Lompat ke isi

Insiden Bukit Kepong

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 14 Maret 2008 19.07 oleh Borgxbot (bicara | kontrib) (Robot: Cosmetic changes)
Insiden Bukit Kepong
Bagian dari Darurat 1948 - 1960 Malaysia
Tanggal23 Februari, 1950
LokasiBukit Kepong, Muar
Hasil Komunis berhasil, Kepolisian Federasi Tanah Melayu tewas
Pihak terlibat
Partai Komunis Malaya Kepolisian Federasi Tanah Melayu,
warga Bukit Kepong
Tokoh dan pemimpin
Muhammad Madera
Lek Tuan
Sersan Jamil Mohd Shah (Kepala Kepolisian Bukit Kepong)
Penghulu Ali Mustapha (Desa kepala Bukit Kepong)
Kekuatan
200 25
Korban
40 korban tewas 23 angka korban tewas didalamnya terdapat warga sipil (Assistant Police (AP))

Insiden Bukit Kepong adalah kesan kekejaman teroris komunis semasa keadaan darurat selepas Perang Dunia II. Dalam insiden itu, kepolisian balai Bukit Kepong diserang oleh segerombolan 180 teroris komunis bermula sekitar jam 5.00 pagi pada 23 Februari 1950.

Dalam kejadian tersebut, para personil polisi berlawan habis-habisan sehingga seorang demi seorang tewas. Dua orang istri personil marinir polisi turut mengangkat senjata apabila mendapati suami mereka tewas dan mereka juga bertempur bersama polisi lain hingga kehabisan peluru.

Dalam mempertahankan kepolisian balai Bukit Kepong, 17 personil tewas.

Permulaan

Kejadian Bukit Kepong adalah pertempuran bersenjata yang bersejarah berlaku pada 23 Februari 1950 antar Kepolisian Federasi Tanah Melayu dengan Partai Komunis Malaya (beretnis Tionghua) sebelum Tanah Melayu merdeka. Pertempuran ini berlaku di keliling kepolisian balai di Bukit Kepong. Kepolisian Balai yang dibuat daripada kayu ini letaknya ditebing sungai Muar, sekitar 59 km dari bandara Muar, Johor, Malaysia.

Peristiwa ini bermula sebelum subuh apabila Komunis melancarkan serangan gerilya ke atas kepolisian balai. Ia berakhir dengan tragis dalam penumpahan darah dengan teroris membunuhan semua polisi yang ditugasi di situ. Komunis mahu menjadikan contoh dari peristiwa itu apa yang akan terjadi kepada mereka yang menentang Komunis. Apabila teroris memulakan penyergapan, teroris percaya bahawa mereka akan dapat menewaskan semua polisi dan mengawal kepolisian balai tersebut dalam tempoh singkat. Ini disebabkan beberapa faktur yang menyebelahi mereka:

  1. Kelebihan senjata dan kekuatan personil
  2. Keadaan kepolisian balai yang terpencil

Kepolisian Balai Bukit Kepong terletak diselekoh sungai Muar, sebuah perkampungan kecil yang terpencil dengan sekitar dua puluh buah rumah dan toko. Menjelang awal 1950, ia merupakan tumpuan aktivitas komunis di situ. Ketika itu kepolisian balai itu dikepalai oleh Kepolisian Balai Kepala, Sersan Ray Dancey, yang pernah berdinas di Palestin. Ketika serangan ke atas Bukit Kepong, ia telah lama ditukarkan dan jabatannya dijabat oleh Sersan Jamil Mohd Shah, kemungkinannya yang diketahui oleh komunis.

Selain itu terdapat peleton campuran 15 personil polisi tetap dan Prajurit Marinir Polisi yang dikepalai Sersan Jamil sendiri. Ketika itu polisi ini turut dikukuh oleh tiga prajurit polisi khusus dan empat Polisi Tambahan bagi tugas mengawali dan lain-lain, yang menjadikan 22 orang personil semuanya.

Tiga belas istri dan anak-anak polisi tinggal di berek di sebelah belakang Kepolisian Balai. Sistem komunikas yang sukar adalah sebab utama penempatan pasukan marinir polisi di situ.

Serangan Komunis

Menurut saksi, terdapat sekitar 200 orang teroris komunis daripada Kompi Bebas ke-4 yang menyerang dan dikepalai oleh Muhammad Indera, komunis Melayu yang diperkotak-katikkan komunis Tionghua, di mana awal perancanganya Muhammad Indera dimaklumkan bahawa serangan itu sebagai amaran sahja, sebaliknya ia bertukar menjadi tragedi buruk, ia juga disertai oleh Komisser Goh Peng Tun. Komunis mengepong kepolisian balai dengan separuh bagian hadapan, bakinya mengelilingi balai itu. Pertempuran bermula sekitar 04.15 pagi. Apabila Prajurit Dua Jaffar Hassan mencabar dan menembak mati seorang teroris komunis yang sedang memotong kawat duri balai itu. Komunis kemudiannya menyerang dari tiap sudut, terutamanya dari bagian hadapan. Teroris berharap serangan ini mengejutkan polisi tetapi berhadapan dengan tentangan hebat polisi tersebut, terutama dari dua kedudukan senapan Bren diletak di dalam kubu di bawah bilik Kawalan. Sungguhpun lebih sedikit, polisi yang diketuai oleh Sersan Jamil Mohd Shah, enggan bisa menyerah, walaupun diseru oleh komunis agar menyerah. Satu persatu polisi tewas apabila pertempuran berterusan dan dua orang istri polis yang bertahan turut serta berjuang apabila mendapati suaminya tewas semasa pertempuran. [1]

Sekitar 5 pagi pasukan Polisi Bantuan beserta sekelompok warga desa yang lengkap bersenapan dan shotgun dikirim di Kampong Jawa di kepalai penghulu Ali Mustaffa, dan bergerak untuk membantu. Mereka diserang oleh komunis yang ditugasi untuk menghalang bantuan dari luar dan beberapa warga desa serta pihak komunis juga turut tewas dalam pertempuran dikawasan itu. Sekitar masa ini, kedua-dua kedudukan senapan Sten turut dimusnah komunis.

Sekitar 7 pagi, komunis menangkap seorang istri polisi Mariam Ibrahim, istri Prajurit Dua Mohamad Jaafar. Dikabarkan, Mat Indera memaksai Mariam merayu agar polisi menyerah tetapi tidak diendahkan oleh Jamil sendiri. Pada masa ini Fatimah Yaaba dan anaknya Hassan turut ditangkap dan dipaksa menyeru polisi menyerah. Mereka yang bertahan tidak berbuat demikian dan terus berjuang habis-habisan. Apabila mereka tidak menyerah, Mariam dilukai dan Fatimah dibunuh. Suami Fatimah, Prajurit Dua Abu Bakar Daud ditugasi sebagai pemandu bot di sungai Muar, turut berjuang menentang komunis hingga ia luka setelah ditembak di dada dan tangan, ketika mempertahankan botnya.

Dalam saat akhir pertempuran itu, komunis membakar berek dan kepolisian balai. Dua wanita dan anak-anak polisi terbakar hangus dalam berek nikah. Pada ketika itu hanya 3 polisi dan seorang pengawal desa yang hidup. Mereka meluru keluar dari balai yang terbakar dan merempuh kedudukan komunis, membunuh tiga dari teroris yang coba menghalangi mereka. Komunis terus menembak mereka yang cuba lari daripada kepolisian balai yang terbakar itu. Ketika ini warga desa Durian Chondong belah barat menghantar bot ke Lenga untuk memberitahu pemerintah mengenai serangan ini.

Hanya selepas lima wita bertempur, komunis berhasil menawan kepolisian balai dan membakar balai itu. Mereka kemudian berundur kedalam hutan, meninggalkan kemusnahan dan ketewasan. Komunis turut melontar personilnya yang luka dan mayatnya yang tewas ke dalam api. Antaranya termasuk Hassan Abu Bakar, putra Prajurit Dua Abu Bakar yang dicampak hidup-hidup kedalam api.

14 polisi termasuk Sersan Jamil, 4 pengawal desa, 3 polisi bantuan, istri Abu Bakar Daud (adalah seorang polisi yang terselamat) dan tiga anaknya terbunuh dalam kejadian itu. Jumlah angka korban yang tewas adalah 25 orang. Korban yang terselamat dalam pertempuran itu adalah 4 orang personil polisi dan 9 sekeluarga termasuk istri dan anak-anaknya.

Bantuan dari perkampungan berdekatan

Semasa peristiwa tersebut, bantuan dihantar dari Kampung Tui semasa pertempuran bermula ke beberapa kampung berdekatan. Sekumpulan warga desa yang dikepalai oleh Penghulu Ali Mustafa dari Kampung Tui diiringi oleh 13 AP/HG (Polis Bantuan - Auxiliary Police/Pengawal Desa - Home Guard). Mereka diserang oleh komunis dalam perjalanan sekitar setengah kilometer dari kepolisian Bukit Kepung. Mereka kekurangan senjata berbeda komunis yang bersenjata otomatis berbeda senapan dan shotgun yang dibekali kepada warga desa. Beberapa warga desa luka dan tewas. Walaupun tersekat, kehadiran warga tersebut berhasil mengurangkan tekanan kepada pasukan bertahan di Bukit Kepung dan memaksa pengundurannya kepada komunis.

Disebabkan kondisi yang tidak seimbang, Ali Mustafa mengarah timnya berundur sementara yang tim lain diarah mempertahankan kawasan keliling bandara Bukit Kepong. Komunis berundur selepas membakar kantor perkampungan dan merampok toko-toko.

Pada masa sama, sekumpulan warga desa dari Kampung Durian Chondong menggunakan sampan berkayuh ke arah Bukit Kepong bagi memberi bantuan. Dalam perjalanan, mereka juga diserang hendap oleh komunis. Hanya separuh daripada 7 warga dalam kumpulan tersebut terselamat untuk terus ke Lenga. Mereka sampai ke sana pada 10 pagi dan ketika itu berita mengenai serangan komunis keatas Bukit Kepong disampaikan. [2]

Selanjutnya

Apabila pengawal desa memasuki bandara Bukit Kepung, mereka dapat melihat kemusnahan akibat serangan teroris tersebut. Desa Kepala mengambil alih administrasi pos luar hingga diganti oleh kepolisian daerah Muar. Peristiwa Bukit Kepong dianggap sebagai ketewasan tragis yang bagaimanapun mengukuhkan lagi semangat pemerintah dan warga Bukit Kepong untuk menanggulangi teroris komunis. Tim kecil berjuang menentang teroris yang jauh lebih besar meningkatkan lagi semangat dalam perjuangan menentang komunis. Terdapat pendapat yang menyamakan insiden Bukit Kepong dengan Alamo, di mana kepolisian Bukit Kepong disamai dengan penduduk Texans berhadapan dengan cabaran yang hebat dan berjuang sehingga ketitisan darah terakhir.

Mereka yang terselamat

Polisi
  1. Prajurit Dua Othman Yusoff (meninggal);
  2. Prajurit Marinir Abu Bakar Daud (meninggal);
  3. Prajurit Tambahan Ahmad Khalid (meninggal);
  4. Sersan Yusoff Rono (78 pada 2000, meninggal pada tahun 2005)
Ahli keluarga polisi
  1. Mariam Ibrahim - istri Prajurit Dua Muhamad Jaafar
  2. Zainun Muhamad - putri Prajurit Dua Muhamad Jaafar
  3. Abu Samah Muhammad - putra Prajurit Dua Muhamad Jaafar
  4. Zaleha - putri Prajurit Dua Muhamad Jaafar
  5. Jamilah - putri Prajurit Marinir Abu Bakar Daud
  6. Hussain - putra Prajurit Marinir Abu Bakar Daud
  7. Fatimah Abdul Manan @ Timah Lawa - istri Prajurit Dua Hassan Osman
  8. Pon Khalid - istri Prajurit Marinir Awang Ali
  9. Fatimah Tuani - istri Prajurit Dua Hamzah Ahmad

Mereka yang tewas

Polisi
  1. Sersan Jamil Mohd Shah (Kepala Kepolisian Bukit Kepong)
  2. Kopral Mohd Yassin Haji Wahab (Wakil Kepala Kepolisian Bukit Kepong)
  3. Prajurit Pertama Jidin Omar
  4. Prajurit Dua Hassan Osman
  5. Prajurit Dua Hamzah Ahmad
  6. Prajurit Dua Jaafar Hassan
  7. Prajurit Dua Muhamad Jaafar
  8. Prajurit Marinir Ibrahim Adam
  9. Prajurit Dua Abu Mohd Ali
  10. Prajurit Dua Abu Kadir Jusoh
  11. Prajurit Marinir Marin Awang Ali
  12. Prajurit Marinir Marin Basiron Adam
  13. Prajurit Tambahan Tambahan Mohd Top Lazim
  14. Prajurit Tambahan Tambahan Jaafar Arshad
Kepolisian Bantuan
  1. AP Samad Yatim
  2. AP Mahmood Saat
  3. AP Ali Akop
  4. AP Othman Yahya
Keluarga Polisi
  1. Fatimah Yaaba - istri Prajurit Marinir Abu Bakar Daud
  2. Hassan Abu Bakar - putra lelaki Prajurit Marinir Abu Bakar Daud
  3. Saadiah - istri Prajurit Dua Abu Mohd Ali
  4. Simah Abu - putri Prajurit Dua Abu Mohd Ali
Kepolisian Bantuan (AP) dan Pengawal Desa yang tewas dalam pertempuran diluar kepolisian balai
  1. AP Redzuan Alias
  2. Embong Lazim
  3. Koh Ah Cheng

Pranala luar