Lompat ke isi

Perilaku homoseksual pada hewan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Dua Anas platyrhynchos jantan.

Perilaku homoseksual pada hewan adalah perilaku seksual pada spesies hewan nonmanusia yang dipandang[catatan 1] sebagai perilaku homoseksual atau biseksual. Perilaku tersebut meliputi aktivitas seksual, percumbuan, afeksi, ikatan pasangan, dan pengasuhan anak oleh pasangan hewan dengan jenis kelamin sama. Penelitian menunjukkan berbagai bentuk dari perilaku tersebut yang ditemukan berbagai spesies di kingdom animalia.[1][2] Paling tidak sejak tahun 1999, telah ada sekitar 450 spesies yang terdokumentasi memperlihatkan perilaku homoseksual, mulai dari primata hingga Acanthocephala.[3][4][5] Menurut para penyelenggara pameran Against Nature? tahun 2006, perilaku homoseksual teramati pada sekitar 1.500 spesies hewan.[6]

Menurut biolog Bruce Bagemihl, "... kingdom animalia [melakukannya] dalam keanekaragaman seksual yang lebih kaya — termasuk seks homoseksual, biseksual, dan nonreproduktif — daripada apa sebelumnya mau diterima oleh komunitas ilmiah dan masyarakat luas."[catatan 2][7] Bagemihl kemudian menyebutkan pula bahwa, "... ini adalah laporan mengenai pandangan manusia terhadap fenomena tersebut".[catatan 3][8] Ilmuwan saraf Simon LeVay juga mengatakan bahwa, "Walaupun perilaku homoseksual ada secara sangat umum di dunia hewan, sangat jarang hewan yang memiliki kecenderungan berperilaku homoseksual dalam jangka panjang sampai tidak terlibat dalam aktivitas heteroseksual. Maka, orientasi homoseksual, jika seseorang memang dapat berkata demikian pada hewan, tampaknya jarang."[catatan 4][9] Satu spesies teramati dapat menampilkan orientasi homoseksual yang eksklusif yaitu domba (Ovis aries).[10][11] LeVay menyebutkan, "Sekitar 10% domba jantan menolak kawin ketika dipasangkan dengan domba betina, namun mau ketika dipasangkan dengan domba jantan lain."[11]

Perilaku homoseksual pada hewan menjadi salah satu dasar yang dikutip oleh American Psychological Association, American Psychiatric Association, dan National Association of Social Workers dalam surat amici curiae kepada Mahkamah Agung Amerika Serikat saat menangani kasus Lawrence v. Texas, yang pada akhirnya membatalkan hukum sodomi di 14 negara bagian.[12][13]

Penggunaan istilah "homoseksual" pada hewan

Penggunaan istiah "homoseksual" di dalam kajian biologi hewan merupakan sesuatu yang kontroversial. Dua alasan utamanya adalah 1) seksualitas dan penyebab perilaku tersebut pada hewan belum banyak dipelajari; dan 2) masyarakat manusia memandang istilah tersebut dengan pengaruh nilai kebudayaan yang mana tidak relevan bagi spesies hewan lainnya.[14] Karena itu, perilaku homoseksual disebut dengan nama yang berbeda-beda. Ketika menjelaskan hewan, kata homoseksual lebih dipilih ketimbang gay, lesbian, dan sebagainya karena kata-kata tersebut dinilai merupakan istilah dalam seksualitas manusia.[15]

Bagaimana seekor hewan memilih dan mengapa ia bertindak diamati dan dimengerti melalui perilakunya. Pada hewan liar, ilmuwan tidak bisa mengamati seekor hewan sepanjang masa hidupnya sehingga penilaian dilakukan melalui penggamatan terhadap tingkat keseringan terjadinya suatu perilaku. Maksud dari penggunaan istilah homoseksual adalah bahwa hewan tersebut menampilkan perilaku homoseksual atau perilaku seksual kepada sesama jenis kelamin. Artikel ini mengikuti penggunaan istilah tersebut sebagaimana digunakan oleh para ilmuwan yang menggunakannya untuk seluruh perilaku seksual (kopulasi, stimulasi kelamin, ritual kawin, dan tampilan seleksi seksual) antara hewan dengan jenis kelamin sama.[15][16][17][18][19]

Penelitian

Dua ekor jerapah jantan di Kenya.

Penelitian tentang perilaku homoseksual pada hewan kebanyakan tidak membedakan antara individu hewan yang berperilaku kawin homoseksual dan heteroseksual berganti-ganti dengan yang hanya homoseksual saja. Kekurangan tersebut menimbulkan perbedaan interpretasi dan opini di antara para ilmuwan tentang hasil pengamatan. Jika definisi "perilaku homoseksual" juga diluaskan untuk mencakup hewan yang melakukan aktivitas seksual kepada sesama dan lawan jenis kelamin, terdapat beberapa penelitain yang telah mendokumentasikan perbedaan endokrinologis misalnya hormon seksual,[20][21] serta pada struktur otak.[22]

Pembahasan mengenai perilaku homoseksual pada hewan telah ada sejak era klasik. Aristoteles (384–322 SM) menulis mengenai aktivitas seksual sesama jenis kelamin pada burung merpati, partridge, dan burung puyuh. Hieroglyphica, naskah dari abad ke-4 M karya penulis Horapollo dari Mesir, menyebutkan "hermafroditas" pada dubuk dan homoseksualitas pada burung partridge. Ulasan pertama mengenai homoseksualitas hewan ditulis oleh zoolog Ferdinand Karsch-Haack pada tahun 1900.[23]

Hingga beberapa dekade terakhir, perilaku seksual sesama jenis kelamin tidak "secara resmi" diamati dalam skala besar kemungkinan karena adanya bias oleh peneliti terkait dengan sikap sosial terhadap perilaku seksual sesama jenis kelamin,sedikitnya minat,[24] kebingungan, ketidaksukaan, hingga kekhawatiran dari para ilmuwan terhadap keamanan dana penelitian mereka atau ejekan dari kalangan akademik.[25][26] Biolog Janet Mann dari Georgetown University mengatakan bahwa, "Ilmuwan yang mempelajari topik tersebut seringkali dituduh sedang menjalankan sebuah agenda dan karya mereka pun bisa ditelusuri lebih dalam daripada kolega mereka yang mempelajari topik lain."[27]

Bagemihl mencontohkan sikap ketidakacuhan terhadap perilaku homoseksual pada hewan yaitu seperti pada pengamatan terhadap jerapah. 9 dari 10 pasangan jerapah adalah pasangan antara jantan dengan jantan.

Setiap pejantan yang mengendus seekor betina disebut sebagai seks sementara sanggama anal hingga orgasme antara pejantan hanya disebut dominasi, kompetisi, atau sapaan "melingkar".[3][catatan 5]

Beberapa ilmuwan meyakini bahwa perilaku ini berasal dari dominasi organisasi dan sosial dari pejantan, serupa dengan perilaku seksualitas pada tahanan penjara. Beberapa lainnya seperti Bagemihl, Joan Roughgarden, Thierry Lodé[28] dan Paul Vasey mengatakan bahwa fungsi sosial dari aktivitas seksual (baik homoseksual maupun heteroseksual) tidak selalu terkait dengan dominasi tetapi berguna pula untuk memperkuat persekutuan dan ikatan sosial antara kawanan. Ilmuwan lainnya berpikiran bahwa teori organisasi sosial tersebut tidak cukup untuk menjelaskan beberapa perilaku homoseksual pada hewan. Contohnya pada perilaku pejantan penguin yang teramati berpasangan untuk sepanjang hidup dan menolak untuk berpasangan dengan betina.[29] Walaupun laporan mengenai kasus semacam itu masih jarang, literatur ilmiah yang semakin berkembang mengkonfirmasi bahwa homoseksualitas permanen tidak hanya terjadi pada spesies dengan pasangan seumur hidup,[19] namun juga pada spesies nonmonogami seperti pada domba. Sebuah penelitian menulis bahwa kurang lebih 8% domba jantan tertarik secara seksual terhadap pejantan lain.[30]

Lihat pula

Catatan kaki

  1. ^ Lihat paragraf kedua artikel ini soal mengapa kata yang dipakai adalah "dipandang".
  2. ^ Kalimat asli dalam bahasa Inggris: "... the animal kingdom [does] it with much greater sexual diversity – including homosexual, bisexual and nonreproductive sex – than the scientific community and society at large have previously been willing to accept".[7]
  3. ^ Kalimat asli dalam bahasa Inggris: "... necessarily an account of human interpretations of these phenomena."[8]
  4. ^ Kalimat asli dalam bahasa Inggris: "Although homosexual behavior is very common in the animal world, it seems to be very uncommon that individual animals have a long-lasting predisposition to engage in such behavior to the exclusion of heterosexual activities. Thus, a homosexual orientation, if one can speak of such thing in animals, seems to be a rarity."[9]
  5. ^ Kalimat asli dalam bahasa Inggris: "Every male that sniffed a female was reported as sex, while anal intercourse with orgasm between males was only "revolving around" dominance, competition or greetings."[3]

Referensi

  1. ^ "Same-sex Behavior Seen In Nearly All Animals, Review Finds". Science Daily. 2009-06-17. Diakses tanggal 2017-11-04. 
  2. ^ "Same-sex behavior seen in nearly all animals". Phys.org. 2009-06-16. Diakses tanggal 2017-11-04. 
  3. ^ a b c Bagemihl 1999.
  4. ^ Kluger, Jeffrey (1999-04-18). "The Gay Side of Nature". Time. Diakses tanggal 2017-11-04. 
  5. ^ Fereydooni, Arash (2012-03-14). "Do Animals Exhibit Homosexuality?". Diakses tanggal 2017-11-04. 
  6. ^ "Against Nature? An exhibition on animal homosexuality". University of Oslo. 2016-04-13. Diakses tanggal 2017-11-04. 
  7. ^ a b Reid, Calvin (1999-02-01). "Gay Lib for the Animals: A New Look At Homosexuality in Nature". Publishers Weekly. Diakses tanggal 2017-11-04. 
  8. ^ a b Bagemihl 1999, hlm. 2.
  9. ^ a b Levay 1996, hlm. 207.
  10. ^ Poiani, Aldo; Dixson, A. F. (2010). Animal Homosexuality: A Biosocial Perspective. Cambridge University Press. hlm. 179. 
  11. ^ a b Levay 1996, hlm. 70-71.
  12. ^ "Brief for Amici Curiae in Support of Petitioners, Lawrence v. Texas" (PDF). American Psychological Association. Januari 2003. 
  13. ^ Smith, Dinitia (2004-02-07). "Love That Dare Not Squeak Its Name". The New York Times. Diakses tanggal 2017-11-04. 
  14. ^ Dorit, Robert (September–Oktober 2004). "Rethinking Sex". American Scientists. 92 (5): 464–467. JSTOR https://www.jstor.org/stable/27858456. (Perlu mendaftar (help)). 
  15. ^ a b Bagemihl 1999, hlm. 122–166.
  16. ^ Roughgarden 2004, hlm. 13-183.
  17. ^ Vasey, Paul L. (1995). "Homosexual behaviour in primates: A review of evidence and theory". International Journal of Primatology. 16: 173–204. 
  18. ^ Sommer & Vasey 2006, hlm. 10-11.
  19. ^ a b Douglas, Kate (2009). "Homosexual selection". New Scientist. Vol. 204 no. 2737. hlm. 48–51. doi:10.1016/S0262-4079(09)63200-0. 
  20. ^ Bagemihl 1999, hlm. 164.
  21. ^ Balthazart, Jacques (2011). "Minireview: Hormones and Human Sexual Orientation". Endocrinology. 152 (8): 2937–2947. doi:10.1210/en.2011-0277. 
  22. ^ Oregon Health & Science University (2004-03-09). "Biology Behind Homosexuality In Sheep, Study Confirms". ScienceDaily. Diakses tanggal 2017-11-09. 
  23. ^ Riccucci, Marco (2011). "Same-sex sexual behaviour in bats". Hystrix, the Italian Journal of Mammalogy. 22 (1): 139–147. doi:10.4404/hystrix-22.s1-4478. 
  24. ^ Roughgarden 2004, hlm. 128, 154.
  25. ^ "1,500 Animal Species Practice Homosexuality". News-medical.net. 2006-10-23. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-05-28. Diakses tanggal 2007-09-10. 
  26. ^ "Homosexuality in the Animal kingdom". Natural History Museum, University of Oslo. Februari 2009. Diakses tanggal 2017-10-06. 
  27. ^ Moskowitz, Clara (2008-05-19). "Homosexuality Common in the Wild, Scientists Say". Fox News. Diakses tanggal 2008-07-02. 
  28. ^ Lodé, Thierry (2007). La guerre des sexes chez les animaux. Paris: Editions Odile Jacob. ISBN 2-7381-1901-8. 
  29. ^ "Cold Shoulder for Swedish Seductresses | Germany". Deutsche Welle. 2005-02-10. Diakses tanggal 2017-11-12. 
  30. ^ Roselli, Charles E.; Kay Larkin; John A. Resko; John N. Stellflug; Fred Stormshak (2004). "The Volume of a Sexually Dimorphic Nucleus in the Ovine Medial Preoptic Area/Anterior Hypothalamus Varies with Sexual Partner Preference". Endocrinology. 145 (2): 478–483. doi:10.1210/en.2003-1098. PMID 14525915. 

Sumber tersitasi

  • Bagemihl, Bruce (1999), Biological Exuberance: Animal Homosexuality and Natural Diversity, New York: St. Martin's Press, ISBN 978-0312253776 
  • Levay, Simon (1996), Queer Science: The Use and Abuse of Research into Homosexuality, Cambridge, Amerika Serikat: MIT Press, ISBN 9780262121996 
  • Roughgarden, Joan (2004), Evolutions Rainbow: Diversity, Gender and Sexuality in Nature and People, Berkeley: University of California Press 
  • Sommer, Volker; Vasey, Paul L. (2006), Homosexual Behaviour in Animals, An Evolutionary Perspective, Cambridge: Cambridge University Press, ISBN 0-521-86446-1 

Pranala luar