Lompat ke isi

Balairung

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 12 Desember 2017 01.07 oleh Harditaher (bicara | kontrib) (Dibuat dengan menerjemahkan halaman "Balairung")
Sebuah balairung di daerah Matur

Sebuah balairung adalah balai desa bagi orang Minangkabau di Sumatera Barat. Bangunan ini memiliki arsitektur yang sama dengan bentuk rumah gadang, arsitektur khas dari masyarakat Minangkabau. JIka rumah gadang merupakan bangunan yang utuh, balairung adalah bangunan dengan struktur seperti  pendopo yang digunakan untuk mengadakan musyawarah mufakat dalam masyarakat Minang.

Etimologi

Menurut kamus bahasa Minangkabau, balairung adalah sebuah bangunan di mana musyawarah diselenggarakan, dipimpin oleh kepala suku (penghulu) dari adat masyarakat (ninik mamak). Balairung adalah berasal dari kata balai ("pavilion") dan rung ("bangunan"), mengacu pada arsitektur bangunan kayu seperti paviliun.[1]

Istilah balairung telah dimasukkan ke dalam bahasa Indonesia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia balairung didefinisikan sebagai balai ("pavilion") atau pendapa besar dimana raja bertemu dengan rakyatnya ( samahalnya dengan bangsal kencana di Yogyakarta-Surakarta). Di zaman modern, ada semacam hall bernama balairung, misalnya balairung gedung Universitas Indonesia, yang merupakan balairung utama universitas dan bangunan terbesar di lingkungan kampus.[2]

Arsitektur

Balairung yang tidak memiliki dinding di Batipuh.

Sebuah balairung memiliki bentuk yang sama seperti rumah gadang, menggunakan gonjong. Dinding balairung (jika ada) sama-sama dihiasi dengan ukiran-ukiran dengan pola bunga yang dicat. ia juga dirancang sebagai rumah panggung yang bertingkat.[3]

Perbedaan utama antara balairung dan rumah gadang adalah pada tata letak interior yang dibagi ke dalam kamar; sebaliknya, balairung dirancang sebagai sebuah ruang digunakan untuk fungsi komunal. Akibatnya, balairung tidak memiliki panel untuk pintu dan jendela. Banyak balairung tidak memiliki dinding.[4] Dengan demikian, lebih banyak orang dapat bergabung dalam acara musyawarah dari luar balairung.[4] Akses ke balairung disediakan oleh portal tunggal di tengah-tengah bangunan, yang dihubungkan ke tanah dengan sebuah tangga.[3]

Sebuah balairung dibangun dengan anjung, semacam panggung di kedua ujung balairung. Disinilah penghulu pucuak duduk.[4] Beberapa balairung yang dibangun dengan lantai yang terletak di tingkat yang sama, tanpa anjung. Bentuk lain dari balairung, contohnya adalah balairung koto piliang, bagian tengah bangunan tidak punya lantai, yang memungkinkan kuda penghulu untuk lewat. Bagian mana tidak ada lantai disebut labuan gajah.[4]

Fungsi

Balairung adalah sebuah bangunan kayu tempat sekelompok kepala, atau penghulu, dikumpulkan di atas nama ninik mamak, memimpin musyawarah untuk menyelesaikan urusan desa. Menurut fungsinya, balairung dapat dibagi menjadi dua jenis: balai saruang dan balai pasujian. Sebuah balai saruang digunakan untuk mengadakan pertemuan yang menyelesaikan sengketa atau memberikan hukuman kepada seseorang. Balai pasujian (paviliun untuk mempersiapkan) adalah sebuah platform di mana musyawarah ini diadakan sebelum menerapkan undang-undang baru di desa.[5]

Sebuah balairung hanya dapat dibangun di sebuah desa yang telah menerima status nagari ( desa administratif). Oleh karena itu balairung bertindak sebagai semacam balai kota untuk desa.[4]

Referensi

Cited works