Lompat ke isi

Scientology

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Proses persuasi Scientology


Ketika pertama kali membuka situs Scientology, orang biasanya akan terpersuasi oleh kata-kata yang ada disitu: “ Apakah anda mempunyai masalah dalam karir atau sekolah? Ataukah anda memiliki permasalahan dalam bidang lainnya? Kami disini untuk membantu anda.” Kemudian dibawahnya tertera daftar bidang yang mereka sediakan untuk konsultasi online. Mereka menjanjikan, masalah apapun pasti dapat diselesaikan dengan baik, tentunya dengan metode yang mereka tetapkan.

Scientology merupakan sebuah religi yang pertama kali dikenal dunia pada tahun 1950. Penemunya adalah L. Ron Hubbard, seorang filosofis yang telah menulis lebih dari 5000 buku di bidangnya dan buku fiksi, dengan buku bestsellernya Dianectics: The Modern Science of Mental Health. Dianectics adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk membantu orang lain dan dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang, bisa dikatakan dianectics adalah sebuah metode pembelajaran, meski disini kita tidak akan membahasnya lebih lanjut, tapi dianectics memiliki peranan penting dalam running program Scientology, terutama untuk pembentukan mindset (tentang mindset nanti akan dijelaskan lebih rinci). Bahkan New York Times mengakui: History has become a race between dianectics and catastrophe (dunia telah menjadi ajang perdebatan antara dianectics dan bencana). Jelas sekali, metode ini telah dianggap sebagai ‘penyelamat’ dari berbagai macam permasalahan dalam konstruksi sosial masyarakat.

L.Ron Hubbard adalah putra dari Harry Ross Hubbard dan Ledora May Hubbard, ia dilahirkan tanggal 13 Maret 1911 di Tilden, Nebraska. Sejak kecil ia memang telah tertarik dengan misteri umat manusia, sehingga ketika ia berkeliling dunia dan singgah di berbagai tempat di berbagai penjuru, ia sengaja singgah untuk mempelajari beragam ilmu. Ron Hubbard sangat menyukai filosofi. Semasa hidupnya ia telah mempelajari berbagai macam filosofi seperti filosofi timur, Yunani, Buddhism dan lain sebagainya.. Sejak masih muda tujuan utama hidupnya adalah merumuskan dan menguji semua ilmu pengetahuan, terutama yang berkaitan dengan permasalahan umat manusia. Langkah selanjutnya adalah mencari jalan keluarnya dengan menemukan mindset yang tepat, dan bagaimana tepatnya mindset itu difungsikan. Ia telah meninggal dunia tahun 1986, namun religi yang didirikannya ini masih hidup sampai sekarang bahkan merambah luas di seluruh dunia yang bahkan mampu menarik banyak artis Hollywood seperti Tom Cruise, bintang pesepakbola David Beckham serta banyak orang ternama lainnya menjadi pengikutnya. Dan jangan salah, meski tidak diakui di Indonesia, bukan berarti ia tidak punya aktivitas di negri ini. Sebuah activity report di home site Scientology menyebutkan bahwa beberapa volunteer telah datang ke Indonesia tanggal 16 Maret 2007 untuk memberikan bantuan pengarahan mengenai drugs, meski tidak disebutkan, dimana lokasinya secara lebih spesifik.

Kembali pada pembicaraan sebelumnya, bahwa pada intinya Scientology berusaha mencari mindset dari segala macam kasus dan mencari jalan keluarnya dengan basis sains. Scientology percaya bahwa pada dasarnya yang diperlukan seorang manusia untuk menyelesaikan segala permasalahan dalam hidupnya dan menjawab misteri kehidupan adalah sebuah mindset yang tepat. Disebutkan juga ada beberapa orang yang sesungguhnya memang ditakdirkan memegang kunci bagi kelanjutan nasib umat manusia. Mereka jugalah pemilik alami mindset ini, yaitu mereka yang ‘bukan manusia’. Namun Scientology juga percaya, mindset ini dapat dipelajari oleh awam. Maka semua manusia dipercaya mampu untuk menjadi ‘bukan manusia’. Contoh kasus akan diberikan pada bagian akhir tulisan ini.




Diklaim sebagai perpanjangan fakta fundamental


Kata scientology artinya ‘the study of truth’. Asalnya dari bahasa latin ‘scio’ yang artinya ‘mengetahui keseluruhan arti dari kata itu’ dan ‘logos’ yang artinya ‘studi’. Scientology adalah pembelajaran mendalam mengenai jiwa (spirit) dalam sebuah relasi keseluruhan dalam hidup. (http://www.scientology.org/). Scientology sebagai sebuah religi adalah perpanjangan dari fakta-fakta fundamental. Inti pembelajarannya adalah bahwa para penganutnya percaya bahwa jiwa manusia itu kekal, ia memiliki pengetahuan lebih dari yang didapatnya selama satu periode kehidupan, dan kemampuan tersebut dapat digunakan meski orang tersebut belum tentu menyadarinya. Nantinya manusia akan dianggap mampu bukan hanya untuk mengatasi permasalahan hidupnya sendiri, tapi juga untuk mencapai tujuan hidupnya dan mendapatkan kebahagiaan dan bahkan mendapatkan sesuatu yang membuatnya lebih tinggi (baik dalam kemampuan maupun kepekaan). Scientology disini dianggap bukan sebagai sebuah kepercayaan, karena basis ajarannya diklaim sebagai sebuah fakta.

Dalam ajarannya Scientology juga menyebutkan bahwa selain manusia masih ada makhluk lain yang memiliki kedudukan lebih tinggi. Jika manusia bisa mencapai kebebasan spiritual maka ia akan memiliki kedudukan yang sama dengan makhluk tersebut. Untuk itu, dibawah ini akan diberikan penjelasan lebih lanjut:

Manusia terdiri dari tiga bagian , yaitu roh, pikiran dan tubuh. Dan tubuh itu berbeda dari individu, tubuh dianggap hanya sebagai sebuah medium. Bagian yang paling penting dari ketiganya adalah roh, atau dalam Scientology disebut thetan.



Dinamika Eksistensi


Dalam http://www.scientology.org/, disebutkan ada delapan dinamika:


Dinamika ke-8 INFINITY, biasanya disebut juga Tuhan

Dinamika ke-7 SPIRITUAL DYNAMIC- makhluk spiritual beridentitas apapun

Dinamika ke-6 PHYSICAL UNIVERSE dengan empat komponen: bahan/kandungan, energi, ruang dan waktu

Dinamika ke-5 LIFE FORMS termasuk semua tanaman dan hewan yang hidup

Dinamika ke-4 MANKIND (manusia) sebagai sebuah spesies

Dinamika ke-3 GROUP SURVIVAL baik teman, klub, jabatan, maupun bangsa atau negara

Dinamika ke-2 FAMILY

Dinamika ke-1 SELF adalah individu, termasuk tubuh, pikiran dan sesuatu yang dimilikinya.


Ada semacam stratifikasi dalam kehidupan manusia. Setiap makhluk hidup, termasuk manusia memiliki kedudukan dalam tiap strata kehidupan. Dengan Scientology ia bisa mencapai tingkatan yang lebih tinggi sebagai makhluk hidup meskipun tentu, untuk mencapainya diperlukan kompetensi, kebahagiaan, self-esteem (dorongan pada diri), kejujuran dan atribut lainnya.

Bagian lain dari ajaran Scientology menyebutkan sekali lagi, dalam diri manusia, ada bagian lain dari jiwa yang bisa diasah untuk memiliki kemampuan yang lebih, dan pada akhirnya, bisa mendorong individu untuk mencapai strata kehidupan yang lebih tinggi. Pikiran menjadi bagian yang sangat penting untuk mengatur kehidupan. Saat seseorang mampu memanipulasi dan menggunakan pikirannya untuk mencari sumber segala permasalahan hidupnya kemudian menyelesaikannya, dia bukan lagi manusia. Pikiran ini sendiri memiliki komunikasi dengan makhluk lain yang memiliki strata diatas manusia. Singkatnya, manusia memiliki kesempatan untuk menjadi makhluk yang memiliki strata yang lebih tinggi. Ini adalah bagian dari pembebasan spiritual.

Hal lainnya yang masih erat kaitannya dengan masalah ini adalah ketahanan mental. Ketika seseorang bisa memanipulasi dan meregulasi pikirannya, ia akan memiliki ketahanan mental yang luar biasa. Pengikut Scientology memiliki E-Meter, yang bisa digunakan untuk mengukur ketahanan mental dan perubahan kondisi mental.

Scientology juga percaya pada reinkarnasi. Manusia sering membawa masalah dari kehidupan sebelumnya ke kehidupannya yang sekarang, terutama yang berkaitan dengan kemampuannya untuk menghadapi masa depan. Salah satu penyebab masalah ini adalah ketidakmampuan manusia untuk mengontrol kekuatan (power). Tubuh hanyalah medium, sehingga manusia disarankan untuk bisa menyelesaikan permasalahannya tanpa melibatkan medium tersebut secara fisik, tapi lebih memanfaatkan thetan. Manusia memiliki kecenderungan untuk memfokuskan diri dan intens dalam satu bidang namun tidak menguasai bidang yang lainnya. Saat seseorang telah menguasai satu bidang, ia akan memiliki kemampuan untuk merevolusi kemampuannya untuk memilih, dan kemudian dapat menikmati kegiatan baru. Dapat dikatakan, ini salah satu kriteria untuk menaikkan derajat manusia dalam strata kehidupan. Scientology memberikan bagaimana saran yang dapat mendukung manusia untuk lebih mampu dalam mengontrol kekuatannya sendiri.


Pandangan Gereja Scientolog


Dengan dogmanya (creed): “That all men of whatever race, color, or creed were created with equal rights.” (Bahwa semua manusia dari ras, warna kulit, atau kepercayaan manapun diciptakan dengan hak yang sama.) Penganut Scientology menyatakan: “Kami mendukung program yang melindungi dan mendukung hak azasi manusia baik pria maupun wanita, dan mengkritik segala bentuk kekerasan/pelanggaran terhadap hak azasi manusia.” (http://www.scientology.org/). Dogma ini ternyata hampir sama bunyinya dengan deklarasi global ethic yang dicanangkan tanggal 4 September 1993 di Chicago dan ditandatangani oleh 143 wakil religi dari seluruh dunia (wakil-wakil ini meliputi wakil agama konvensional dan beberapa aliran: Taoisme, Brahmanisme, Unitarian Universalist, Zoroastrian, Theosophist, dll). Soal kesamaan ini nantinya akan dibahas lebih lanjut.


Tujuan Scientology


Kehidupan tanpa kegilaan, penyakit mental, kejahatan, dimana manusia yang jujur bisa mendapatkan haknya dan mencapai tingkatan yang lebih tinggi. Jadi tujuan utamanya adalah mencapai tingkatan kehidupan yang lebih tinggi bagi manusia, dengan pembebasan spiritual.

Scientology mengklaim bahwa ia memiliki tujuan baik untuk menaikkan derajat umat manusia dan menginginkan dunia yang damai tanpa perang, serta menegakkan persamaan hak. Ini jelas bukanlah hal yang mudah untuk diwujudkan, namun bagi para pengikut Scientology, dengan semakin banyak orang yang turun serta membantu semakin baik bagi revolusi dunia.


Kegiatan Scientology


Dibawah ini adalah empat dari berbagai macam independent activity para volunteer Scientology:


  1. Narcanon 

Narcanon adalah salah satu kegiatan amal berupa pengarahan dan bantuan untuk rehabilitasi Narkotika dan bahan kimia lainnya. Scientology percaya bahwa narkotik dan bahan kimia lainnya yang dikonsumsi manusia akan meninggalkan residu dalam diri manusia yang akan menghambat pembebasan spiritual. Solusi yang disarankan adalah obat-obatan lainnya yang telah tersedia. Gunanya adalah mendetoksifikasi residu tersebut untuk membantu kebebasan sipiritual. Ini dianggap penting, karena efek dari residu dalam tubuh dapat muncul bahkan setelah bertahun-tahun kemudian, terutama dalam kondisi mental tertekan. Selain itu, ada proses lain yang sudah terprogram, misalnya sauna.

Narconon sendiri artinya ‘tanpa obat-obatan’. Narconon berpusat di Los Angeles, dengan 106 program rehabilitasi di 36 negara di seluruh dunia, dan 40 gedung pusat yang juga tersebar di berbagai penjuru dunia. Narconon sendiri telah datang ke Indonesia tanggal 16 Maret 2007 lalu untuk memberikan pengarahan anti-narkotika, meski lokasi lebih jelasnya tidak diketahui. Ron Hubbard sendiri menyatakan bahwa pecandu tidak memiliki keinginan menjadi pecandu, tapi ia dikendalikan oleh rasa sakit dan keputusasaan. Begitu si pecandu merasa lebih sehat secara fisik dan mental, tanpa obat-obatan, ia akan berhenti membutuhkan obat-obatan tersebut.


  2. Criminon

Criminon adalah program amal yang bertujuan merehabilitasi para kriminal temasuk yang di penjara untuk mencapai perubahan ke arah yang lebih baik demi mencapai dunia yang damai tanpa kejahatan. Programnya adalah memberikan pembelajaran mengenai kehidupan sosial yang positif dan membantu permasalahan dalam hidup mereka. Metode yang digunakan adalah Way To Happiness. Metode ini adalah semacam pembelajaran moral untuk membangkitkan keyakinan akan self-worth, bahwa seorang tahanan/mantan tahanan sekalipun berhak mendapatkan hak dan perlakuan yang layak asalkan ia juga mampu menyeseuaikan diri dengan masyarakat dalam lingkungan sekitarnya.


  3. Scholastics

Ini adalah program amal untuk menunjang pendidikan, baik untuk anak-anak maupun dewasa. Program ini termasuk pengasahan bakat, training untuk tenaga pengajar, bahkan bantuan buku. Tujuan utamanya adalah menempatkan baik anak-anak maupun dewasa untuk keluar dari sistem pendidikan umum yang dianggap tidak mampu untuk memahami kekurangan individual dalam proses pembelajaran, terutama yang tertinggal dalam program sekolah umum. Program ini telah dimulai tahun 1972, dengan 150 scholastic program di 53 negara dalam 6 kontinen.


  4. The Way To Hapiness


Ini adalah program/metode mendasar yang menawarkan pada komunitas kode moral non-religius yang didukung oleh Scientology (dan orang lain yang memiliki tujuan baik). Metode ini juga telah dituliskan dalam sebuah buku dengan judul yang sama. Metode ini membantu anak dan orang dewasa menerapkan standar mereka sendiri mengenai konsep baik dan buruk, kemudian mengembangkan self-esteem. Sekali lagi, setali tiga uang dengan program yang lain, pendekatan yang dipakai adalah pendekatan personal.



Pandangan Global Ethic Terhadap Scientology


        1. Deklarasi Global Ethic


Global ethic didefinisikan sebagai: “A set of universal principles applied to all kind of culture, proffesion, philosohies and faith.” Draftnya dibuat oleh Dr. Hans Kung, dengan kerjasama dengan Komite Religi Dunia, dengan didukung oleh 200 badan pendidikan (scholar) dan diikuti perwakilan 143 orang dari 40 kepercayaan berbeda. Deklarasi pertama dibawakan oleh Tony Blair tahun 1993. (http://www.cpwr.org/resource/global_ethic.htm). Ada empat pernyataan pokok:

1.1. Commitment to a culture of non-violence and respect of life

1.2. Commitment to a culture of solidarity and a jus economic order

1.3. Commitment to a culture of tolerance and alife of truthfulness

1.4. Commitment to a culture of equal rights and partnership between men and women.


Sementara isi deklarasinya adalah sbb:

We are interdependent. Each of us depends on the well-being of the whole, and so we have respect for the community of living beings, for people, animals, and plants, and for the preservation of Earth, the air, water and soil.

We take individual responsibility for all we do. All our decisions, actions, and failures to act have consequences.

We must treat others as we wish others to treat us. We make a commitment to respect life and dignity, individuality and diversity, so that every person is treated humanely, without exception. We must have patience and acceptance. We must be able to forgive, learning form the past but never allowing ourselves to be enslaved by memories of hate. Opening our hearts to one another, we must sink our narrow differences for the cause of world community, practicing a culture of solidarity and relatedness.

We consider humankind a family. We must strive to be kind and generous. We must not live for ourselves alone, but should also serve others, never forgetting the children, the aged, the poor, the suffering, the disabled, the refugees and the lonely. No person should ever be considered or treated as a second-class citizen, or be exploited in any way whatsoever. There should be equal partnership between men and women. We must not commit any kind of sexual immorality. We must put behind us all forms of domination or abuse.

We commit ourselves to a culture of non-violence, respect, justice, and peace. We shall not oppress, injure, torture, or kill other human beings, forsaking violence as a means of settling differences.

We must strive for a just social and economic order, in which everyone has an equal chance to reach full potential as a human being. We must speak and act truthfully and with compassion, dealing fairly with all, and avoiding prejudice and hatred. We must not steal. We must move beyond the dominance of greed for power, prestige, money, and consumption to make a just and peaceful world.

Earth cannot be changed for the better unless the consciousness of individuals is changed first. We pledge to increase our awareness by disciplining our minds, by meditation, by prayer, or by positive thinking. Without risk and a readiness to sacrifice there can be no fundamental change in our situation. Therefore we commit ourselves to this global ethic, to understanding one another, and to socially beneficial, peace-fostering, and nature-friendly ways of life.

We invite all people, whether religious or not, to do the same (http://www.religioustolerance.org/parliame.htm)


        2. Nilai Normatif Global Ethic Terhadap       Scientology


Dari sejarah penemunya yang merupakan seorang filosof dan yang telah mempelajari berbagai filosofi dari seluruh belahan dunia, Scientology sepertinya memiliki basis ajaran religi resmi yang telah diakui di berbagai penjuru dunia. Bisa dibilang ia adalah religi sinkretis. Ini menyebabkan orang sebaiknya tidak memberikan reaksi frontal terhadap Scientology karena adanya religi lain yang ikut menjadi basis ajaran Scientology ini memiliki banyak pengikut yang tersebar di seluruh dunia, misalnya Buddhism dan berbagai macam ajaran lain dari Yunani, Indian, belahan dunia timur, dll. Para pengikut religi lain ini juga bisa ikut tersinggung jika ada reaksi frontal terhadap Scientology, sebab bagian dari ajaran Scientology juga ada didalam ajaran religi tersebut. Sebagai contoh, Ron Hubbard dengan berani menjadikan peristiwa moksa Sidharta Gautama sebagai salah satu bukti peristiwa untuk menguatkan kepercayaan mengenai reinkarnasi dan keberadaan makhluk spiritual yang memiliki strata diatas manusia.

Sejak awal tujuan utama Ron Hubbard adalah mencari jawaban dari misteri kehidupan, terutama misteri kehidupan manusia. Maka secara singkat dari gambaran kasar diatas dapat disimpulkan bahwa Scientology terinspirasi dari berbagai macam filosofi yang telah mengakar dari belahan penjuru dunia. Membuat klaim lain secara radikal, secara tidak lansung, cepat atau lambat, akan menimbulkan banyak konflik dan kontroversi. Disinilah pentingnya peran global ethic, dan ciri yang dimilikinya: menjadi penengah yang bersifat normatif dan bukan absolut.

Kebebasan spiritual yang menjadi basis ajaran Scientology, dan yang digambarkan oleh Scientology sendiri tidak bisa disalahkan, karena bagaimanapun definisi kebebasan spiritual secara umum kurang lebih memang cenderung subjektif. Namun ada atau tidaknya makhluk lain bukan Tuhan yang memiliki kedudukan lebih tinggi dari manusia masih merupakan misteri semesta, dan karenanya tidak dapat ditentukan benar atau salahnya. Diluar itu semua, program yang diadakan oleh Scientology-yang sebagian besar bertujuan amal-nampaknya memiliki tujuan yang positif meskipun tentu, bagaimana dampak ke depannya belum bisa terprediksi.

Tapi bagaimanapun juga memang sulit untuk dipungkiri, bahwa idealisme Scientology yang mengimpikan ‘dunia tanpa kegilaan, penyakit mental, kejahatan, dimana manusia yang jujur bisa mendapatkan haknya dan mencapai tingkatan yang lebih tinggi’ itu bagi sebagian besar orang mungkin masih terdengar utopis (meski sekali lagi, tidak bisa juga dianggap salah, terutama karena usaha dan praktek yang kemudian dilakukan pengikutnya, terutama pada kegiatan amalnya). Karena menurut teori Chaos and Order dunia tidak akan dinamis tanpa adanya chaos, sebab ketahanan manusia tercipta dari awareness, dimana chaos datang saat tatanan manusia telah begitu terstruktur dan terkoordinasi. Awareness inilah yang membangunkan manusia dari kestatisan sistem, dan yang kemudian membawanya pada kemajuan.


BIBLIOGRAPHY


[email protected]

http://philosophy.zsu.edu.cn/info_Show.asp?ArticleID=336

http://www.cpwr.org/resource/global_ethic.htm

http://www.religioustolerance.org/parliame.htm

http://www.scientology.org

[email protected]

[email protected]