Lompat ke isi

Ular cabai

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 25 Desember 2017 15.23 oleh 26Isabella (bicara | kontrib)
Ular Cabai
Ular cabai, Calliophis intestinalis
dari Kampus IPB Darmaga, Bogor
Terancam
CRSingkatan dari Critical (Kritis)
ENSingkatan dari Endangered (Genting)
VUSingkatan dari Vulnerable (Rentan)
 
NTSingkatan dari Not Threatened (Tidak terancam)
Aman
LCSingkatan dari Least-Concern (Aman)

Risiko Rendah  (IUCN 3.1)[1]
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Filum:
Subfilum:
Kelas:
Ordo:
Subordo:
Famili:
Genus:
Spesies:
C. intestinalis
Nama binomial
Calliophis intestinalis
(Laurenti, 1768)
Agihan ular cabai
Sinonim
  • Aspis intestinalis Laurenti, 1768[2]
  • Elaps intestinalis Cantor, 1847
  • Callophis [sic] intestinalis
    Günther, 1859
  • Adeniophis intestinalis
    Boulenger, 1890
  • Doliophis intestinalis
    — Boulenger, 1896[3]
  • Calamaria klossi M.A. Smith, 1926
  • Maticora intestinalis
    Loveridge, 1944
  • Calliophis intestinalis
    Slowinski et al., 2001[4]

Sumber: The Reptile Database.[5]

Ular cabai atau ular cabe (Calliophis intestinalis) adalah sejenis ular berbisa dari suku Elapidae. Ular berukuran kecil ini menyebar terbatas (endemik) di Asia Tenggara[1]. Dalam bahasa Inggris ia dikenal sebagai Banded Malayan Coral Snake[6], Banded Coral Snake[7][8], atau Malayan Striped Coral Snake[9]. Dalam bahasa Melayu dinamai ular tali kasut, yang berarti 'ular tali sepatu' karena melihat rupanya[6].

Deskripsi

Spesimen dengan garis keputihan.
Spesimen dengan garis jingga. Mati dibunuh.
Sisi ventral.
Close up sisik di sisi tubuhnya.
Pelat identifikasi karya R. Soedirman, 1916.

Ular yang bertubuh kecil, panjang dan ramping; panjang total tubuhnya mencapai 58 cm[10] (catatan lain menyebutkan hingga 71 cm[9]). Kepalanya kecil dan sedikit memipih rata, tak terbedakan dari lehernya, dan moncongnya membulat; sebuah bintik segitiga keputihan terdapat pada masing-masing pelipisnya[11].

Punggung berwarna kehitam-hitaman, dengan sejalur garis tipis membujur di atas tulang belakang (vertebrae) yang berwarna jingga, kuning, atau keputihan; garis ini bercabang di atas kepalanya. Pada masing-masing sisi tubuh bagian bawah terdapat lagi satu garis putih yang membujur hingga ke ekornya. Sisi perut putih (kekuningan) dengan belang-belang hitam, dengan warna merah terang di bawah ekornya.[11]

Sisik-sisik dorsal tersusun dalam 13 deret di tengah tubuh[10]. Sisik-sisik ventral berjumlah 197-273 buah, sedangkan sisik-sisik subkaudal antara 15-33 buah. Perisai labial atas 6 buah, yang ke-3 dan ke-4 menyentuh mata; perisai yang ke-3 juga menyentuh perisai nasal posterior.[6] Perisai anal tunggal, tak berbelah[8].

Agihan geografis

C. intestinalis menyebar di Thailand, Vietnam, Semenanjung Malaya, Singapura, Indonesia (Sumatra, Kepulauan Mentawai, Jawa, Kalimantan), dan Filipina[5]. Di Pulau Kalimantan, tercatat pula dari Brunei, Sabah, dan Sarawak[9].

Kebiasaan dan ekologi

Ular cabe terutama hidup di hutan primer dan sekunder, namun sering pula didapati di kebun-kebun dan pekarangan[8]. Ia aktif di malam hari (nokturnal), dan hidup di atas dan di bawah tanah (semi-fosorial)[10]. Bersifat pemalu[8][10], ular ini sering bersembunyi di lubang-lubang tanah, di bawah kayu, tumpukan batu atau serasah[11]. Ular cabe terutama memangsa ular-ular kecil yang hidup di dalam tanah (fosorial)[10][11], misalnya jenis-jenis Calamaria dan Liopeltis[8].

Pada siang hari ular ini tampak jinak, tidak agresif[8], dan tidak berlari pergi apabila diganggu[6]. Ular cabe memiliki perilaku khas bila merasa terganggu, yakni memipihkan tubuhnya dan menjungkitkan ekornya sehingga bagian yang berwarna merah terlihat jelas[8][11]. Kadang-kadang ia juga menggulingkan badannya, sehingga perutnya yang berbelang-belang menghadap ke atas[8][11]; perilaku yang dikenal sebagai aposematic behavior[6].

Ular cabe bertelur 3-5 butir[10]; yang menetas setelah 80-85 hari[11].

Bisa

Sebagaimana kerabatnya ular-ular dari suku Elapidae, Calliophis intestinalis memiliki bisa yang sangat kuat dari golongan neurotoksin[11]. Efek bisa ini menimbulkan rasa pusing, mual-mual, dan kesulitan bernafas pada korbannya[12]; terasa sakit pada sekitar luka gigitan, pembengkakan, dan mungkin pula kematian jaringan (nekrosis)[7]. Diketahui pula bahwa ada orang yang hingga pada ajalnya karena tergigit ular ini[9].

Kelenjar bisa pada ular cabai memanjang hingga sepertiga tubuh bagian depan[11].

Anak jenis

Sejauh ini ada tujuh anak jenis (subspesies) Calliophis intestinalis yang diakui dunia ilmiah:[5][13]

Catatan kaki

  1. ^ a b Grismer, L., T. Chan-Ard, A.C. Diesmos, E.M. Delima, J.C. Gonzalez, M. Gaulke, R.F. Inger & G. Tampos. 2012. Calliophis intestinalis. In: IUCN 2014. IUCN Red List of Threatened Species. Version 2014.1. Downloaded on 30 June 2014.
  2. ^ Laurenti, J.N. 1768. Specimen medicum, exhibens synopsin reptilium emendatum cum experimentis circa venena et antidota reptilium austriacorum. Vienna: "Joan. Thom. Nob. de Trattnern". 214 pp. + Plates I-V. (Aspis intestinalis, p. 106).
  3. ^ Boulenger GA. 1896. Catalogue of the Snakes in the British Museum (Natural History). Volume III., Containing the Colubridæ (Opisthoglyphae and Proteroglyphæ), ... London: Trustees of the British Museum (Natural History). (Taylor and Francis, printers). xiv + 727 pp. + Plates I-XXV. (Doliophis intestinalis, pp. 401-404).
  4. ^ Slowinski J.B., J. Boundy, & R. Lawson. 2001. The phylogenetic relationships of Asian coral snakes (Elapidae: Calliophis and Maticora) based on morphological and molecular characters. Herpetologica 57 (2): 233-245.
  5. ^ a b c The Reptile Database: Calliophis intestinalis.
  6. ^ a b c d e Tweedie, M.W.F. 1983. The Snakes of Malaya, 3rd Ed.: 112-3. Singapore Nat. Printers, Singapore.
  7. ^ a b Lim, B.L. 1991. Poisonous Snakes of Peninsular Malaysia, 3rd Ed.: 36. Malayan Nature Society, Kuala Lumpur.
  8. ^ a b c d e f g h Stuebing, R.B. & R.F. Inger. 1999. A Field Guide to the Snakes of Borneo: 195-6. Natural History Publ. (Borneo), Kota Kinabalu.
  9. ^ a b c d Das, I. 2006. A Photographic Guide to Snakes and Other Reptiles of Borneo: 62. New Holland Publishers (UK), London. ISBN 978-1-84773-881-3.
  10. ^ a b c d e f David, P. & G. Vogel. 1996. The Snakes of Sumatra, an annotated checklist and key with natural history notes: 153-6. Edition Chimaira, Frankfurt am Main.
  11. ^ a b c d e f g h i Supriatna, J. 1981. Ular Berbisa Indonesia: 36. Bhratara Karya Aksara, Jakarta.
  12. ^ Jacobson, E. 1937. A case of snakebite (Maticora intestinalis). Bull. Raffles Mus. 13: 77-9.
  13. ^ ITIS (Integrated Taxonomic Information System): Calliophis intestinalis.
  14. ^ Peters, W. 1881. Die Verschiedenheit von Syngnathus (Belonichthys) zambiezensis Ptrs. und S. (B.) mento Bleeker und über eine neue Art der Schlangengattung Callophis von den Philippinen. Sitzungsberichte der Gesellschaft Naturforschender Freunde zu Berlin vol. "1881": 109. Berlin :R. Friedländer und Sohn, 19 Juli 1881.
  15. ^ Boulenger, G.A. 1896. Catalogue of the snakes in the British Museum, 3: 404. London :Taylor & Francis.
  16. ^ Gray, J.E. 1835. Illustrations of Indian Zoology, chiefly selected from the collection of Major-General Hardwicke. Vol. 2: 303. London (1833-1834).
  17. ^ Günther, A. 1864. The reptiles of British India: 348. London :Robert Hardwicke.
  18. ^ Günther, A. 1859. On the genus Elaps of Wagner. Proc. Zool. Soc. London part XXVII(1) : 82-3. Jan-Mar 1859. Plate XVI.
  19. ^ Bleeker, P. 1859. Reptilien van Sintang. Natuurkundig Tijdschrift voor Nederlandsch Indie, 20: 201. Batavia :H.M. van Dorf

Bacaan lanjutan

  • Boulenger GA. 1890. The Fauna of British India, Including Ceylon and Burma. Reptilia and Batrachia. London: Secretary of State for India in Council. (Taylor and Francis, printers). xviii + 541 pp. (Adeniophis intestinalis, pp. 386-387).
  • Cantor TE. 1847. Catalogue of Reptiles Inhabiting the Malayan Peninsula and Islands. J. Asiatic Soc. Bengal 16 (2): 607-656, 897-952, 1026-1078. Calcutta :Bishop's College Press. (Elaps intestinalis, p. 1028)

Pranala luar