Don Juan de Austria
Don Juan de Austria | |
---|---|
Lahir | Regensburg | 24 Februari 1547
Meninggal | 1 Oktober 1578 (pada usia 31 tahun) Bouge, dekat Namur |
Orang tua | Karl V, Kaisar Romawi Suci Barbara Blomberg |
Penghargaan |
Wangsa Habsburg Cabang Spanyol |
---|
Kaisar Carlos V (Raja Carlos I) |
|
Felipe II |
Felipe III |
Felipe IV |
Carlos II |
Don Juan de Austria[a] (24 Februari 1547 – 1 Oktober 1578) atau Ritter Johann von Österreich dalam bahasa Jerman, adalah anak luar nikah dari Kaisar Romawi Suci, Karl V. Don Juan de Austria menjadi senapati Kerajaan Spanyol pada masa pemerintahan abang tirinya, Raja Felipe II, dan termasyhur sebagai laksamana yang memimpin armada Liga Suci dalam Pertempuran Lepanto.
Riwayat hidup
Masa kecil
Don Juan de Austria, yang lahir di Kota Swapraja Regensburg, Oberpfalz, adalah anak hasil hubungan gelap antara Kaisar Romawi Suci, Karl V (menduda semenjak 1539), dan Barbara Blomberg, seorang biduanita, anak perempuan seorang burger.
Tarikh lahirnya tidak dapat dipastikan, karena beberapa sumber rujukan menyebutkan bahwa ia lahir pada 1545, sementara sumber-sumber rujukan lainnya, seperti G. Parker atau P. Pierson, menyebutkan bahwa ia lahir pada 1547. Menurut P. Pierson, beberapa rekan segenerasi Don Juan menegaskan bahwa ia lahir pada 1545, tetapi bukti tertua yang ditemukan di Perancis, yakni catatan tentang upacara-upacara kenegaraan, memperkuat tarikh 1547.
Pada musim panas 1554, anak hasil hubungan gelap ini dibawa ke puri kediaman Luis de Quijada di Villagarcía de Campos, Valladolid. Istri Luis de Quijada, Magdalena de Ulloa, mengasuh dan mendidik anak ini, dibantu guru bahasa Latin yang bernama Guillén Prieto, padri kapelan yang bernama García de Morales, dan seorang bentara yang bernama Juan Galarza.
Kaisar Karl V menulis selembar kodisil bertarikh 6 Juni 1554 yang berisi pengakuan "bahwa sesungguhnya selama berada di Jerman, sesudah menduda, aku telah menurunkan seorang anak kandung dari seorang perempuan yang belum menikah, dan diberi nama Geronimo".[1] Pada musim panas tahun 1558, Kaisar Karl V menitahkan agar Luis de Quijada, Magdalena de Ulloa, dan Jeromín pindah ke Desa Cuacos de Yuste. Sang Kaisar sudah lebih dahulu tinggal di Biara Yuste, tak jauh dari desa itu. Semenjak saat itu sampai dengan akhir hayatnya pada bulan September 1558, Kaisar Karl V sempat beberapa kali menjenguk putranya yang kala itu sudah berusia 11 tahun. Dalam surat wasiat terakhir yang dibuatnya pada 1558, Sang Kaisar secara resmi mengakui Jeromín sebagai putranya, dan berpesan agar nama Jeromín diganti menjadi Juan, untuk mengenang Ratu Juana I, mendiang ibunda Kaisar Karl V dan nenek dari Jeromín.[b] Sang Kaisar juga berpesan agar putranya itu kelak menjadi rohaniwan dan berkarier di lingkungan gerejawi.[2]
Felipe, satu-satunya putra sah Kaisar Karl V yang masih hidup, dan yang telah dinobatkan menjadi Raja Spanyol setelah ayahnya turun takhta, kala itu sedang berada di luar negeri Spanyol. Desas-desus mengenai ayah Jeromín telah merebak ke mana-mana, tetapi terus-menerus disangkal oleh Luis de Quijada. Luis de Quijada akhirnya menyurati Kaisar Karl V untuk meminta petunjuk. Sang Kaisar membalas surat itu dengan selembar nota yang ditulis oleh sekretaris pribadinya, Francisco de Eraso. Nota yang masih menampakkan coretan dan penggantian kata itu berisi pertimbangan-pertimbangan Kaisar Karl V untuk menangani permasalahan pelik itu dengan sebaik-baiknya. Luis de Quijada dinasehati untuk bersabar sambil menunggu Felipe II pulang ke Spanyol. Putri Juana, janda Pangeran Portugal dan penjabat Raja Spanyol selama kepergian abangnya, Raja Felipe II, diminta untuk menjenguk Jeromín. Putri Juana menjenguk Jeromín di Valladolid pada Mei 1559, bertepatan dengan penyelenggaraan auto-da-fé di kota itu.
Raja Felipe II pulang dari Brussel pada 1559, dan sudah tahu mengenai hal-ikhwal surat wasiat ayahnya. Sesampainya di Valladolid, ia memerintahkan Luis de Quijada untuk membawa serta Jeromín ke sebuah pesta perburuan. Raja Felipe pertama kali bertemu dengan Jeromín pada 28 September di Biara Santa María de La Santa Espina.[3] Ketika melihat Sang Raja datang, Luis de Quijada menyuruh Jeromín turun dari tunggangannya dan mempersembahkan penghormatan yang layak bagi junjungannya. Ketika mempersembahkan penghormatannya, Jeromín ditanyai oleh Raja Filipe, apakah ia mengenal ayahnya. Manakala Jeromín mengungkapkan ketidaktahuannya, Raja Felipe merangkulnya dan menjelaskan bahwa mereka berdua berasal dari satu ayah, dan oleh karena itu adalah adik-beradik. Meskipun demikian, Raja Felipe tetap berpegang teguh pada adat istiadat dan tata krama kerajaan: Sekalipun Jeromín adalah anggota wangsa Habsburg, ia tidak boleh disapa "Su Alteza",[c] yakni sapaan khusus bagi keluarga raja dan para adipati. Secara resmi ia patut disapa "Su Excelencia",[d] yakni sapaan bagi para grande Kerajaan Spanyol, dan menyandang nama resmi Don Juan de Austria. Don Juan tidak tinggal di istana raja, tetapi memiliki rumah kediaman pribadi yang dikelola oleh Luis de Quijada. Raja Felipe mengizinkan Don Juan untuk menerima tunjangan yang telah ditetapkan baginya oleh Kaisar Karl V, agar ia mampu untuk hidup selayaknya putra seorang kaisar dan adik seorang raja. Dalam upacara-upacara kenegaraan, Don Juan harus berdiri, berjalan, dan berkendara di belakang barisan keluarga raja, namun masih di depan barisan para grande.[2][4]
Masa belajar
Don Juan adalah seorang sarjana lulusan universitas kota Alcalá de Henares (sekarang bernama Universidad Complutense de Madrid), tempat ia menuntut ilmu bersama dua orang kemenakannya yang sebaya dengan dirinya, yakni Pangeran Carlos (putra dan ahli waris Raja Felipe II) dan Alessandro Farnese, Pangeran Parma (putra dari salah satu anak luar nikah yang diakui oleh Kaisar Karl V, yakni Margarita de Austria, Permaisuri Adipati Parma). Ketiga pemuda ini berguru pada Honorato Hugo (murid dari Juan Luis Vives). Pada 1562, keperluan "Rumah Tangga Don Juan de Austria" dicantumkan dalam anggaran belanja Rumah Tangga Istana, dan dianggarkan menerima 15.000 dukat, sama besarnya dengan jumlah yang diterima oleh kakak tiri Don Juan, yakni Putri Juana, janda Pangeran Portugal, yang sangat akrab dengan Don Juan.
Di universitas ini, Don Juan mulai menjalani persiapan menjadi seorang rohaniwan. Di sana pula pada 1562, Pangeran Carlos mengalami retak tengkorak yang berdampak buruk bagi kepribadiannya.
Pada 1565, Alessandro Farnese meninggalkan Alcalá de Henares untuk menetap di Brussel, kota kediaman ibunya, Margarita dari Parma, selaku Gubernur Spanyol di Belanda. Alessandro telah menikahi Maria dari Portugal selama tinggal di Brussel. Konon Alessandrolah yang mengajari Don Juan menjadi seorang perayu ulung. Kelak Don Juan mengakui dua orang anak luar nikah sebagai putri kandungnya, seorang di Spanyol, dan seorang lagi di Napoli.[2][4]
Selain itu, Don Juan juga aktif berpartisipasi dalam upacara-upacara istana. Pada upacara pembaptisan dua orang kemenakannya, putri-putri Felipe II, Isabel Clara Eugenia dan Catalina Micaela, Don Juan bertugas menggendong kedua infanta menuju bejana baptis.
Pada 1565, Imperium Osmanli menyerang Pulau Malta. Sebagai tindakan bela diri, satu armada dikumpulkan di Bandar Barcelona. Don Juan meminta izin dari Raja Felipe II untuk bergabung dengan kesatuan angkatan laut, namun tidak diperbolehkan. Sekalipun tidak diizinkan, Don Juan meninggalkan istana menuju Barcelona, tetapi armada telah bertolak meninggalkan Barcelona sesampainya di kota itu. Hanya sepucuk surat dari abangnya, Raja Felipe II, yang mampu mengendurkan usahanya untuk bergabung dengan armada pimpinan García Álvarez de Toledo y Osorio, Marqués de Villafranca del Bierzo IV, yang kala itu sedang berlabuh di Italia.
Mungkin karena jabatan pamannya dan mungkin pula karena persahabatan yang telah terjalin di antara mereka selama bertahun-tahun, Pangeran Carlos membeberkan rencananya kepada Don Juan untuk minggat dari Spanyol dan pergi ke Belanda Spanyol melalui Italia. Pangeran Carlos memerlukan bantuan Don Juan untuk mendapatkan sebuah galai yang akan ditumpanginya menuju Italia. Sebagai balas jasa, sang pangeran menjanjikan kekuasaan atas Kerajaan Napoli. Don Juan berdalih akan memberi jawaban, tetapi segera berangkat ke El Escorial untuk mengadukannya kepada raja.
Don Juan kembali ke Mediterania untuk mengambil alih kepemimpinan atas armada Spanyol. Setelah berembuk dengan para penasihatnya di Cartagena pada 2 Juni 1568, ia bertolak menuju laut lepas untuk memerangi corsario. Kegiatan ini dilakukannya selama tiga bulan sebelum kemudian memutar haluan menuju Afrika Utara, berlayar menelusuri garis pantai, dan berlabuh di Oran dan Melilla.
Pemberontakan La Alpujarra
Maklumat bertarikh 1 Januari 1567 yang dikeluarkan oleh Kerajaan Spanyol memaksa orang-orang Morisko yang berdiam di Kerajaan Granada, khususnya di daerah Alpujarras, untuk meninggalkan seluruh adat istiadat, bahasa, busana, dan tata cara peribadatan mereka. Pemberlakuan maklumat ini mendorong orang-orang Morisko mulai menyusun rencana pemberontakan secara terang-terangan semenjak bulan April 1568. Pada akhir tahun 1568, hampir dua ratus kota bangkit memberontak.
Raja Felipe memecat Iñigo López de Mendoza, Bupati Mancanegara Mondejar ke-3, dan mengangkat Don Juan menjadi Capitán General, yakni panglima tertinggi bala tentara kerajaan. Raja Felipe juga menunjuk penasihat-penasihat yang tepercaya untuk melindungi dan membimbing Don Juan, salah satunya adalah Luis de Requesens. Pada 13 April 1569, Don Juan tiba di Granada, dan dengan telaten mulai membentuk pasukan tempurnya sambil mempelajari tata kelola logistik militer dan keterampilan baris-berbaris. Luis de Requesens dan Álvaro de Bazán melakukan kawal sambang menyusuri perairan pantai dengan galai-galai mereka guna membendung masuknya pasokan dan bala bantuan dari orang Berber. Pada bulan Desember Don Juan mendadak tampil di medan tempur membawa sebala besar pasukan yang dipasok dengan baik. Setelah pertama-tama menghalau para pemberontak dari sekitar Granada, ia kemudian berbaris melintasi Guadix, tempat pasukan-pasukan veteran dari Italia ikut bergabung, sehingga jumlah mereka menggelembung menjadi 12.000 orang. Pada akhir Januari ia menggempur kubu pertahanan pemberontak di Galera. Pertempuran berlangsung alot dan sengit, dan banyak memakan korban. Tatkala Galera akhirnya jatuh ke tangannya, Don Juan memerintahkan agar tempat itu diratakan dengan tanah dan ditaburi garam. Antara 400 sampai 4500 penghuni kubu pertahanan terbunuh, dan 2000 sampai 4500 orang yang selamat dijual sebagai budak belian.[5][6]
Perang Siprus dan Pertempuran Lepanto
Perang Siprus menjadi pusat perhatian Spanyol setelah Paus Pius V mengirim utusan menghadap Felipe, memintanya bergabung dengan Sri Paus dan orang-orang Venesia dalam persekutuan Liga Suci menghadapi bangsa Turki. Felipe setuju dan negosiasi pun dibuka di Roma. Syarat-syarat Felipe antara lain adalah penunjukan Don Juan sebagai panglima tertinggi armada Liga Suci. Walaupun ia sepakat untuk membebaskan Siprus, ia juga berniat memulihkan kekuasaan Spanyol atas Tunis. Pemimpin Muslim Tunis, sekutu Felipe, telah dilengserkan oleh Turki. Tunis merupakan ancaman langsung bagi Sisilia, salah satu kerajaan Felipe. Felipe juga berniat menaklukkan Aljir, sarang para perompak yang kerap mengganggu Spanyol. Karl V pernah mencoba melakukannya melalui Eskpedisi Aljir (1541), namun tidak berhasil.
Don Juan sudah merampungkan pemulihan keamanan di Granada, tetapi negosiasi di Roma masih saja berjalan bertele-tele. Pada musim panas 1570, armada Felipe bertolak menuju Siprus di bawah pimpinan laksamana paus, Marcantonio Colonna. Panglima kekuatan tempur Felipe adalah Gian Andrea Doria, orang Genova, putra dari keponakan Andrea Doria yang termasyhur itu. Setelah mencapai pesisir Turki pada bulan September, Colonna dan orang-orang Venesia berkeinginan meneruskan pelayaran menuju Siprus sementara Doria berkilah sudah lewat musimnya. Tak lama kemudian tiba khabar bahwa Nikosia, ibu kota Siprus, telah jatuh ke tangan Turki, tinggal bandar Famagusta yang masih bertahan. Penyakit melanda armada Venesia sehingga timbul kesepahaman bahwasanya lebih baik kembali ke pelabuhan. Cuaca pun memburuk, dan meskipun armada Doria berhasil mencapai pelabuhan dalam keadaan tertib dan teratur, armada Venesia justru kacau-balau diamuk badai. Di antara persekutuan Kristen itu muncul sikap saling benci yang ditunjukkan secara terang-terangan, sementara pihak Turki justru sedang memperketat pengepungannya atas Famagusta.[7]
Orang-orang Venesia memperbaiki kapal-kapal galai mereka dan mempersiapkan enam galias yang dipersenjatai penuh. Sri Paus menyewa dua belas galai milik Adipati Agung Toscana. Adipati Savoia dan Adipati Parma juga menyiapkan kapal-kapal galai mereka, dan Aleksander Farnese menumpangi salah satunya. Ketika pembentukan Liga Suci secara resmi ditandatangani pada pada bulan Mei, Don Juan ditetapkan sebagai panglima tertinggi dan diberi berbagai instruksi oleh Felipe. Dalam instruksi-instruksi itu terdapat pula peringatan untuk tidak main-main dengan perempuan. Peringatan ini, dan juga beberapa instruksi lain dari Felipe, diabaikan begitu saja oleh Don Juan. Don Juan baru bertolak bersama kekuatan tempur Spanyol dari Barcelona sesudah akhir Juli, dan keseluruhan armada Liga Suci baru bertolak dari Messina sesudah pertengahan September. Don Juan telah bertekad untuk bertempur, mempersatukan negara-negara sekutu, dan mengakhiri rasa saling curiga di antara mereka.[7]
Don Juan berhadap-hadapan dengan armada Turki di Lepanto, Teluk Korintus. Setelah sedikit-banyak berdebat, pihak Turki pun memutuskan untuk bertempur, sekalipun telah berlayar sepanjang musim panas dan telah memulangkan sebagian pasukannya. Armada mereka lebih besar, terdiri atas hampir 300 galai jika dibandingkan dengan 207 galai dan enam galias yang dipimpin Don Juan. Pada 7 Oktober 1571, armada Turki tampil di Teluk Patras dalam formasi tempur. Don Juan menuntun armada Liga Suci melewati gugusan pulau-pulau kecil yang dikenal dengan nama Curzolaris (sebagian besar kini hilang akibat tergerusnya garis pantai), dan membaginya menjadi satuan tempur sayap kiri di bawah pimpinan panglima Venesia, satuan tempur sayap kanan yang di bawah pimpinan Doria, satuan tempur utama yang terkuat di bagian tengah di bawah pimpinannya sendiri, dan satuan tempur pertahanan belakang yang kuat di bawah pimpinan Markis Santa Cruz. Masing-masing satuan tempur terdiri atas kapal-kapal galai dari masing-masing negara anggota Liga Suci, dan pada kedua sayap dan bagian tengah ditempatkan masing-masing dua galias. Pertempuran pecah sekitar tengah hari. Tembakan beruntun peluru meriam dari kapal-kapal galias mengacaukan formasi tempur Turki yang maju menyerang, dan senjata-senjata persekutuan Kristen yang jauh lebih besar dan banyak itu menimbulkan kerusakan parah tatkala sayap kanan dan bagian tengah armada Turki datang merapat. Pada pertarungan berjungkat-jungkit di atas geladak, pihak sekutu keluar sebagai pemenang. Di antara prajurit-prajurit Liga Suci yang terluka terdapat pula Miguel de Cervantes, pemuda 24 tahun yang di kemudian hari dikenal sebagai penulis kisah Don Quixote. Cervantes kelak menghasilkan pula sebuah tulisan yang membabarkan keberanian para petarung Kristen.[7]
Orang-orang Turki tetap bersatu di bawah pimpinan Uluj Ali, Gubernur Jenderal Aljir sekaligus laksamana terbaik Turki, dan mencoba melawan manuver satuan tempur sayap kanan Doria, memancingnya agar menjauh dari satuan tempur bagian tengah armada Liga Suci. Begitu ada celah antara satuan tempur Doria dan satuan tempur bagian tengah, Uluj Ali dengan cepat berbalik haluan dan menyerang celah itu, menghancurkan tiga galai milik Ksatria Malta yang berlayar di sisi kiri satuan tempur Don Juan. Don Juan dengan cerdik bergerak memutar sementara Markis Santa Cruz maju menggempur Uluj Ali dengan satuan tempur pertahanan belakang yang dipimpinnya. Uluj Ali sendiri dan mungkin setengah dari satuan tempurnya berhasil lolos. Kemenangan sudah di depan mata, dengan hancurnya armada Turki dan hilangnya ribuan pasukan veteran. Korban jiwa lebih dari 13.000 prajurit di pihak Liga Suci sendiri tak dapat disepelekan begitu saja. Meskipun demikian, seusai pertempuran, Liga Suci berhasil membebaskan lebih dari sepuluh ribu budak Kristen, sehingga sedikitnya dapat menutupi kerugian yang mereka derita.[8] Pada malam hari turun badai sehingga pihak pemenang harus berlayar menuju pelabuhan, sementara pemberontakan-pemberontakan sporadis orang-orang Yunani dilindas dengan kejam oleh Turki. Selama dan sesudah Pertempuran Lepanto, Don Juan disapa "Su Alteza" juga "Pangeran", baik dalam surat-menyurat maupun secara langsung. Hal ini bertentangan dengan protokol dan tata-tertib sapaan yang ditetapkan Felipe. Tidak ada keterangan tertulis yang menyiratkan bahwa Felipe pernah menganugerahkan gelar dan sapaan kehormatan itu kepada Don Juan.[2][4]
Mediterania seusai Lepanto
Semua orang bersiap-siap menghadapi perang yang akan berlangsung pada 1572, tetapi peristiwa-peristiwa yang terjadi di Perancis, dengan peningkatan kekuatan kaum Protestan Huguenot, tampak sebagai ancaman terhadap Negara-Negara Dataran Rendah jajahan Felipe, yang kedamaian dan ketertibannya masih rapuh setelah dipulihkan oleh Adipati Alba. Felipe menitahkan Don Juan untuk menahan armada Liga Suci yang berada di bawah pimpinannya di Palermo, sebagai persiapan menghadapi peristiwa-peristiwa di Perancis. Colonna memimpin armada selebihnya ke perairan yunani, namun tidak mencapai hasil apa pun. Tak lama sebelum Don Juan bergabung dengan para sekutunya pada penghujung musim panas, dan berusaha merebut kota berkubu Turki Modon di Peloponnesos (kala itu dikenal dengan nama Morea), orang-orang Turki sudah menempatkan terlalu banyak bala bantuan.
Don Juan melewatkan musim dingin di Napoli, tempat ia bertolak untuk mengunjungi saudari tirinya Margaret, Adipatni Parma, di l'Aquila. Mereka sudah sering saling berkirim surat dan kelak meneruskan kebiasaan itu. Don Juan menceritakan hubungan-hubungan asmaranya kepada Margaret, dan mempercayakan seorang putri hasil hubungannya di luar nikah untuk diasuh oleh Margaret begitu anak itu lahir. Hubungannya dengan Raja Muda Napoli yang baru, Kardinal Granvelle, seorang diplomat tua yang berpengalaman, tidak begitu baik, tetapi ia belajar lebih banyak mengenai ketatanegaraan dan permasalahan-permasalahan di kawasan utara Eropa. Sampai pada suatu ketika ia mulai berangan-angan membebaskan Maria, Ratu Skotlandia penganut agama Katolik, yang sedang dipenjarakan di Inggris atas tuduhan makar, mungkin pula selanjutnya menikahinya dan menguasai takhta Inggris. Angan-angannya justru mendapat dorongan semangat di Roma. Pada Mei 1572 Paus Pius V wafat; jelang permulaan 1573, orang-orang Venesia, yang tidak percaya pada Felipe II, mengadakan perjanjian damai dengan orang-orang Turki. Don Juan mengerahkan seluruh tenaganya untuk merebut kembali Tunis, yang berhasil dilakukannya pada musim gugur tahun itu, dan memulihkan kembali kedudukan seorang penguasa Muslim sekutu Spanyol di tempat itu. Bertentangan dengan saran dari Madrid untuk memporakporandakan Tunis dan menghancurkan pelabuhan dan bentengnya yang besar, La Goletta, yang didirikan oleh Karl V seusai menaklukkan Tunis pada 1535, Don Juan justru memutuskan untuk membiarkan La Goletta yang dipertahankan pada 1570 tetap berdiri, dan membangun sebuah benteng baru di dalam Tunis untuk menguasai kota itu. Ia dan Markis Santa Cruz selanjutnya menyusun rencana untuk merebut Aljir, sementara itu para penentangnya, termasuk pula Granvelle, menuduh Don Juan bermimpi menjadi Raja Tunis.
Gubernur Jenderal atas Negara-Negara Dataran Rendah
Don Juan dan Santa Cruz telah menyusun rencana peperangan yang lebih besar untuk tahun 1576, ketika pada bulan Mei ia menerima perintah yang sudah lama dikhawatirkannya untuk bergegas menuju Negara-Negara Dataran Rendah sebagai Gubernur Jenderal, menyusul kematian Requeséns. Di Roma sekali lagi ia mendapat dorongan semangat untuk menjalankan rencana-rencananya untuk membebaskan Sri Ratu Skotlandia, yang menjadikan jabatan gubernur jenderal tampak semakin menarik baginya. Ia menetap untuk sementara waktu di Italia utara, dan mengutus sekretarisnya Juan de Escobedo ke Spanyol, untuk menghimpun lebih banyak lagi dana dan meminta persetujuan Raja Felipe atas rencana-rencana pembebasan Ratu Skotlandia. Tatkala menjelang musim panas Escobedo tak kunjung kembali, Don Juan pun berlayar menuju Spanyol. Saudaranya yang tercengang oleh kedatangannya segera melakukan pertemuan empat mata dengannya di El Escorial. Raja Felipe tampaknya menyetujui rancangan Don Juan terkait pembebasan Ratu Skotlandia, namun hanya boleh dilaksanakan setelah ia memulihkan kedamaian di Negara-Negara Dataran Rendah. Karena kondisi keuangan yang sedang menipis, Felipe berharap Don Juan dapat memulihkan perdamaian melalui jalan diplomasi dan negosiasi. Setelah menerima titah Raja, Don Juan dan segelintir pengikutnya bergegas menuju Negara-Negara Dataran Rendah dengan melintasi Perancis yang tengah dilanda perang saudara akibat pertikaian antara umat Katolik dan umat Protestan. Karena takut dibunuh kaum Protestan, konon khabarnya Don Juan menyamar sebagai seorang budak belian Moor.
Meskipun ada banyak permasalahan di Negara-Negara Dataran Rendah, permasalahan utama yang mendasari pemberontakan adalah agama, yakni pertentangan antara ajaran Kalvinisme yang dianut pihak pemberontak dan ajaran Katolik Roma yang dianut Felipe. Don Juan adalah seorang penganut Katolik, pernah berperang membela agamanya melawan kaum Muslim Turki, dan oleh kaum Protestan dipandang sebagai ahli bidah. Namun beberapa orang, khususnya di Negara-Negara Dataran Rendah, berpendapat bahwa berpendapat bahwa toleransi terbatas dan penghentian Inkuisisi mungkin merupakan satu-satunya solusi untuk memadamkan pemberontakan. Dari tujuh belas provinsi historis, Holandia dan Selandia nyaris sepenuhnya dikuasai pemberontak. Pihak pemberontak mengangkat Willem, Pangeran Oranye menjadi pemimpin mereka. Sesudah kematian Requeséns, prajurit-prajurit Felipe asal Flandria, yang tertunda-tunda pembayaran upahnya, membangkang dan berkeliaran merampas harta-benda orang serta menjarah toko-toko di provinsi-provinsi yang tidak dikuasai pemberontak. Dewan Negara dari Negara-Negara Dataran Rendah berhimpun di Gent sementara pemerintah setempat menghimpun pasukan untuk mempertahankan diri. anggota-anggota dewan dari provinsi-provinsi pemberontak bertemu dengan rekan-rekan mereka untuk ws to find grounds for a common cause. Pada awal November, para prajurit pembangkang menjarah-rayah kota Antwerpen dalam peristiwa yang kelak disebut "Murka Spanyol". Di Gent para anggota dewan menandatangani sebuah pasifikasi yang menjamin adanya toleransi terbatas dan mengotorisasi pembentukan bala tentara untuk menangani pasukan-pasukan prajurit Felipe yang membangkang, yang mereka tuntut untuk disingkirkan.
Don Juan menerima khabar mengenai penjarahan itu di Luksemburg sesampainya di kota itu, dan paham bahwa penerimaan rakyat terhadap dirinya sebagai Gubernur Jenderal bergantung pada persetujuannya atas Pasifikasi Gent. Don Juan melakukan negosiasi dari Luksemburg, separate dan setia. Ia tahu bahwa menyingkirkan bala tentara sama saja artinya menyingkirkan sarana yang diperlukannya untuk menginvasi Inggris, oleh karena itu ia mengusulkan pemberangkatan melalui laut jika pasukan-pasukan itu tetap harus disingkirkan, dan meminta Dewan Negara untuk menyediakan sarana pengangkutannya.
Tunisia dan Italia
Kemenangan di Lepanto membuat Don Juan tersohor sebagai seorang pahlawan di Eropa, namun juga memperbesar ambisinya. Ia ingin memiliki kerajaan sendiri, dan juga ingin menerima perlakuan selayaknya seorang anggota keluarga kerajaan, yang secara sengaja tidak diberikan baginya.
Pada 1572, serombongan utusan rakyat Albania meminta Don Juan menjadi penguasa mereka. Ia meminta pertimbangan abangnya yang menasihatinya untuk menolak permintaan itu tetapi tetap berhubungan baik dengan rakyat Albania. Atas izin Sang Raja, selama bulan-bulan berikutnya (Juli sampai Oktober) Don Juan melakukan upaya pencarian terhadap Uluj Ali yang berhasil lolos dari pertempuran Lepanto. Uluj Ali, yang sadar betul akan keunggulan angkatan laut Spanyol, tahu caranya untuk menghindar sehingga gagal ditemukan.
Pada tahun berikutnya, Republik Venesia menandatangani perjanjian damai sendiri dengan Kekaisaran Osmanli. Liga Suci secara resmi dibubarkan, dan Don Juan mengganti bendera Liga Suci di kapal-kapalnya dengan bendera Kerajaan Kastila. Dengan demikian, angkatan laut Spanyol kini bebas dikerahkan demi kepentingan negeri sendiri, dan Don Juan pun tidak menyia-nyiakan peluang ini. Ia meminta diberi kuasa untuk memimpin usaha penaklukan atas Tunisia. Dari La Goulette, benteng yang dikuasai oleh sekutu Spanyol, Don Juan maju memerangi Tunisia, dan dalam waktu singkat berhasil menguasai negeri itu pada bulan Oktober 1573.
Akhir hayat
Kondisi kesehatannya semakin memburuk, dan ia terserang demam. Don Juan de Austria wafat pada hari minggu, tanggal 1 Oktober 1578, pada usia 31 tahun. Jenazahnya kemudian dibedah.
Hubungan dan keturunan
Wanita-wanita berikut ini dipastikan pernah menjalin hubungan asmara dengan Don Juan de Austria:[4]
- María Ana de Mendoza (1545 – 22 April 1570), perwara Juana de Austria, Istri Pangeran Portugal dan putri dari Diego Hurtado de Mendoza, Pangeran-Penguasa Melito dan Adipati Francavilla yang pertama.[9] Hubungan ini menghasilkan seorang anak perempuan:[2][4]
- Maria Ana de Austria (November 1569, Villagarcía de Campos, Madrid – 27 November 1629, Las Huelgas, Burgos), yang kelak menjadi Abdis Biara Santa María la Real de Las Huelgas sejak 1611.
- Ana de Toledo. Tidak ada keturunan yang diketahui dari hasil hubungan mereka.[2][4]
- Zenobia Sarotosia (lahir ca. 1540), putri dari Vincenzo Sarastrosio dan Violante Garofano.[10] Hubungan ini menghasilkan seorang anak laki-laki:
- Diana Falangola (lahir 1556), putri dari Scipione Falagona, Penguasa Fagnano.[11] Hubungan ini menghasilkan seorang anak perempuan:
- Juana de Austria (11 September 1573, Napoli – 7 Februari 1630, Militello),[2][4] yang menikah di Palermo pada 20 April 1603 dengan Francesco Branciforte, Pangeran-Penguasa Pietrapersia ke-2. Pernikahan ini dianugerahi lima orang anak perempuan:[12]
- Margherita Branciforte d'Austria (11 Januari 1605, Napoli – 24 Januari 1659, Roma), Putri-Penguasa Butera; menikah dengan Federico Colonna, Adipati Tagliacozzo ke-5. Pernikahan ini dianugerahi seorang anak laki-laki:
- Antonio Colonna, Pangeran-Penguasa Pietrapersia (1619 – 1623).[13]
- Flavia Branciforte d'Austria (3 Juni 1606, Napoli – 24 Mei 1608, Napoli).
- Caterina Branciforte d'Austria (4 Mei 1609, Napoli – 6 Juni 1613, Napoli).
- Elisabetta Branciforte d'Austria (9 Desember 1611, Napoli – 7 Agustus 1615, Napoli).
- Anna Branciforte d'Austria (6 Juli 1615, Napoli – 1 September 1615, Napoli).
- Margherita Branciforte d'Austria (11 Januari 1605, Napoli – 24 Januari 1659, Roma), Putri-Penguasa Butera; menikah dengan Federico Colonna, Adipati Tagliacozzo ke-5. Pernikahan ini dianugerahi seorang anak laki-laki:
- Juana de Austria (11 September 1573, Napoli – 7 Februari 1630, Militello),[2][4] yang menikah di Palermo pada 20 April 1603 dengan Francesco Branciforte, Pangeran-Penguasa Pietrapersia ke-2. Pernikahan ini dianugerahi lima orang anak perempuan:[12]
Dalam karya sastra
Don Juan adalah tokoh jahat dalam drama tahun 1599 karya William Shakespeare, Much Ado About Nothing. Ia masuk dalam daftar peranan sebagai "saudara tiri dari Don Pedro", Penguasa Aragon. [14]
- Riwayat hidup Don Juan de Austria mengilhami drama tahun 1835 Don Juan d'Autriche karya Casimir Delavigne, yang kelak menjadi sumber dari dua opera, Don John of Austria karya Isaac Nathan pada 1847 dan Don Giovanni d'Austria karya Filippo Marchetti pada 1879. Lepanto tetap merupakan prestasi terbesarnya.
- G. K. Chesterton dalam puisinya yang diterbitkan pada 1911, Lepanto, menjuluki Don Juan sebagai "Ksatria Eropa terakhir".[15]
- Roman sejarah, Spanish Lover, karya Frank H. Spearman (Charles Scribner's Sons, 1930), menjadikan Don Juan sebagai tokoh utama.
- Pada 1956, Louis de Wohl menerbitkan The Last Crusader: A Novel about Don Juan of Austria, mengedepankan Don Juan de Austria sebagai salah satu pahlawan paling berjaya dan paling menginspirasi dalam sejarah.[16]
Catatan
- ^ "Don" bukanlah nama diri melainkan sebuah gelar Spanyol, setara dengan gelar Sir di Inggris atau Raden di Jawa. Frasa "de Austria" bukan berarti "dari negara Austria" melainkan "dari wangsa Habsburg" yang kala itu lazim disebut "Casa de Austria" (wangsa Austria).
- ^ Ketika Karl V lahir pada 1500, Ratu Juana ingin menamainya Juan, untuk mengenang mendiang abangnya, Juan, Pangeran Asturias, akan tetapi suami Ratu Juana yang terkenal dengan julukan Felipe Si Rupawan, menamainya Carlos (bahasa Prancis: Charles, bahasa Jerman: Karl) untuk mengenang ayah dari ibu Felipe, yakni Adipati Burgundia yang terkenal dengan julukan Charles Si Gegabah.
- ^ Secara harfiah "Su Alteza" berarti "Yang Luhur", diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi "Yang Mulia".
- ^ Secara harfiah "Su Excelencia" berarti "Yang Utama"; diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi "Yang Mulia".
Rujukan
- ^ Juan Antonio Vilar Sánchez: Carlos V: Emperador y hombre (dalam bahasa Spanyol), EDAF (penyunting), Madrid, 2015, ISBN 978-84-414-3586-5
- ^ a b c d e f g h Stirling-Maxwell, William (1883). Don John of Austria, or Passages from the history of the sixteenth century, 1547-1578 (PDF). London: Longmans, Green, and Co.
- ^ La Santa Espina, un oasis en los Torozos. Nuestra Historia: El Pueblo (dalam bahasa Spanyol) [retrieved 26 December 2016].
- ^ a b c d e f g h Petrie, Charles (1967). Don John of Austria. New York: Norton.
- ^ Pendrill, Collin (2002). Spain 1474-1700: The Triumphs and Tribulations of Empire. 9780435327330: Heinemann. hlm. 77.
- ^ Carr, Matthew (2013). Blood and Faith: The Purging of Muslim Spain. The New Press. ISBN 9781595585240.
- ^ a b c Thubron, Collin (1981). The Venetians. Time-Life UK. ISBN 9780705406338.
- ^ Meyer, G.J. (2010). The Tudors. Random House Publishing Group. hlm. 489. ISBN 9780440339144.
- ^ María Ana de Mendoza in: geneall.net [diakses 8 Juni 2016].
- ^ Zenobia Sarotosia in: geneall.net [diakses 8 Juni 2016].
- ^ Diana Falangola in: geneall.net [diakses 8 Juni 2016].
- ^ Branciforte in: tribalpages.com [diakses 8 Juni 2016].
- ^ Antonio Colonna, prince of Pietrapersia in: geneall.net [diakses 8 Juni 2016].
- ^ Shakespeare, William. Much Ado About Nothing. Ed. Claire McEachern. London: Arden. 2006.
- ^ Goddard, Gloria (2006-07-25). The Last Knight Of Europe: The Life Of Don John Of Austria. Kessinger Publishing, LLC. ISBN 1-4286-6206-5.
- ^ de Wohl, Louis (1956). The Last Crusader: A Novel about Don Juan of Austria. ISBN 978-1586174149.
Sumber
- Fernand Braudel, The Mediterranean and the Mediterranean World in the Age of Philip II. 2 Jilid. New York, Harper, 1972, terjemahan dari La Méditerranée et le monde méditerranéan à l'époque de Philippe II, Edisi ke-2., Paris: 1966
- Capponi, Niccolò, Victory of the West: The Great Christian-Muslim Clash at the Battle of Lepanto (2006)
- Coloma, Luis, The Story of Don John of Austria, terj. Lady Moreton, New York: 1912. John Lane Company.
- Dennis, Amarie. Don Juan of Austria. Madrid, diterbitkan sendiri, 1966. Sebuah studi mendalam mengenai Don Juan, oleh seorang Amerika yang tinggal lama di Spanyol, banyak didasarkan pada sumber-sumber kontemporer dan menggambarkan pertempuran Lepanto dengan sangat nyata.
- Essen, Léon van der. Alexandre Farnèse, Prince du Parme, Gouverneur Général des Pays-Bas (1578–92), 5 Jilid., Brussels, 1933–35
- Guilmartin, J.F. Gunpowder and Galleys (edisi revisi, 2003)
- Petrie, Sir Charles. Don John of Austria. New York: 1967.
- Stirling-Maxwell, William. Don John of Austria. 2 Jilid. London: 1883.
- Törne, P. O. de, Don Juan d'Autriche et les projets de conquête de l'Angleterre (1928)
Pranala luar
- Media tentang Don Juan de Austria di Wikimedia Commons
- Kronologis pertempuran Lepanto oleh Padri Luis Coloma, SJ
- Ward, A. W. (1881). "John, Don". Encyclopaedia Britannica. 13 (edisi ke-9th).
Jabatan politik | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Luis de Requesens y Zúñiga |
Daftar Gubernur Belanda Habsburg 1576–1578 |
Diteruskan oleh: Aleksander Farnese dan Margaret dari Parma |