Lompat ke isi

Kajian media

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 8 Oktober 2017 23.51 oleh 223.255.225.77 (bicara) (pranala dalam)
Kajian media berkaitan dengan bentuk-bentuk representasi realitas.

Kajian media adalah suatu disiplin ilmu pengetahuan yang mempelajari konten, sejarah, dan pengaruh berbagai media, khususnya media masa. Kajian media berangkat dari tradisi ilmu sosial dan humaniora, namun dalam kajian media, disiplin ilmu yang paling inti terdiri dari komunikasi massa, komunikasi, ilmu komunikasi, dan kajian komunikasi.[1] Di penghujung tahun 1970-an, ilmu media secara luas berdiri sebagai disiplin ilmu yang mandiri. Beberapa peneliti mengembangkan beberapa teori dan metode dari berbagai disiplin seperti studi kebudayaan, retorika (termasuk retorika digital), filsafat, teori sastra, psikologi, ilmu politik, ekonomi politik, ekonomi, sosiologi, antropologi, teori sosial, sejarah seni, kajian kritis, teori film, feminisme, dan teori informasi.[2]

Sejarah

Poster Perang Dunia II dari Angkatan Bersenjata Amerika tentang Jepang yang diasosiasikan sebagai tikus (binatang yang merugikan) mendekati perangkap yang diberi tanda "Angkatan Laut, Angkatan Darat, Sipil", sebagai latar belakang peta negara bagian Alaska
Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI, film dokudrama propaganda anti-komunisme, anti-PKI dan pro-Soeharto yang paling dikenal dan sering ditonton di era Orde Baru di Indonesia.

Kajian media yang didasarkan pada peneltian ilmiah dimulai pada area surat kabar dan jurnal. Salah satu program studi media yang paling awal, didirikan pada tahun 1916 oleh Karl Bücher di Institut Ilmu Surat Kabar di Leipzig, Jerman. Profesor pertamanya yaitu Erich Everth. Kemudian pada tahun 1919 di Amerika Serikat, program kajian media pertama kali dibuka oleh Universitas The New School, New York. Universitas yang pertama kali membahas gambar bergerak juga dipelajari di sini pada tahun 1926.

John Culkin, seorang kolega dari Marshall McLuhan, menghibahkan Pusat Pemahaman Media kepada The New School pada tahun 1975, kemudian The New School resmi membuka kajian media di program sekolah pascasarjana-nya (M.A) yaitu program pertama yang membahas kajian ini.[3] Kini, program kajian media masih dapat ditemui di Sekolah Kajian Media, The New School, yang telah merayakan ulang tahunnya yang ke-40 di tahun akademik 2015 - 2016.[4]

Institut Analisis Propaganda menaruh perhatian yang sangat mendalam mengenai peran propaganda khususnya pada Perang Dunia I dan II, dimana menurut mereka propaganda adalah

Suatu ekspresi dari gagasan atau tindakan baik oleh individu maupun kelompok yang secara sengaja dirancang untuk mempengaruhi gagasan atau tindakan individu atau kelompok lainnya dengan mengacu pada tujuan yang telah ditentukan.[5]

Sedangkan menurut Harold Lasswell, seorang yang bekerja di Sekolah Sosiologi Chicago menulis tentang Teknik Propaganda pada Perang Dunia berpendapat bahwa:

Propaganda dalam makna yang lebih luasnya adalah teknik mempengaruhi tindakan manusia dengan cara merekayasa representasi. Representasi ini dapat disampaikan baik dalam bentuk ucapan, tulisan, gambar, maupun musik.[6]

Sekolah pertama yang mempelajari mengenai pengaruh media ini telah melakukan percobaan di Bagian Eksperimentasi pada Divisi Informasi dan Pendidikan Cabang Penelitian di Departemen Perang Amerika Serikat. Dimana selama percobaan, beragam pengaruh film propaganda terhadap para tentara selama perang Amerika Serikat telah diamati.[7]

Kini kajian media banyak digunakan dalam berbagai bidang selain politik. Salah satunya dalam bisnis Iklan, seperti halnya yang diungkapkan Herman bahwa model propaganda adalah sebuah tingkah laku dan kinerja, bukanlah melulu pengaruh media (Herman, 2000, hlm. 63). Dia berpendapat bahwa ; "media adalah bisnis berorientasi laba, dimiliki oleh orang yang sangat kaya raya (atau perusahaan lain); dan mereka sebagain besar tipongan oleh banyaknya pengelola iklan yang juga pencari laba, dan oleh siapapun yang ingin iklan mereka muncul dan menjual di lingkungan yang berdaya beli.[8] Dia juga berpendapat mengenai lima faktor tentang media ini, yaitu kepemilikian, periklanan, sumber, perlawanan dan ideologi anti komunis yang bekerja sebagai penyaring; yang bekerja mengenai informasi apa saja yang boleh disajikan, baik secara individual maupun kumulatif yang sebagain besar berpengaruh besar dalam pemilihan media. Hingga hari ini, tidak ada kesimpulan akhir apa sebenarnya propaganda itu, perdebatan masih berlanjut.

Sekolah Frankfurt berkontribusi besar dalam perkembangan dan aplikasi teori kritis dalam kajian media. Dengan lokus teoretis dan filosofis dari para tokoh besar seperti Max Horkheimer, Theodor Adorno, Walter Benjamin, Leo Lowenthal, dan Herbert Marcuse. Oleh sebab itu, kritik kaum Marxis atas hembusan pasar "industri budaya" merupakan kritikan yang tajam dan berpengaruh kuat. Seperti halnya yang ditulis dalam tulisan yang berjudul "Sebuah Kritik atas Musik Radio", Adorno menegaskan bahwa musik tak ubahnya seperti barang konsumen lainnya, yang hanya menghasilkan 'komoditas mendengar', dan tidak lagi sebagai daya pendorong manusia, dan pendengar pun menolak semua aktivitas intelektual.[9] Sebagai halnya, Sekolah Frankfurt yang mengeluhkan tentang pengaruh "industri budaya", mereka juga mulai mengidentifikasikan budaya massa dan budaya tinggi dalam dua entitas yang yang berbeda, yang kemudian dikenal sebagai budaya populer dan budaya tinggi. Pembedaan dua konsep budaya ini, didasarkan atas perbandingan produksi original dengan perilaku ritualistik budaya massa yang suka meniru dan mengidentiifikasi simbol reproduksi, sehingga tidak memiliki originalitas, dan hampa makna.

Referensi

  1. ^ Frank., Webster, (1995). Theories of the information society. London and New York: Routledge. ISBN 0415105749. OCLC 31867297. 
  2. ^ 1943-, Dayan, Daniel, (1992). Media events : the live broadcasting of history. Cambridge, Mass.: Harvard University Press. ISBN 0674559568. OCLC 607059875. 
  3. ^ "Degrees & Programs | School of Media Studies in NYC". www.newschool.edu (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-10-08. 
  4. ^ "Media Studies 40th Anniversary Celebration Fall 2015- Spring 2016" (dalam bahasa Inggris). 2015-09-14. Diakses tanggal 2017-10-08. 
  5. ^ Lee, Alfred M. (With Elizabeth Briant Lee). (1937). The Fine Art of Propaganda: A Study of Father Coughlin’s Speeches
  6. ^ Lasswell, Harold (1937). "Propaganda". Encyclopedia of the Social Sciences. pp. 521–27.
  7. ^ Hovland, Carl I.; Arthur A. Lumsdaine; Fred D. Shefield (1949). "Experiments in Mass Communication". Studies in the Social Psychology in World War II, American Soldier Series. New York: Macmillan. 3: 3–16, 247–79. 
  8. ^ (Herman, 2000, hlm. 62)
  9. ^ Adorno, Theodor W. (1945). "A Social Critique of Radio Music". Kenyon Review7: 208–17.