Lompat ke isi

Hang Tuah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Hang Tuah adalah pahlawan Melayu legendaris pada masa pemerintahan Kesultanan Melaka pada abad ke 15 (Kesultanan Melayu Melaka) dari tahun 1400-1511. [1] Menurut catatan sejarah, ia lahir di Kampung Sungai Duyong, Melaka, sekitar 1444. Ayahnya adalah Hang Mahmud sementara ibunya adalah Dang Merdu Wati. Ayahnya pernah menjadi gubernur istana besar untuk beberapa waktu yang lalu, demikian juga ibunya yang merupakan keturunan istana. Hang Tuah adalah Laksamana yang terkenal dengan kesetiaannya kepada Sultan dan merupakan pejuang seni bela diri yang sangat kuat dan tak terkalahkan.

Biografi

" Tak akan Melayu hilang di bumi "

— Sumpah Hang Tuah dalam Sulalatus Salatin.

Makam Hang Tuah

Penggambaran Hang Tuah dari beberapa versi Sulalatus Salatin berbeda, ada yang menyebutkan bahwa ia dahulunya adalah seorang nelayan miskin. Hang Tuah ialah seorang pahlawan legenda berbangsa Melayu pada masa pemerintahan Kesultanan Melaka pada abad ke-15 (Kesultanan Melayu Melaka) bermula pada abad ke-15.[1]

Pada masa mudanya,Hang Tuah bersama keempat temannya: Hang Jebat, Hang Kasturi, Hang Lekir dan Hang Lekiu mempelajari seni bela diri dengan bergurukan Adiputra di Gunung Ledang, johor. Setelah menyelesaikan studi mereka, mereka kembali ke Melaka. Suatu hari, mereka berhasil menyelamatkan Dato 'Bendahara (yaitu Perdana Menteri) dari seorang pria yang sedang mengamuk. Dato 'Bendahara terkesan dengan ketangkasan mereka dan mengundang mereka semua ke rumahnya dan kemudian membawa mereka untuk bertugas di istana. Sejak itu, Hang Tuah dan teman-temannya sangat dicintai oleh Sultan sampai Hang Tuah mendapatkan gelar Laksamana. Saat menemani Sultan Melaka ke Majapahit di Jawa, Hang Tuah berhasil membunuh seorang pejuang Jawa bernama Taming Sari. Dalam pertarungan tersebut, Taming Sari adalah seorang prajurit tak terkalahkan yang tidak dapat disakiti. Tapi Hang Tuah tahu kekebalan Taming Sari terletak pada kerisnya. Jadi Hang Tuah berhasil merebut keris dan membunuh Taming Sari. Keris kemudian diberikan oleh Betara Majapahit ke Hang Tuah. Pemilik keris ini juga akan kebal terhadap pejuang Taming Sari Jawa.

Kemudian Hang Tuah dituduh berzinah dengan pelayan Raja, dan di dalam keputusan yang cepat, Raja menghukum mati Laksamana yang tidak bersalah. Namun, hukuman mati tidak pernah dikeluarkan, karena Hang Tuah dikirim ke sesebuah tempat yang jauh untuk bersembunyi oleh Bendahara.

Setelah mengetahui bahwa Hang Tuah akan mati, teman seperjuangan Hang Tuah, Hang Jebat, dengan murka ia membalas dendam melawan raja, mengakibatkan semua rakyat menjadi kacau-balau. Raja menyesal menghukum mati Hang Tuah, karena dialah satu-satunya yang dapat diandalkan untuk membunuh Hang Jebat. Secara tiba-tiba, Bendahara memanggil kembali Hang Tuah dari tempat persembunyiannya dan dibebaskan secara penuh dari hukuman raja. Setelah tujuh hari bertarung, Hang Tuah merebut kembali keris Taming Sarinya dari Hang Jebat, dan membunuhnya.Setelah teman seperjuangannya gugur, Hang Tuah menghilang dan tidak pernah terlihat kembali.

Penghargaan

Kehebatan Hang Tuah, menginspirasikan masyarakat untuk tetap mengabadikan namanya. Selain digunakan untuk nama jalan, namanya juga dikaitkan dengan sesuatu yang berhubungan dengan bahari. Nama Hang Tuah digunakan untuk beberapa institusi pendidikan kemaritiman, antara lain Universitas Hang Tuah di Surabaya serta Sekolah Menengah Kejuruan Pelayaran Hang Tuah di Kediri Jawa Timur. Selain itu salah satu kapal perang Indonesia, juga menggunakan namanya yaitu, KRI Hang Tuah.

Lihat pula

Catatan kaki