebagai pusat tempat berdakwah dan beribadah kepada Allah (22:26).

2. Ibrahim mengajarkan agama yang benar yaitu agama Islam kepada keturunannya Ismail, Ishak, dan Yakup untuk diteruskan kepada umat-umat selanjutnya (2:132)

3. Ibrahim membawa ajaran dan agama yang lurus yaitu berupa ajaran yang hanya beribadah dan menyembah Allah yang satu (2:135).

4. Ajaran Ibrahim bersumber dari Allah dan Ibrahim menasehati kepada keturunannya untuk mengukuti dan patuh kepada ajaran Allah (2:133,2:136).

5. Ibrahim bukan pembawa dan penganut agama Yahudi dan Nasrani, tetapi Ibrahim adalah pembawa agama yang lurus dan Ibrahim sama sekali bukanlah termasuk orang yang syirik atau mempersekutukan Allah dengan yang lainnya (2:135, 2:136).

6. Ibrahim bukanlah termasuk orang keturunan Yahudi atau Nasrani (3:67)

7. Orang yang paling dekat dan mengikti agama Ibrahim adalah Nabi Muhammad (3:68) h. Ibrahim menerima petunjuk tersebut berupa wahyu atau firman yang disampaikan oleh Allah (4:163) .

8. Ibrahim termasuk orang muslim (22:78) dan dia mewajibkan kepada pengikutnya untuk melaksanakan perintah Allah yaitu Shalat, berzakat, dan mengikuti apa yang disampaikan kepada Ibrahim (2:78).

SIAPA YANG DIKORBANKAN?

Ismail as adalah putra pertama dari nabi Ibrahim as dengan Hajar, Ishaq as adalah anak kedua dari Ibrahim as dengan Sarah. Sarah adalah istri pertama Ibrahim, namun hingga umurnya yang telah mencapai seumur nenek-nenek belum juga dikarunia anak, maka Sarah memutuskan agar nabi Ibrahim mengawini budaknya yaitu Hajar. Maka Ibrahimpun mempunyai anak dengan Hajar yang diberi nama Ismail. Sarah cemburu hingga mengusir Hajar agar keluar dari rumahnya, Ibrahimpun membawa Hajar serta Ismail ke Mekah dan meninggalkannya di Mekah. Menurut keimanan Kristen dan Yahudi putra yang dikorbankan oleh Ibrahim adalah Ishaq, tetapi menurut keimanan Islam putra yang dikorbankan adalah Ismail. Perbedaan dua keimanan ini tidak mungkin benar kedua-duanya, pasti salah-satunya saja yang benar, karena

Memang dalam masalah siapakah yang dikorbankan bukanlah masalah akidah, namun kebenaran siapakah yang dikorbankan membawa konsekuensi yang teramat besar, terutama bagi orang-orang Kristen dan Yahudi, pasalnya kebenaran ini berhubungan langsung dengan keakuratan kitab suci dalam mengisahkan kejadian yang sesungguhnya.

Alqur’an menyatakan secara tidak langsung bahwa putra nabi Ibrahim as yang dikorbankan adalah Ismail, sementara menurut Talmud dan Bible yaitu kitab agama Yahudi dan Kristen, menyebutkan secara langsung dan tegas bahwa putra nabi Ibrahim yang dikorbankan adalah Ishaq.

Kajian secara teliti dan jujur, baik berdasarkan Alqur’an, Bible dan Talmud akan diperoleh kesimpulan yang sama bahwa putra nabi Ibrahim yang dikorbankan adalah Ismail as bukan Ishaq as seperti yang diaku-aku oleh orang-orang Yahudi dan Kristen selama ini. Penyebutan nama Ishaq dalam Bible dan Talmud secara tata bahasa berkualitas sebagai sisipan para penulis kitab karena kedengkiannya, mari kita kaji secara ilmiah dan obyektif.

MENURUT AL-QUR’AN

Mari kita perhatikan ayat 100-113 Surat Ash-Shaffat

100. Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. 101. Maka kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. 102. Maka tatkala anak itu sampai ( pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku Sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi bahwa Aku me-nyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapat mu!” ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepada-mu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. 103. Tatkala keduanya Telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya),(nyatalah kesabaran keduanya) 104. Dan kami panggillah dia: “Hai Ibrahim, 105. Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. 106. Sesungguhnya Ini benar-benar suatu ujian yang nyata. 107. Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. 108. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian 109. (yaitu) ” Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim”. 110. Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. 111. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba kami yang beriman. 112. Dan kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq seorang nabi yang termasuk orang-orang yang saleh. 113. Kami limpahkan keberkatan atasnya dan atas Ishaq dan diantara anak cucunya ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang zalim terhadap dirinya sendiri dengan nyata. Ayat ini tidak mencantumkan nama anak yang dikorbankan Ibrahim as. namun bukan berarti tidak bisa diketahui siapa anak tersebut.

Inilah ketinggian sastra Alqur’an, walaupun nama tak disebut, namun makna yang hakiki tetap bisa diketahui.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan, karena inilah kalimat kunci agar kita bisa mengetahui bahwa anak Nabi Ibrahim adalah Nabi Ismail :

1. Pada ayat ke 112 Allah berfirman :

Di dalam ayat ini terdapat huruf و (wauw) ‘Athf litartibi wa litisholi, maknanya, huruf wauw yang menghubungkan dua peristiwa yang berbeda, secara berurutan sesuai tertib/urutan waktunya, yaitu peristiwa pertama tentang penyembelihan anak Nabi Ibrahim as yang telah dewasa yaitu Nabi Ismail as dan dilanjutkan dengan peristiwa kedua, yaitu kelahiran Ishaq as.

2. Dasar yang menetapkan bahwa anak itu Ismail as. adalah kalimat عليه di ayat 113

kata عليه di sini adalah milik Nabi Ismail dan bukan Nabi Ibrahim, mengapa demikian, karena pada kelanjutan ayat Allah berfirman : Dzurriyati hima

dhamir هِـمَا adalah milik Ismail dan Ishaq, karena mereka adalah saudara seayah, sehingga anak cucu mereka yang disebut Allah, bukan anak cucu Ibrahim dan Ishaq, karena keduanya adalah bapak beranak, jadi yang tepat adalah anak cucu Ibrahim dari putra beliau Ismail dan Ishaq.

Coba perhatikan jawaban anak Nabi Ibrahim yang hendak dikorbankan itu pada ayat 102:

Ia menjawab: “Wahai ayah, lakukanlah apa yang telah diperintahkan kepadamu, Insya Allah ayah akan mendapatiku sebagai anak yang sabar ( من الصبرين )

Di dalam Alquran, nabi yang memiliki predikat khusus sebagai (الصبرين) hanya 3 orang, yaitu :

Nabi Ismail Nabi Idris Nabi Dzulkifli “Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris dan Dzulkifli. semua mereka termasuk orang-orang yang sabar.” (Al -Anbiya’ :85)

Jadi jelaslah, bahwa Alquran telah menunjukkan hujjah yang terang, bahwa anak Nabi Ibrahim as yang hampir disembelih adalah Nabi Ismail as.

Dalam ayat-ayat selanjutnya mengisahkan dialog antara nabi Ibrahim dengan Ismail tentang perintah penyembelihan Ismail, dan beliau berdua berhasil melalui ujian yang nyata tersebut dengan amat sabar, dan Allah Subhanahu Wa Ta’ala mengganti Ismail dengan seekor sembelihan yang besar .

Setelah al-Qur’an mengisahkan kisah antara nabi Ibrahim dengan putranya Ismail, dalam ayat selanjutnya yaitu QS. As-Shaffat:112 Al-Qur’an mengisahkan bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberikan kabar baik akan datangnya seorang anak lagi yang bernama Ishaq :

“Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq seorang nabi yang termasuk orang-orang yang saleh”. (QS. As-Shaffat:112)

Ayat tersebut memberikan gambaran yang sangat jelas bahwa kabar gembira akan lahirnya Ishaq adalah setelah kisah kabar gembira akan lahirnya Ismail dan kisah perintah penyembelihannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa al-Qur’an menyatakan Ismail-lah yang akan disembelih bukan Ishaq. Bungzet (bicara) 13 September 2017 20.15 (UTC)

Abraham menurut pandangan Yahudi dan Kristen

Abram

Abraham bernama asli Abram. Ia adalah anak Terah, berasal dari Ur-Kasdim. Abram lahir ketika Terah berusia 130 tahun (mengingat Abram berusia 75 tahun ketika Terah wafat pada usia 205 tahun). Lalu Terah membawa Abram, anaknya, serta cucunya, Lot, yaitu anak Haran, dan Sarai, menantunya, isteri Abram, anaknya; ia berangkat bersama-sama dengan mereka dari Ur-Kasdim untuk pergi ke tanah Kanaan, lalu sampailah mereka ke Haran, dan menetap di sana. Umur Terah ada 205 tahun; lalu ia mati di Haran.[12] Setelah itu, Abram dan istrinya Sarai, Lot (anak dari saudara laki-laki Abram, Haran), dan semua pengikutnya, kemudian pergi ke Kanaan. Abram berumur 75 tahun, ketika ia berangkat dari Haran. TUHAN memerintahkan Abram untuk pergi ke "negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu", dan berjanji untuk memberkatinya dan membuatnya bangsa yang besar.[13] Karena percaya akan janji-Nya ini, Abram pergi ke Sikhem, dan menerima janji baru bahwa negeri itu akan diberikan pada keturunannya. Setelah membangun sebuah mezbah untuk memperingati perjanjian ini, ia pergi dan memasang kemah di antara Betel dan Ai, di mana ia membangun sebuah mezbah lagi dan "memanggil nama TUHAN."[14]

Di sini ia tinggal untuk beberapa waktu, sampai ketika ada perselisihan antara gembala-gembalanya dan gembala-gembala Lot. Abram mengusulkan pada Lot bahwa mereka berpisah, dan mengizinkan keponakannya untuk memilih lebih dahulu. Lot memilih tanah yang subur di sebelah timur sungai Yordan, sementara Abram, setelah menerima janji lagi dari TUHAN, pergi ke Mamre, dekat Hebron, dan mendirikan mezbah lagi bagi TUHAN.

Berdoa untuk Sodom

Dalam cerita mengenai Lot dan pemusnahan Sodom dan Gomora, Abram muncul ketika ia memohon pada TUHAN untuk mengasihani Sodom.[15] Di saat itu, TUHAN mengatakan kepada Abram bahwa Ia akan turun dan melihat, apakah benar-benar mereka telah berkelakuan seperti keluh-kesah orang yang telah sampai kepada-Nya atau tidak.[15]

Di Mesir

Karena kelaparan yang hebat, Abram dan keluarganya pergi ke Mesir (Kejadian 26:11, 41:57, 42:1), di mana ia takut bahwa kecantikan istrinya akan menawan hati orang-orang Mesir. Karena itu ia berdusta bahwa Sarai adalah saudara perempuannya. Ini tidak menyelamatkannya dari Firaun, yang mengambilnya untuk harem pribadinya dan memberi Abram banyak ternak dan budak. Tapi ketika TUHAN menimpakan tulah yang hebat pada Firaun, Abram dan Sarai meninggalkan Mesir.

Hagar dan Ismael

Karena Sarai tidak dapat mengandung, janji Tuhan bahwa keturunan Abraham akan mewarisi tanah perjanjian tampak seperti mustahil. Sarai, sesuai dengan kebiasaan saat itu, memberi hamba perempuannya yang bernama Hagar kepada Abram. Ketika Hagar mengandung anak Abram, ia menjadi sombong dan merendahkan Sarai. Sarai mengusirnya ke padang gurun. Hagar dijanjikan bahwa keturunannya akan menjadi sangat banyak, "sehingga tidak dapat dihitung karena banyaknya." Maka Hagar kembali dan melahirkan anaknya Ismael yang merupakan putra Abram yang pertama. Hagar dan Ismael kemudian diusir dari Abram oleh Sarai selamanya (Kejadian 21).

Dalam agama Kristen dan Yahudi disebutkan bahwa yang disebut keturunan Abraham adalah berasal dari Ishak (Kejadian 21:12 Tetapi Allah berfirman kepada Abraham: "Janganlah sebal hatimu karena hal anak dan budakmu itu; dalam segala yang dikatakan Sara kepadamu, haruslah engkau mendengarkannya, sebab yang akan disebut keturunanmu ialah yang berasal dari Ishak.) Meskipun Ismael lahir sebelum Ishak tetapi adalah anak yang dilahirkan dari budak perempuan, yaitu Hagar, wanita Mesir yang menjadi budak bagi keluarga Abraham—pelayan bagi Sara. Menurut adat istiadat pada waktu itu, yang terhitung sebagai anak adalah dari istri yang sah, dalam hal ini maka Ishak-lah yang paling berhak disebut sebagai ahli waris.

Perjanjian sunat

Nama Abraham diberikan pada Abram (dan Sara pada Sarai) pada waktu yang sama dengan perjanjian sunat (Kejadian 17), yang dipraktikkan dalam agama Yahudi dan Islam sampai hari ini. Sekarang Abraham dijanjikan bukan saja keturunan yang banyak, melainkan juga bahwa keturunan ini akan berasal dari Sara, dan juga bahwa negeri di mana ia tinggal akan menjadi milik keturunannya. Perjanjian ini dipenuhi lewat Ishak, walaupun Tuhan berjanji bahwa Ismael akan menjadi bangsa yang besar pula. Perjanjian sunat (tidak seperti janji-janji lainnya) memiliki dua sisi dan bersyarat: bila Abraham dan keturunannya memenuhi janji mereka, TUHAN akan menjadi Tuhan mereka dan memberi mereka negeri tersebut.

Ujian iman Abraham

Beberapa waktu setelah kelahiran Ishak, Abraham diperintahkan Tuhan untuk mengorbankan Ishak di gunung Moria. Sebelum Abraham sempat mematuhi hal ini, ia dicegah seorang malaikat dan ia mengorbankan seekor domba jantan. Sebagai imbalan akan kepatuhannya ini ia menerima janji lain bahwa ia akan membuat keturunannya "sangat banyak seperti bintang di langit dan seperti pasir di tepi laut", dan bahwa mereka "akan menduduki kota-kota musuhnya."

Sara wafat

Sara wafat dalam usia lanjut, 127 tahun. Saat itu Ishak masih berusia 36 tahun dan belum menikah. Untuk menguburkan istrinya itu, Abraham membeli sebidang tanah ladang beserta suatu gua yang bernama gua Makhpela dari Efron bin Zohar, orang Het itu. Sesudah itu Abraham menguburkan Sara, isterinya, di dalam gua ladang Makhpela itu, di sebelah timur Mamre, yaitu Hebron di tanah Kanaan.[16]

Istri ketiga, Ketura

Abraham mengambil pula seorang isteri, namanya Ketura. Perempuan itu melahirkan baginya Zimran, Yoksan, Medan, Midian, Isybak dan Suah. Yoksan memperanakkan Syeba dan Dedan. Keturunan Dedan ialah orang Asyur, orang Letush dan orang Leum. Anak-anak Midian ialah Efa, Efer, Henokh, Abida dan Eldaa. Itulah semuanya keturunan Ketura.[17]

Warisan Abraham

Abraham memberikan segala harta miliknya kepada Ishak, tetapi kepada anak-anaknya yang diperolehnya dari gundik-gundiknya ia memberikan pemberian; kemudian ia menyuruh mereka—masih pada waktu ia hidup—meninggalkan Ishak, anaknya, dan pergi ke sebelah timur, ke Tanah Timur.[18]

Akhir hayat

Abraham mencapai umur 175 tahun lalu ia meninggal. Ia mati pada waktu telah putih rambutnya, tua dan suntuk umur, maka ia dikumpulkan kepada kaum leluhurnya. Dan putra-putranya, Ishak dan Ismael, menguburkan dia dalam gua Makhpela, di padang Efron bin Zohar, orang Het itu, padang yang letaknya di sebelah timur Mamre, yang telah dibeli Abraham dari bani Het; di sanalah terkubur Abraham dan Sara isterinya.[19]

Berabad-abad kemudian makam ini menjadi tempat kunjungan agama dan umat Islam membangun Masjid Ibrahim di tempat ini.

Perhitungan waktu

Selisih usia

Masa hidup

  • Abraham berusia 75 tahun ketika berangkat dari Haran ke tanah Kanaan,[24] setelah Terah, ayahnya, mati pada usia 205 tahun.[25]
  • Abraham berusia 85 tahun ketika Sara memberikan Hagar hambanya kepada Abraham supaya mendapat anak; waktu itu mereka sudah tinggal di Kanaan 10 tahun.[26]
  • Abram berusia 86 tahun ketika Hagar melahirkan Ismael baginya.[27]
  • Abraham berusia 99 tahun ketika disunat.[28]
  • Abraham berusia 100 tahun ketika Sara melahirkan Ishak baginya.[29]
  • Abraham mati pada usia 175 tahun, ketika Ishak berusia 75 tahun, Ismael 89 tahun,[30] sedangkan Esau dan Yakub, cucu-cucu kembar Abraham dari Ishak dan Ribka, saat itu berusia 15 tahun.[31]
  • David Rohl memperkirakan Abraham hidup sekitar tahun-tahun 2000-1825 SM dan raja Mesir yang ditemui Abraham adalah Nebkaure Khety IV dari Dinasti kesepuluh Mesir.[32]

Silsilah

Menurut catatan Alkitab, silsilah Abraham adalah sebagai berikut:

Nahor
istriTerahistri
SaraAbrahamKeturaHaran
Nahor
HagarMilkaYiska
ZimranUs
IsmaelYoksanBusLotistri
MedanKemuel
NebayotMidianKesedputri sulungputri bungsu
KedarIsybakHazo
AdbeelSuahPildashS. MoabS. Amon
MibsamYidlaf
Misyma/MismaBetuel
Ishak
MahalatRibkaLaban
EsauYakubLeaBilhaZilpaRahel
Duma
S. Edom
Masa
Hadad1. Ruben5. Dan7. Gad11. Yusuf
Tema2. Simeon
Yetur3. Lewi6. Naftali8. Asyer12. Benyamin
Nafish4. Yehuda
Kedma9. Isakhar
10. Zebulon
Dina

Keterangan

  : Kawin
  : Keturunan


Referensi dan pranala luar

  1. ^ a b Kejadian 11:26
  2. ^ Kejadian 11:19, Kejadian 16:3, Kejadian 25:1
  3. ^ Kejadian 16:15
  4. ^ Kejadian 21:2-3
  5. ^ Kejadian 25:2
  6. ^ Kejadian 20:12
  7. ^ Kejadian 11:31
  8. ^ Kejadian 23:19, 25:9
  9. ^ Kejadian 25:7
  10. ^ Garis waktu
  11. ^ JewishEncyclopedia.com menyatakan, "Bentuk 'Abraham' tidak memberikan makna apapun dalam bahasa Ibrani". Banyak penafsiran yang diajukan, termasuk analisis terhadap unsur pertama abr- "kepala" atau "pemimpin", namun kata ini tidak menghasilkan makna yang berarti untuk unsur yang kedua.
  12. ^ Kejadian 11:31–32
  13. ^ Kejadian 12:1–3
  14. ^ Kejadian 12:5–8
  15. ^ a b (Indonesia) I. Snoek. 2004, Sejarah Suci, Jakarta: Gunung Mulia. Hlm. 43.
  16. ^ Kejadian 23:1–19
  17. ^ Kejadian 25:1–6
  18. ^ Kejadian 25:5–6
  19. ^ Kejadian 25:7–10
  20. ^ Kejadian 11:32; Kejadian 12:4
  21. ^ Kejadian 21:5
  22. ^ Kejadian 16, Kejadian 17
  23. ^ Kejadian 17, Kejadian 21
  24. ^ Kejadian 12:4
  25. ^ Kejadian 11:32
  26. ^ Kejadian 16:3
  27. ^ Kejadian 16:16
  28. ^ Kejadian 17:17 dan 24
  29. ^ Kejadian 21:5
  30. ^ Kejadian 23:1
  31. ^ Kejadian 25
  32. ^ Rohl, David (2002). The Lost Testament: From Eden to Exile - The Five-Thousand-Year History of the People of the Bible. London: Century. ISBN 0-7126-6993-0.  Published in paperback as Rohl, David (2003). From Eden to Exile: The Epic History of the People of the Bible. London: Arrow Books Ltd. ISBN 0-09-941566-6.