Lompat ke isi

Tradisi Wor

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Tradisi Wor merupakan tradisi dalam budaya Biak yang berhubungan dengan kehidupan religi orang Biak. Menurut para ahli, Tradisi Wor dapat juga disebut sebagai agama. Wor memiliki dua definisi. Pertama, sebagai upacara adat. kedua, sebagai nyanyian adat. Secara simbolis, Wor mengandung makna yang di dalamnya terkandung nilai-nilai budaya dan berfungsi mengatur hubungan mereka dengan Sang Pencipta, antar sesama dan dengan lingkungan alam tempat di mana mereka berada. Tradisi Wor sering diaplikasikan dalam bentuk upacara, nyanyian adat atau folklor dalam budaya orang Biak.[1] Dalam bentuk upacara, tradisi ini merupakan upacara sakral karena dianggap berfungsi melindungi seseorang dalam siklus hidupnya (life cicle rites). Karena menyangkut siklus hidup, maka rangkaian upacaranya mengikuti tahap perkembangan atau pertumbuhan manusia sejak lahir, mengalami masa kanak-kanak, kemudian menjadi dewasa dan menikah, lalu menjadi orang tua hingga akhirnya meninggal.[2][3]

 Jenis-jenis Wor

Tradisi Wor merupakan tradisi siklus kehidupan.[4][5] Ada beberapa upacara yang dilakukan terkait hal tersebut, yaitu:

  1. Wor Fasfesmandwampur. Berasal dari dua kata yaitu fasfes dan mandwam. Fasfes berarti ikatan. Mandwam adalah nama kulit kayu yang ditumbuk hingga halus. Wor ini disebut juga fasfesepen atau ikatan untuk menahan. Dapat juga disebut sebagai babyos (membalaut). Wor Fasfesmandwampur adalah suatu ikatan untuk menahan bagian bawah perut seorang ibu yang sedang hamil. Tujuannya adalah untuk melindungi anak yang masih dalam kandungan agar terhindar dari segala gangguan roh halus.
  2. Wor Fasasnai. Fasasnai berarti memperlihatkan. Disebut juga anunbesop (membawa atau mengantar anak turun ke bawah) atau anun berurido (mengantar anak keluar dari kamar). Wor Fasasnai artinya memperlihatkan bayi kepada alam agar penguasa alam dan segala isinya mengenal bayi yang baru lahir. Pada prinsipnya, Wor Fasasnai adalah memperkenalkan bayi kepada kerabat, alam dan pemiliknya baik yang nyata maupun tidak nyata.
  3. Wor Anmam. Terdiri dari kata an (makan) dan mam (gumpalan makanan yang dikunyah). Maksudnya adalah penyuapan bayi dengan makanan yang bukan ASI. Upacara wor ini dilaksanakan karena seorang anak telah memasuki tahap perkembangan terbaru yaitu giginya sudah tumbuh dan sudah bisa mengunyah makanan lain meski masih meminum ASI.
  4. Wor famarmar dan Sraikir Kneram. Famarmar artinya mengenakan cawat atau pakaian. Sraikir Kneram adalah upacara melobangi telinga bagi seorang anak perempuan. Keduanya merupakan upacara yang dilakukan pertama kali ketika anak laki-laki sudah dapat mengenakan pakaian (cawat) sendiri.
  5. Wor Papaf. Papaf artinya penyapihan. Maksudnya adalah upacara melepaskan ASI seorang ibu dengan bayinya karena anak sudah dapat makan sendiri. Anak mulai belajar mengambil hidangan atau makanan sendiri yang disuguhkan ibunya.
  6. Wor Kapanaknik. Kapanaknik artinya mencukur rambut anak. Upacara ini dilaksanakan ketika anak berusia 6-8 tahun. Usia tersebut dianggap bahwa seorang anak sudah dapat berpikir. Di usia ini seorang anak mulai mendapatkan pendidikan. Mereka memasuki lembaga pendidikan yang disebut Rumsram.
  7. Wor Kabor. Kabor berasal dari dua suku kata yaitu kuk atau kak yang berarti menusuk dan bori yang berarti di atas sesuatu. Mkasudnya adalah mengiris atau menusuk bagian atas penis alat kelamin laki-laki. Wor Kabor merupakan wor terakhir di masa kanak-kanak sebelum menginjak masa remaja.
  8. Wor Beba. Nama lainnya adalah Munara Beba (upacara besar), atau Fararur Beba (pekerjaan besar). Dilaksanakan ketika seorang anak telah selesai mengikuti pendidikan tradisional di Rumsram. Wor Beba dilaksanakan untuk menentukan status sosial seseorang dalam klan maupun komunitasnya.
  9. Wor Farbakbuk, adalah wor yang berkaitan dengan upacara perkawinan. Ada beberapa tahapan dalam prosesnya seperti Wor Ramrem, Woryakyer dan Wafwofer,Wor Anenfasus.
  10. Wor Farbabei. Wor Farbabei adalah upacara berkabung. Upacara ini bertujuan untuk menggantungkan sesuatu barang atau benda milik saudara yang meninggal pada tubuh saudara yang hidup sebagai tanda masa berkabung. Wor ini merupakan prosesi pemakaman secara tradisional. Ada beberapa tahapan dalam upacara ini yang dimulai ketika meninggal hingga penyimpanan tulang pada tempat penyimpanan khusus. Wor ini merupakan simbol rasa duka yang mendalam bagi anggota keluarga.
  11. Wor Rasrus adalah upacara untuk memindahkan tulang-tulang orang yang meninggal dengan cara mencuci tulang dan memasukkannya ke dalam peti yang dibuat dari pohon. Upacara ini dilakukan oleh anggota keluarga yang meninggal. Pada upacara ini akan dibuat amfianir (patung) dan pada bagian kepala diberikan tengkorak dari saudara mereka yang meninggal. Beberapa patung dibuat tanpa tengkorak. Wor ini bermakna bahwa seseorang telah memasuki kehidupan yang baru di dunia lain. 

Referensi

  1. ^ Editor (2017-03-21). "Wor, Kesenian Tradisional Masyarakat Adat Napa Swandiwe, Biak, Papua". 1001 Indonesia (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-11-01. 
  2. ^ bpnbjayapura (2015-10-22). "TRADISI WOR DI KABUPATEN BIAK NUMFOR PROVINSI PAPUA - Balai Pelestarian Nilai Budaya Papua". Balai Pelestarian Nilai Budaya Papua (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-11-01. 
  3. ^ bpnbjayapura (2015-10-22). "TRADISI WOR DI KABUPATEN BIAK NUMFOR PROVINSI PAPUA - Balai Pelestarian Nilai Budaya Papua". Balai Pelestarian Nilai Budaya Papua (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-11-01. 
  4. ^ abdulrazak (2017-09-19). "TRADISI WOR DALAM BUDAYA ORANG BIAK - Balai Pelestarian Nilai Budaya Papua". Balai Pelestarian Nilai Budaya Papua (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-11-01. 
  5. ^ Kapisa, Sam. 1994. “Eksistensi Wor Biak dan Upaya Pelestariannya (makalah). Jayapura: Seminar Jurusan Antropologi FISIP Universitas Cendrawasih