Bassam Tibi
Bassam Tibi | |
---|---|
Lahir | 4 April 1944 Damascus |
Tempat tinggal | Göttingen, Germany |
Kebangsaan | German |
Kewarganegaraan | Syrian, German |
Almamater | Goethe University Frankfurt (B.A.) University of Hamburg (D.Phil) |
Dikenal atas | Islam dan Islamisme |
Karier ilmiah | |
Bidang | Islam |
Institusi | University of Göttingen, Cornell University |
Bassam Tibi adalah seorang ilmuwan politik dan profesor Hubungan Internasional. Dia lahir di Damaskus, Suriah pada tahun 1994. Dia dan keluarganya pindah ke Jerman pada tahun 1962, dan resmi menjadi warga negara Jerman pada tahun 1964.[1] Dia dikenal sebagai ilmuwan Hubungan Internasional yang mengenalkan Islam dengan tema-tema konflik Internasional dan peradaban. Tibi dikenal juga dengan konsepnya tentang Leitkultur dan konsep Euroislam yang menjelaskan integrasi imigran Muslim di negera-negara Eropa. Dia juga pendiri Islamologi sebagai kajian sosial-sains Islam dan konflik pada pasca politik dua kutub.[1]
Tibi belajar di Johann Wolfgang Goethe Universitas Frankfurt di bawah bimbingan Max Horkheimer, hingga mendapatkan gelar Ph.D pada tahun 1971.[1][2] dan berada di bawah bimbingan Dr. Habil di Universitas Hamburg pada tahun 1981.[2] Dari 1973 hingga pensiun pada 2009, dia adalah seorang profesor di Universitas Göttingen. Dalam waktu yang sama, dia juga memiliki afiliasi di Universitas Harvard pada tahun 1982 hingga 2000, dan bertugas di The Bosch Fellow di tahun 1998 hingga 2000.[1] Sekarang, dia adalah kandidat A.D. White Professor-at-Large di Universitas Cornell. Tibi telah melakukan 18 kali kunjungan guru besar di Universitas Princeton, UC Berkeley, Universitas Michigan-Ann Arbor, dan yang paling terakhir di Pusat Kajian Genosida Tingkat Lanjur (en-lang|the Center for Advanced Holocaust Studies).[1] Sedangkan di Eropa, Tibi mengajar di kampus-kampus Jerman, Swis, dan Turki, serta melakukan berbagai pertemuan di Universitas Khartoum (Sudan), Universitas Yaounde (Kamerun), Universitas Islam Negeri Hidayatullah - Jakarta (Indonesia), Universitas Negeri Singapura, dan Institut Islam Dakar (Senegal).[2]
Setelah masa pensiunnya pada 2009, dia menerbitkan buku Predikensi Islam dan Budaya Modern (en-lang|Islam's Predicament with Cultural Modernity), sebuah buku yang mewujudkan pekerjaan hidupnya.[1]