KRI Dewaruci
Karier (ID) | |
---|---|
Produksi | H. C. Stülcken & Sohn Hamburg, Jerman |
Mulai dibuat | 1952 |
Diluncurkan | 24 Januari 1953 |
Harga Unit | - |
Ditugaskan | 1953 |
Status | Purna tugas |
Pelabuhan utama | Armada Timur TNI-AL |
Karakteristik umum | |
Berat benaman | 847 ton |
Panjang | 583 meter (1.912,73 ft) |
Lebar | 950 meter (3.116,80 ft) |
Draft | 405 meter (1.328,74 ft) |
Tenaga penggerak | 1 unit Diesel 986 HP, dengan satu propeler berdaun 4 |
Kecepatan | 10,5 knot dengan mesin 9 knot dengan layar |
Awak kapal | 75 orang |
KRI Dewaruci adalah kapal latih bagi taruna/kadet Akademi Angkatan Laut, TNI Angkatan Laut. Kapal ini berbasis di Surabaya dan merupakan kapal layar terbesar yang dimiliki TNI Angkatan Laut. Nama kapal ini diambil dari nama dewa dalam kisah pewayangan Jawa, yaitu Dewa Ruci. Sejak memperkuat jajaran TNI AL tahun 1953, KRI Dewaruci telah dua kali melaksanakan pelayaran muhibah keliling dunia yaitu tahun 1964 dan 2012. Pada pelayaran KJK 1964 KRI Dewaruci yang dipimpin Letkol Laut (P) Sumantri membawa 78 orang Taruna AAL dan 32 Anak Buah Kapal (ABK) untuk mengarungi tujuh samudra serta lima benua. Pelayaran kedua dilaksanakan 48 tahun kemudian, tepatnya tahun 2012. Pada pelayaran keliling dunia kedua ini, KRI Dewaruci dipimpin oleh Letkol Laut (P) Haris Bima Bayuseto dengan membawa 101 orang Taruna AAL dan 77 ABK. Selain menjadi primadona saat pelayaran muhibah, KRI Dewaruci pun kerap meraih berbagai prestasi bertaraf internasional. Salah satu penghargaan internasional paling bergengsi yang pernah diraih oleh KRI Dewaruci adalah Cutty Shark Thropy saat Tall Ships Race di Australia tahun 1998.
Sejarah
Kapal berukuran 58,5 meter dan lebar 9,5 meter dari kelas Barquentine ini dibangun oleh H. C. Stülcken & Sohn Hamburg, Jerman dan merupakan satu-satunya kapal layar tiang tinggi produk galangan kapal itu pada 1952 yang masih laik layar dari tiga yang pernah diproduksi. Pembuatan kapal ini dimulai pada tahun 1932, namun terhenti karena saat Perang Dunia II galangan kapal pembuatnya rusak parah. Kapal tersebut akhirnya selesai dibuat pada tahun 1952 dan diresmikan pada tahun 1953.
Dewaruci dibuat pada tahun 1952 oleh H. C. Stülcken & Sohn Hamburg, Jerman Barat, pertama diluncurkan pada tanggal 24 Januari 1953, dan pada bulan Juli nya dilayarkan ke Indonesia oleh taruna AL dan kadet ALRI. Setelah itu KRI Dewaruci yang berpangkalan di Surabaya, ditugaskan sebagai kapal latih yang melayari kepulauan Indonesia dan juga ke luar negeri. KRI Dewaruci juga pernah mengelilingi dunia 2 kali.
KRI Dewaruci, Kapal Latih Taruna AAL
Gagasan Kapten Pelaut A.F.H. Rosenow tersebut kemudian disampaikan kepada Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Kolonel R. Soebijakto. KSAL kemudian menindaklanjuti gagasan itu dengan menunjuk Kapten Rosenow bersama Kapten R.M. Oentoro Koesmardjo untuk menjajaki rencana pembelian kapal latih ke Jerman Barat. Kedua perwira tersebut kemudian menemukan kapal yang cocok yaitu sebuah kapal layar tipe Barquentine dengan kondisi belum selesai dibangun di galangan kapal milik Heinrich Christoph Stülcken, yaitu H.C. Stülcken & Sohn, Hamburg. Kapal hasil rancangan Adrian Braun tersebut sesungguhnya telah dibangun sejak tahun 1932 namun terhenti karena meletusnya Perang Dunia Kedua di Eropa (1939 - 1945). Sebelumnya, galangan kapal ini juga telah meluncurkan dua kapal dari tipe yang sama. Karena kapal tipe Barquentine ini diperuntukkan sebagai kapal latih, maka memerlukan beberapa modifikasi sehingga mampu berlayar pada kemiringan 45 derajat. Proses penyempurnaan kapal diawasi langsung oleh Kapten A.F.H. Rosenow. Setelah kapal selesai dibangun, dilakukan serangkaian pelayaran uji coba di sekitar Laut Utara hingga Semenanjung Skandinavia hingga dinyatakan layak berlayar. Kapal kemudian diseberangkan langsung dari Jerman Barat ke Indonesia pada tanggal 24 Januari 1953. Sebagai komandan kapal adalah Kapten Rosenow dan personel pengawaknya direkrut dari ALRI. Hal paling menarik dalam pelayaran perdana tersebut adalah kesertaan para kadet Institut Angkatan Laut (IAL) yang sebelumnya diterbangkan ke Jerman Barat.[1]
Selanjutnya kapal layar tiang tinggi ini diserahkan secara resmi kepada ALRI pada tanggal 2 Oktober 1953. Saat upacara serah terima, pihak Jerman Barat diwakili oleh Kapten Otto von Hattendorf dan dari ALRI diwakili Asisten Personel KSAL (Aspers KSAL) Mayor Pelaut Imam Sutopo. Selanjutnya, kapal ini dinamakan RI Dewa Rutji dan termasuk dalam Satuan Kapal Bantu berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertahanan RI Nomor MP/H1254 tanggal 11 Januari 1954. Seiring dengan dinamika yang berlangsung, ALRI berubah nama menjadi TNI Angkatan Laut (TNI AL) dan penamaan kapal perang pun turut berubah dari RI menjadi Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) yang berlaku sejak tahun 1971. Perubahan nama juga berlaku pada kapal latih tiang tinggi AAL ini, yaitu menjadi KRI Dewaruci. Salah satu keunikannya, KRI Dewaruci tidak memiliki nomor lambung sebagaimana halnya kapal perang lainnya.
Kapal
Dimensi
Panjang total 58,30m, Lebar lambung 9,50m , Draft 4,50m . Bobot mati 847 ton.
Tiang layar
Kapal ini memiliki 3 tiang utama yaitu tiang Bima, Yudhistira dan Arjuna serta memiliki 16 layar.
Layar
Type: Barquentin, 16 layar dengan luas total 1091 m2,
Tiang depan (35,25 m)
|
Tiang Utama (35,87 m)
|
Tiang akhir (32,50 m)
|
Mesin
Selain menggunakan layar, KRI Dewaruci juga menggunakan mesin 986 PK Diesel sebagai alat gerak dengan satu propeler berdaun 4. Kecepatan penuh 10,5 knot dengan mesin, 9 knot dengan layar.
Airbus
Setiap tahunnya, kadet AAL berlayar dengan Dewaruci ke berbagai belahan dunia dengan tujuan utama adalah latihan pelayaran bintang atau disebut Kartika Jala Krida. KRI Dewaruci juga sering mengikuti lomba kapal layar di berbagai tempat di dunia. Kapal ini juga memiliki marching band sendiri, yaitu marching band taruna Akademi Angkatan Laut yang biasa dikenal dengan nama Gita Jala Taruna.
Tradisi
Terdapat tradisi yang turun temurun dilaksanakan KRI Dewa Ruci ketika melintas di selat antara Pulau Jawa dan Pulau Sumatera tersebut. Melaksanakan upacara tabur bunga untuk menghormati arwah Komandan KRI Dewa Ruci yang pertama, yaitu Kapten Pelaut August Friederich Hermann Rosenow. Tradisi ini selalu dilaksanakan oleh seluruh prajurit KRI Dewa Ruci sebagai penghormatan, karena atas permintaan beliau agar abu jasadnya di tabur di Selat Sunda.[2]
Komandan KRI Dewa Ruci
- Kapten Pelaut August Friederich Hermann Rosenow (1952-1957)
- Kapten Pelaut Fritz Suak (1957-1961)
- Mayor Laut (P) Rudy Purwana (1961-1964)
- Mayor Laut (P) H. Sumantri (1964-1967)
- Letkol Laut (P) J.H. Salu (1967-1977)
- Letkol Laut (P) Koes Satyono (1977-1978)
- Letkol Laut (P) Susanto (1978-1979)
- Letkol Laut (P) M.S. Hasibuan (1979-1981)
- Letkol Laut (P) Rio Judoyanto (1981-1982)
- Letkol Laut (P) Warsono HP (1982-1985)
- Letkol Laut (P) Ripa G. Prawirosastro (1985-1989)
- Letkol Laut (P) Poerbowasito (1989-1992)
- Letkol Laut (P) Samsumar Hadianto (1992-1996)
- Letkol Laut (P) Wahyu Sasongko (1996-1997)
- Letkol Laut (P) Bambang Riswanto (1997-1998)
- Letkol Laut (P) Ignatius Dadiek Surarto (1998-1999)
- Letkol Laut (P) Darwanto, SH (1999-2001)
- Letkol Laut (P) Haris Bima Bayuseto (2011-2013)
- Letkol Laut (P) Anung Sutanto (2013-2015)
- Letkol Laut (P) Widiyatmoko Baruno Aji (2015-2016)
- Letkol Laut (P) Rahardian Rahmadi, S.E., M.Tr.Hanla. (2016-Sekarang)
Lihat Pula
Referensi
- ^ KRI Dewaruci, Kapal Latih Pertama, "Info Historia Buletin Sejarah TNI AL dan Kemaritiman", NO. 1 Edisi Hinstori Pendidikan AL - 1 Januari - Maret 2015, hlm. 12-15.
- ^ "Tradisi KRI Dewa Ruci Saat Melintasi Selat Sunda"