Lompat ke isi

Hang Tuah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 23 November 2017 10.49 oleh RaymondSutanto (bicara | kontrib) (←Suntingan 120.188.82.47 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh HsfBot)

Hang Tuah adalah pahlawan Melayu legendaris pada masa pemerintahan Kesultanan Melaka pada abad ke 15 (Kesultanan Melayu Melaka) dari tahun 1400-1511. Menurut catatan sejarah, ia lahir di Kampung Sungai Duyong, Melaka, sekitar 1444. Ayahnya adalah Hang Mahmud sementara ibunya adalah Dang Merdu Wati. Ayahnya pernah menjadi gubernur istana besar untuk beberapa waktu yang lalu, demikian juga ibunya yang merupakan keturunan istana. Hang Tuah adalah Laksamana yang terkenal dengan kesetiaannya kepada bendahara dan sultan merupakan pejuang seni bela diri yang sangat kuat dan tak terkalahkan.

Biografi

" Tak akan Melayu hilang di bumi "

— Sumpah Hang Tuah dalam Sulalatus Salatin.

Makam Hang Tuah

Penggambaran Hang Tuah dari beberapa versi Sulalatus Salatin berbeda, ada yang menyebutkan bahwa ia dahulunya adalah seorang nelayan miskin. Hang Tuah ialah seorang pahlawan legenda berbangsa Melayu pada masa pemerintahan Kesultanan Melaka pada abad ke-15 (Kesultanan Melayu Melaka) bermula pada abad ke-15.[1]

Pada masa mudanya,Hang Tuah bersama keempat temannya: Hang Jebat, Hang Kasturi, Hang Lekir dan Hang Lekiu mempelajari seni bela diri dengan bergurukan Adiputra di Gunung Ledang, johor. Setelah menyelesaikan studi mereka, mereka kembali ke Melaka. Suatu hari, mereka berhasil menyelamatkan Dato 'Bendahara (yaitu Perdana Menteri) dari seorang pria yang sedang mengamuk. Dato 'Bendahara terkesan dengan ketangkasan mereka dan mengundang mereka semua ke rumahnya dan kemudian membawa mereka untuk bertugas di istana. Sejak itu, Hang Tuah dan teman-temannya sangat dicintai oleh Sultan sampai Hang Tuah mendapatkan gelar Laksamana. Saat menemani Sultan Melaka ke Majapahit di Jawa, Hang Tuah berhasil membunuh seorang pejuang Jawa bernama Taming Sari. Dalam pertarungan tersebut, Taming Sari adalah seorang prajurit tak terkalahkan yang tidak dapat disakiti. Tapi Hang Tuah tahu kekebalan Taming Sari terletak pada kerisnya. Jadi Hang Tuah berhasil merebut keris dan membunuh Taming Sari. Keris kemudian diberikan oleh Betara Majapahit ke Hang Tuah. Pemilik keris ini juga akan kebal terhadap pejuang Taming Sari Jawa.

Hang Tuah dikirim ke Pahang untuk meminta Tun Teja menjadi permaisuri Sultan Melaka. Saat Hang Tuah tiba di Pahang, Melor turun dari Gunung Ledang mencari Hang Tuah. Melor ditaklukkan oleh Tun Ali karena rayuan Patih Karma Vijaya untuk menjadi selir Sultan. Atas triknya Tun Ali, Hang Tuah yang kembali dari Pahang akhirnya menemui Melor, namun Sultan juga menyaksikan aksi Hang Tuah itu. Maka Melor dan Hang Tuah dijatuhi hukuman mati karena diduga mencemarkan nama baik Melor yang telah menjadi selir Sultan. Namun, hukuman mati tidak dilakukan oleh Bendahara tapi Hang Tuah menyembunyikannya di sebuah hutan di hulu Malaka. Hang Jebat diangkat oleh Sultan ke Laksamana menggantikan Hang Tuah dan Taming Sari keris diberikan kepada Hang Jebat. Hang Jebat sebagai teman Hang Tuah, mengira Hang Tuah telah melakukan kekerasan dan telah dijatuhi hukuman mati. Hang Jebat (menurut Hikayat Hang Tuah) atau Hang Kasturi (menurut Sejarah Melayu), bertindak menentang Sultan dan mengambil alih istana. Tidak ada prajurit atau komandan di Malaka yang bisa melawan Hang Jebat (atau Hang Kasturi) yang telah menjadi kebal terhadap keris Taming Sari di tangannya. Sultan Mahmud terpaksa melarikan diri dan berlindung di rumah Bendahara. Saat itu dia hanya menyesal telah membunuh Hang Tuah yang tidak bersalah. Inilah saat Bendahara menginformasikan bahwa Hang Tuah masih hidup. Hang Tuah kemudian dipanggil dan diperintahkan untuk membunuh Hang Jebat. Setelah tujuh hari bertempur, Hang Tuah akhirnya menarik kembali Taming Sarinya dari Hang Jebat dan membunuhnya. Dalam pertarungan yang menyedihkan ini, Hang Jebat telah berusaha membela teman tercinta. Namun, Hang Tuah telah membantu sultan yang sebelumnya menghukumnya tanpa alasan. Sementara Abu Bakar Siddiq R.A juga mengatakan kepada umat Islam bahwa jika dia bersalah, orang bisa menjatuhkannya. Rupanya, kesalahan Hang Tuah yang tidak menganggap bahwa Tuhan S.W.T lebih kuat dari pada sultan dan tidak salah kalau Hang Jebat berusaha menegakkan kebenaran. Tragedi ini masih menjadi perdebatan antara warga Malaysia sampai sekarang. Namun, beberapa juga mendukung Hang Tuah. Ini karena Hang Jebat tidak hanya tidak taat kepada sultan tapi bahkan membunuh orang Malaka yang tidak berdosa dalam mengamuk di istana dan seluruh Melaka. Tindakan Hang Tuah yang membunuh Hang Jebat mungkin merupakan tindakan hukuman mati terhadap seorang pembunuh.

Penghargaan

Kehebatan Hang Tuah, menginspirasikan masyarakat untuk tetap mengabadikan namanya. Selain digunakan untuk nama jalan, namanya juga dikaitkan dengan sesuatu yang berhubungan dengan bahari. Nama Hang Tuah digunakan untuk beberapa institusi pendidikan kemaritiman.

Indonesia

  • Universiti Hang Tuah di Surabaya, Indonesia
  • KRI Hang Tuah oleh Tentera Nasional Indonesia Angkatan Laut
  • Sekolah Menengah Kejuruan Pelayaran Hang Tuah di Kediri Jawa Timur, Indonesia
  • Jalan Hang Tuah di Jakarta
  • Jalan Hang Tuah di Riau
  • Jalan Hang Tuah di Padang
  • STMIK dan STIKES Hang Tuah di Pekanbaru

Malaysia

  • Jalan Hang Tuah di Melaka, Kuala Lumpur dan Taman Khalidi Bharu, Muar, Johor
  • Plaza Hang Tuah dan Hang Tuah Mall di Melaka
  • Stesen Monorail Hang Tuah di Kuala Lumpur
  • Hang Tuah Jaya, Melaka
  • KD Hang Tuah oleh Tentera Laut DiRaja Malaysia
  • Perigi Hang Tuah
  • Masjid Jamek Laksamana Hang Tuah

Lihat pula

Catatan kaki