Lompat ke isi

Ejaan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Alphabet enfants sages 5-2

Ejaan adalah penggambaran bunyi bahasa (kata, kalimat, dsb) dengan kaidah tulisan (huruf) yang distandardisasikan dan mempunyai makna. Ejaan biasanya memiliki tiga aspek yaitu:

  1. aspek fonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf dan penyusunan abjad
  2. aspek morfologis yang menyangkut penggambaran satuan-satuan morfemis
  3. aspek sintaksis yang menyangkut penanda ujaran berupa tanda baca.

Abjad Indonesia Menurut EYD

Ejaan yang disempurnakan atau EYD terdiri dari 26 grafem tunggal dan fonem sebagai berikut:[1]

  • Aa (a) /a/
  • Bb (be) /b/
  • Cc (ce) /c/
  • Dd (de) /d/
  • Ee (e) /e/ , /ə/ ,/ε/
  • Ff (ef) /f/
  • Gg (ge) /g/
  • Hh (ha) /ha/
  • Ii (i) /i/
  • Jj (je) /j/
  • Kk (ka)/k/,/?/
  • Ll (el) /l/
  • Mm (em) /m/
  • Nn (en) /n/
  • Oo (o) /o/, /ɔ/
  • Pp (pe) /p/
  • Qq (ki) /k/
  • Rr (er) /r/
  • Ss (es) /s/
  • Tt (te) /t/
  • Uu (u) /u/
  • Vv (fe) /te/
  • Ww (we) /w/, /W/
  • Xx (eks) /k/+/s/
  • Yy (ye) /y/
  • Zz (zet) /z/

Huruf Vokal

Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o,dan u.[2] Contoh pemakaian dalam kata vokal di awal di tengah di akhir pada huruf a seperti api, padi, lusa.[3] Dalam vokal e seperti enak, petak, sore, sedangkan dalam vokal i contohnya itu, simpan, murni.[4] Serta dalam vokal o seperti oleh, kota, radio, dan terakhir pada vokal u contohnya ulang, bumi, ibu.[5] Dalam pengajaran lafal kata, dapat digunakan tanda aksen jika ejaan kata menimbulkan keraguan.[6]

Huruf Konsonan

Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.[7][8] Huruf k di sini melambangkan bunyi hamzah khusus untuk nama dan keperluan ilmu.[9]

Huruf Diftong

Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.[10] Contoh penggunaan diftong ai pada awal, tengah dan akhir adalah sebagai berikut ain, malaikat, pandai.[11] Sedangkan pada diftong au seperti aula, saudara, harimau.[12] Serta pada diftong oi di awal kata tidak ditemui, sedangkan untuk di tengah dan akhir seperti boikot dan amboi.[13]

Gabungan Huruf Konsonan

Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy.[14] Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.[15] Sama seperti kata yang lain, gabungan huruf konsonan bisa terdapat pada awal, tengah, dan akhir kata.[16]

Prinsip-prinsip Penulisan Ejaan Bahasa Indonesia

Prinsip morfologis merupakan dua kaidah yang mengkhususkan penulisan sebuah fonem yang memiliki posisi tertentu dalam morfem atau kata jadian.[17]Dua kaidah tersebut adalah:

  • Fonem /ɲ/ di muka fonem /c/ atau /j/ ditulis n, bukan ny.[18]
  • Fonem /w/ dan /y/ yang menjadi bagian diftong ditulis u dan i.[19]

'Prinsip historis/tradisional berlaku bagi beberapa kata serapan, antara lain:[20]

  • Grafem yang melambangkan konsonan bersuara dipakai untuk konsonan tak bersuara pada akhir suku kata. Penggunaan ini digunakan untuk fonem /p/, dan d untuk /t/ serta penulisan g untuk /k/ dan j untuk /c/.[21]
  • Grafem i di muka vokal mencerminkan lafal bervarian /i/ atau /y/.[22]
  • Penggambaran bunyi /f/ dipakai baik pada huruf v mau pun v.[23]
  • Bunyi Hamzah atau bahasa Arab dituliskan menggunakan tanda petik tunggal walaupun tanda petik juga dapat digunakn untuk kata yang lain, misalnya penulisan Jum'at. [24]
  • Huruf e digunakan untuk menggambarkan /ə/ di antara konsonan serapan lama, misalnya pengucapan Inggeris dan Sastera.[25]
  • Nama diri orang-orang terdahulu diperbolehkan menggunakan Ejaan Soewandi bahkan Ejaan Van Ophuijsen, misalnya Soekarno dan Soeharto.[26]
  • Nama diri orang asing dan nama tempat asing dipertahankan keasliannya, misalnya Michael dan New York.[27]

Rujukan

  1. ^ N.F. Alieva, dkk (1991). Bahasa Indonesia deskripsi dan teori. Yogyakarta: Kanisius. hlm. 27. 
  2. ^ Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia (2000). PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. hlm. 8. 
  3. ^ Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia (2000). PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. hlm. 8. 
  4. ^ Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia (2000). PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. hlm. 8. 
  5. ^ Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia (2000). PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. hlm. 8. 
  6. ^ Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia (2000). PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. hlm. 9. 
  7. ^ Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia (2000). PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. hlm. 9. 
  8. ^ Menteri Pendidikan Nasional (2009). PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. hlm. 3. 
  9. ^ Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia (2000). PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. hlm. 9. 
  10. ^ Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia (2000). PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. hlm. 10. 
  11. ^ Menteri Pendidikan Nasional (2009). PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. hlm. 5. 
  12. ^ Menteri Pendidikan Nasional (2009). PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. hlm. 5. 
  13. ^ Menteri Pendidikan Nasional (2009). PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. hlm. 5. 
  14. ^ Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia (2000). PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. hlm. 10. 
  15. ^ Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia (2000). PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. hlm. 10. 
  16. ^ Menteri Pendidikan Nasional (2009). PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN UMUM EJAAN BAHASA INDONESIA YANG DISEMPURNAKAN. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. hlm. 5. 
  17. ^ N.F. Alieva, dkk (1991). Bahasa Indonesia deskripsi dan teori. Yogyakarta: Kanisius. hlm. 28. 
  18. ^ N.F. Alieva, dkk (1991). Bahasa Indonesia deskripsi dan teori. Yogyakarta: Kanisius. hlm. 28. 
  19. ^ N.F. Alieva, dkk (1991). Bahasa Indonesia deskripsi dan teori. Yogyakarta: Kanisius. hlm. 28. 
  20. ^ N.F. Alieva, dkk (1991). Bahasa Indonesia deskripsi dan teori. Yogyakarta: Kanisius. hlm. 28. 
  21. ^ N.F. Alieva, dkk (1991). Bahasa Indonesia deskripsi dan teori. Yogyakarta: Kanisius. hlm. 28. 
  22. ^ N.F. Alieva, dkk (1991). Bahasa Indonesia deskripsi dan teori. Yogyakarta: Kanisius. hlm. 28. 
  23. ^ N.F. Alieva, dkk (1991). Bahasa Indonesia deskripsi dan teori. Yogyakarta: Kanisius. hlm. 28. 
  24. ^ N.F. Alieva, dkk (1991). Bahasa Indonesia deskripsi dan teori. Yogyakarta: Kanisius. hlm. 28. 
  25. ^ N.F. Alieva, dkk (1991). Bahasa Indonesia deskripsi dan teori. Yogyakarta: Kanisius. hlm. 28. 
  26. ^ N.F. Alieva, dkk (1991). Bahasa Indonesia deskripsi dan teori. Yogyakarta: Kanisius. hlm. 28. 
  27. ^ N.F. Alieva, dkk (1991). Bahasa Indonesia deskripsi dan teori. Yogyakarta: Kanisius. hlm. 28.