Lompat ke isi

Tatanan riil

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 23 Oktober 2017 05.06 oleh HsfBot (bicara | kontrib) (Bot: Perubahan kosmetika)

Tatanan riil atau Yang Riil (bahasa Inggris: The Real) adalah sesuatu yang autentik, atau suatu kebenaran azali. Hal ini juga disebut sebagai yang primordial atau dimensi pengalaman eksternal; dengan pengalaman akan yang tak terbatas, mutlak atau noumena; sebagai lawan dari realitas yang bergantung pada persepsi material yang berdasar panca indera. Yang Riil seringkali dianggap sebagai yang tak tereduksi dalam tatanan simbolik. Namun dalam pengalaman hidup, fenomena ini selalu hadir memberi isyarat dalam kasus-kasus tertentu, misalnya pengalaman akan yang sublim.[1]

Tatanan riil dalam psikoanalisis

Jacques Lacan

Bagi Lacan, tatanan riil tidak hanya bertentangan dengan tatanan imajiner, tetapi juga berada di luar tatanan simbolik. Berbeda dengan tatanan simbolik, yang dibentuk dalam pertentangan antara "kehadiran" dan "kehilangan"; pada tatanan ini tidak ada ketiadaan. Oposisi simbolik antara "kehadiran" dan "ketidakhadiran" menyiratkan kemungkinan adanya sesuatu yang hilang dari tatanan simbolik. Sedangkan seperti halnya yang dikatakan Lacan, tatanan ini selalu kembali ke tempat yang sama, tidak pernah berubah; oleh sebab itu tatanan riil adalah tatanan yang tidak mungkin.[1]

Tatanan riil bertindak sebagai pengaman, yang terbentuk secara perlahan, dan terus menerus mengalami perubahan. Dalam tatanan ini tidak ada bahasa karena bahasa muncul akibat adanya rasa kehilangan atau kekurangan atau ketidaksempurnaan. Sedangkan dalam tatanan riil yang ada hanyalah kepenuhan yang sempurna, yaitu sebuah keutuhan.[2] Lacan menyebutkan bahwa tatanan riil adalah ketidakmungkinan itu sendiri, karena tatanan ini melampaui bahasa dan tidak dapat diungkapkan dalam bahasa. Tatanan riil terletak di luar atau melampaui jaringan penanda-penanda.[2] Oleh sebab itu, karena tatanan ini tidak terbayangkan dan juga tidak mungkin dimasukkan dalam tatanan simbolik, maka tatanan ini tidak mungkin diraih.[1] Tatanan riil adalah obyek dari kegelisahan yang tidak dapat dijelaskan pada tatanan simbolik. Tatanan riil adalah tatanan yang terjadi sebelum proses simbolisasi dan imajinasi, dan merangsang timbulnya hasrat. Dalam hal ini, seorang manusia tidak mungkin dikenali seutuhnya, karena setiap manusia memiliki lubang-lubang dalam inti keberadaanya. Kerinduan akan keutuhan inilah yang menjadi obyek hasrat.[2] Hasrat timbul akibat adanya jurang lebar antara bahasa dan makna sesungguhnya. Namun, bahasa tidak pernah berhasil mengekspresikan keutuhan tersebut, sehingga selalu ada jurang lebar yang tercipta; dan karena jurang lebar ini tidak pernah terekspresikan, maka manusia pun terus berbicara.[2]

Lacan menggunakan istilah tuche, untuk menjelaskan kondisi di mana Subjek masuk ke dalam tatanan riil. Lacan juga memakai istilah automaton, yang juga diambilnya dari Aristoteles, dalam menjelaskan rantai penanda-penanda. Bagi Lacan tatanan riil ini melampaui automaton.[2] Tatanan riil adalah apa yang digambarkan sebagai yang selalu kembali; dorongan dari tanda-tanda, yang melaluinya kita melihat diri kita dikendalikan oleh prinsip kesenangan. Lacan menjelaskan bahwa tatanan riil ini terletak membentang dari trauma sampai fantasi.[2] Dia juga menyebutkan bahwa pertemuan dengan tatanan riil ini terjadi dalam trauma, mendukung fantasi, dan fantasi melindungi tatanan ini. Tatanan riil adalah apa yang mengatur kegiatan kita.[2] Salah satu metode utama psikoanalisis adalah mengurai pengalaman traumatis dari tatanan riil ke dalam tatanan simbolik, melalui asosiasi bebas. Analis mencari diskursus analysand dalam merepresentasikan suara, kata-kata, atau gambar (atau hal kecil dari kenyataan, yang membuktikan bahwa kita tidak sedang bermimpi); melalui percobaan dialektika yang membawa fiksasi ini ke dalam aliran metonimi teratur dari tatanan simbolik (alam bawah sadar); sehingga Subjek lebih jauh terintegrasi ke dalam fantasi mereka.[1]

Slavoj Žižek

Žižek cenderung fokus pada tatanan riil sebagai batasan penandaan. Setelah mengikuti struktur triadik tatanan Lacanian, Žižek menekankan bahwa sebenarnya terdapat tiga tatanan dasar yang berada pada Yang Riil, yaitu tatanan riil Yang Riil; tatanan simbolik Yang Riil dan tatanan imajiner Yang Riil. Tatanan riil Yang Riil adalah sebuah konsep demarkasi yang berfungsi sebagai hal yang mengerikan, atau yang memberikan rasa ngeri dalam film horor (seperti Alien, kepala Medusa, pusaran dan sebagainya). Sedangkan tatanan simbolik Yang Riil mengacu pada simbol dan kode anonim (rumus ilmiah, digitalisasi, atau penanda kosong) yang berfungsi sebagai "tekstur" abstrak yang dengannya, atau di luarnya, suatu realitas terbentuk. Dalam film The Matrix misalnya, tatanan simbolik Yang Riil diekspresikan pada titik di mana Neo merasakan "realitas" dalam terma aliran abstrak dari output digital. Di dunia kontemporer, Žižek mencontohkan hal tersebut sebagai kapital; yang mewakili tatanan riil simbolik di zaman kita.[3]

Sedangkan tatanan imajiner Yang Riil adalah dimensi fantasmatik yang tak tereksploitasi dan tak tereksplorasi. Misalnya adalah dunia maya sebagai dunia imajiner yang ambigu. Pada awalnya, dunia maya akan tampak benar-benar seperti Yang Riil; dengan gambaran sebuah alam semesta yang mengambang bebas dari fantasi yang tak terbatas. Namun, justru melalui dunia maya, kita dapat meng-klik segala sesuatu yang terlalu jauh dan membawa kita pada beragam hal yang mengerikan, dengan ketakutan dan kecemasan yang paling intim.[3] Intinya, Yang Riil benar-benar melekat pada kenyataan. Hubungan antara keduanya bukanlah hal yang spasial namun dimensional; suatu kontaminasi timbal balik. Yang Riil adalah sesuatu yang lebih dari realitas itu sendiri. Pada film The Matrix misalnya; pada satu sisi, Yang Riil bukanlah realitas yang kita hidupi sehari-hari, namun sebuah "fragmen pikiran" yang dapat dihapus dengan mendistorsinya. Distorsi dalam realitas selalu dimungkinkan karena distorsi dasar adalah kenyataan, juga berarti tidak pernah identik dengan dirinya sendiri; tidak pernah mencapai kepenuhan ontologis, namun tetap mempertahankan orientasi perspektif terhadap apa yang menopang dan melampauinya.[3]

Catatan kaki

  1. ^ a b c d Fink, Bruce. (1997). "The Lacanian Subject: Between Language and Jouissance". Princeton, N.J.: Princeton University Press.
  2. ^ a b c d e f g Lukman, Lisa. (2011). "Proses Pembentukan Subjek: Antropologi Jacques Lacan". Jakarta: Penerbit Kanisius.
  3. ^ a b c "Slavoj Žižek - Bibliography". www.lacan.com. Diakses tanggal 2017-10-22. 

Pranala luar