Ahmad Amiruddin (politikus)
Ahmad Amiruddin | |
---|---|
[[Gubernur Sulawesi Selatan]] 4 | |
Masa jabatan 19 Januari 1983 – 19 Januari 1993 | |
Presiden | Soeharto |
Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Utusan Daerah | |
Masa jabatan 1 Oktober 1992 – 1 Oktober 1997 | |
Presiden | Soeharto |
Ketua MPR | Wahono |
Walikotamadya Parepare Penjabat | |
Masa jabatan 1983–1983 | |
Presiden | Soeharto |
Gubernur | Ahmad Amiruddin |
Pendahulu Joesoef Madjid Pengganti Andi Samad Thahir | |
[[Rektor Universitas Hasanuddin]] 6 | |
Masa jabatan 1973–1982 | |
Pendahulu Andi Hafid Pengganti Hasan Walinono | |
Informasi pribadi | |
Lahir | Wajo, Sulawesi Selatan, Hindia Belanda | 25 Juli 1932
Meninggal | 22 Maret 2014 Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia | (umur 81)
Kebangsaan | Indonesia |
Almamater | Institut Teknologi Bandung Universitas Kentucky |
Pekerjaan | Dosen |
Sunting kotak info • L • B |
Prof. Dr. Ahmad Amiruddin (25 Juli 1932 – 22 Maret 2014)[1][2] adalah seorang ahli kimia nuklir Indonesia yang juga merupakan mantan Rektor Universitas Hasanuddin ke–6 dari tahun 1973 hingga 1982, Gubernur Sulawesi Selatan dua periode 1983–1988 dan 1988–1993 serta Wakil Ketua MPR-RI pada 1992 hingga 1997.
Kehidupan awal dan pendidikan
Ahmad Amiruddin lahir di sebuah kampung bernama Gilereng, Kabupaten Wajo pada 25 Juli 1932. Amiruddin lahir dari pasangan Ahmad Pabittei dan Saodah, seorang pegawai pemerintah dan guru. Tamat SD dan SMA di Sengkang, orang tuanya mengirim Amiruddin melanjutkan SMA di Bandung tahun 1947. Tiga tahun kemudian setelah lulus SMA, ia melanjutkan studi di Institut Teknologi Bandung (ITB) sekitar tahun 1950. Karena prestasinya, Amiruddin berkesempatan menempuh pendidikan program magister dan doktoral di Universitas Kentucky, Lexington, Kentucky, Amerika Serikat.[1]
Karier
Setelah menyelesaikan studinya di Amerika Serikat ia diangkat menjadi dosen di ITB. Kemudian secara berturut-turut ia menjadi dekan dan kemudian diangkat menjadi guru besar pada Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM) dan ITB. Amiruddin menerima gelar doktor honoris causa (HC) dari UKM besama dengan Perdana Menteri Malaysia, Datuk Hussein Onn.[1]
Rektor
Amiruddin menjadi rektor Universitas Hasanuddin, Makassar pada 1973. Saat jadi rektor, ia menjadi pelopor utama memindahkan kampus Universitas Hasanuddin Baraya Jalan Sunu ke Tamalanrea. Selain itu, Rumah Sakit Pendidikan Unhas yang dulunya di Rumah Sakit Dadi juga ikut dipindahkan menjadi RS Dr. Wahidin, Tamalanrea.[1] Pada periode kedua, Amiruddin melakukan terobosan dengan mengirim 100 mahasiswa pascasarjana ke Jepang dan Eropa untuk program doktoral di bidang kedokteran. 10 tahun memimpin Unhas, Amiruddin akhirnya digantikan oleh Hasan Walinono.[1]
Gubernur
Jenderal M. Jusuf yang saat itu menjabat Menhankam/Pangab merekomendasikan Amiruddin untuk menjadi Gubernur Sulsel. Ia menghadap langsung pada Presiden Soeharto mengusulkan agar Amiruddin diberi kesempatan memimpin Sulsel.[1] Usulan itu diterima, penunjukan Amiruddin sebagai gubernur menuai pujian. Pasalnya, di rezim Orde Baru, sangat jarang jabatan kepala daerah bisa dijabat oleh orang sipil. Kekuasaan Orde Baru lekat dengan hegemoni militer. Hampir semua kepala daerah saat itu dijabat oleh ABRI.[1]
Ia menjabat selama dua periode dari tahun 1983 hingga 1993, sebagai gubernur ia pertama kali yang mengenalkan Sulsel dengan konsep ekonomi kawasan. Program tri konsep pengwilayahaan komoditas, perubahan pola pikir, dan petik olah jual, dan menjadikan Sulsel sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di kawasan timur Indonesia. Serta menjadikan Sulsel sebagai lumbung pangan nasional.[3][4]
Pemindahan Kantor Gubernur Sulsel dari Jl. Jenderal Ahmad Yani di pusat kota yang sesak ke Jl. Urip Sumoharjo serta restorasi Benteng Somba Opu juga dilaksanakan ketika masa pemerintahannya.[5]
Riwayat pendidikan
- Sekolah Dasar (3 tahun), Doping, Wajo (1938–1941)
- Sekolah Sambungan, Paria, Wajo (1941–1944)
- Sekolah Menengah Umum, Makasar (1946–1950)
- Sekolah Menengah Atas, Bandung (1950–1952)
- Bagian Kimia, Fakultas Ilmu Pasti dan Alam, Universitas Indonesia Bandung (1952-24/8/1958) (Drs)
- Sekolah Pasca Sarjana, Universitas Kentucky, Lexington, Ky (1958-11/8/1961) (Ph.D.)
Riwayat pekerjaan
- Tugas belajar ke Amerika Serikat (1958)
- Sekretaris Bagian Kimia, ITB (1961)
- Ketua Bagian Kimia (1962)
- Dekan Fakultas Kimia Biologi (1966)
- Pembantu Dirjen BATAN (1965)
- Direktur Pusat Penelitian BATAN (1966–1970)
- Ketua Bagian Kimia, Univ. Kebangsaan Malaysia, Kuala Lumpur (1970–1973)
- Rektor Universitas Hasanuddin (1973)
- Kopertis IX (1976–1982)
- Deputi Ketua BPPT (1982–1983)
- Gubernur Sulawesi Selatan (1983–1993)
- Pejabat Walikotamadya Parepare (1983–1983)
- Wakil Ketua MPR-RI (1992–1997)
- Penasehat Menristek/Ketua BPPT/Kepala BPIS dalam perencanaan pembangunan bagian timur Indonesia (1993)
Tanda jasa dan penghargaan
- Satyalancana Wira Karya
- Doctor Sains Hon. (Univ. Kebangsaan Malaysia)
- Satyalancana Pembangunan (Koperasi)
- Manggala Karya Kencana (BKKBN)
- Lencana Melati (Pramuka)
- Satyalancana Wira Karya (BKKBN)
- Medali Perjuangan Angkatan 45
- Bintang Legiun Veteran
- Satyalancana Pembangunan (Pertanian)
- Piagam Penghargaan (KADIN)
- Bintang Mahaputra Utama
- Piagam Penghargaan (UMI Ujung Pandang)
- Bintang Mahaputra Adipradana
Rujukan
Pranala luar
Jabatan politik | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Syaiful Sulun Raden Sukardi Raden Soeprapto Soerjadi Djaelani Naro |
Wakil Ketua MPR/DPR RI 1992–1997 Bersama dengan: Ismail Hassan Metareum Soerjadi Soetedjo |
Diteruskan oleh: Syarwan Hamid Abdul Gafur Ismail Hassan Metareum Fatimah Achmad Poedjono Pranyoto |
Didahului oleh: Andi Oddang |
Gubernur Sulawesi Selatan 1983–1993 |
Diteruskan oleh: Zainal Basri Palaguna |
Didahului oleh: Joesoef Madjid |
Walikotamadya Parepare Penjabat 1983–1983 |
Diteruskan oleh: Andi Samad Thahir |
Jabatan akademik | ||
Didahului oleh: Andi Hafid |
Rektor Universitas Hasanuddin 1973–1982 |
Diteruskan oleh: Andi Hasan Walinono |