Lompat ke isi

Muhammad Mukhtar bin Atharid al-Bughuri

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 18 April 2018 10.58 oleh Palladin911 (bicara | kontrib) (Murid-muridnya: wikifikasi + cleanup)
Muhammad Mukhtar bin Atharid
Syeikh Muhammad Mukhtar bin Atharid al-Bughri al-Batawi al-Jawi
GelarSyeikh, Raden, Haji
NamaMuhammad Mukhtar bin Atharid
Nisbahal-Bughuri, al-Batawi, al-Jawi, al-Makki
LahirRaden Muhammad Mukhtar

14 Februari 1862; 162 tahun lalu (1862-February-14)[1] atau dalam [Kalender Hijriyah: 14 Sya'ban 1278]
Lahir di - Buitenzorg (sekarang Bogor) , Hindia Belanda Hindia Belanda
Meninggal13 Juli 1930(1930-07-13) (umur 68) atau dalam [Kalender Hijriyah: 17 Safar 1349] [1]
di - Makkah Arab Saudi [1]
Nama lainTuan Mukhtar Bogor
KebangsaanIndonesia
EtnisSunda
ZamanAbad ke-19 & Abad ke-20
Wilayah aktifNusantara, Haramain
JabatanUlama
Da'i
Pengajar
Guru
Ahli Falak atau Astronom
Dipengaruhi  oleh
  • Lihat daftar Guru-gurunya
Mempengaruhi
  • Lihat daftar Murid-muridnya

Syaikh Raden Haji Muhammad Mukhtar bin ‘Athârid al-Bûghûrî al-Makki atau Tuan Mukhtar Bogor atau Syekh Atharid, nama Sunda beliau adalah Raden Muhammad Mukhtar bin Raden Natanagara [2], adalah satu dari Ulama Nusantara, sekaligus seorang Bangsawan dan juga seorang Umara’ [3], yang terkenal dan berpengaruh di Makkah pada zamannya. Dalam literatur Indonesia tidak tercatat biografi beliau, yang ada adalah dalam literatur Arab [3]. Di Makkah beliau dikenal dengan Syekh Atharid [3]. Dalam catatan sejarah Tuan Mukhtar Bogor adalah seorang yang sangat giat belajar, mengajar, membaca dan sangat kuat beramal. Syekh Atharid termasuk Ulama Nusantara yang mempunyai banyak guru, setidaknya, jumlah gurunya mencapai 35 ulama [4].

Tuan Mukhtar Bogor adalah seorang Syaikh, Mudarris atau guru besar di Masjidil Haram Makkah, juga seorang Musnid dan Muhaddits [3]. Syaikh Abul Faidh Muhammad Yasin bin Muhammad ‘Isa Al-Fadani Al-Makki menyebutkan di dalam catatan kakinya untuk kitab Kifayah Al-Mustafid Lima ‘Ala Lada At-Tarmasi min Al-Asanid, mengatakan bahwa ada sekitar 130 ulama pakar hadits riwayah yang berasal dari Nusantara dan dari mereka, ada 7 ulama yang memiliki periwayatan paling banyak dan semua berasal dari Indonesia dan Tuan Mukhtar Bogor adalah termasuk dari ke-7 ulama itu.[5].

Tuan Mukhtar Bogor menjadi salah satu konsultan dan poros utama jaringan intelektual Ulama Nusantara - Haramain pada awal abad ke-20, meneruskan jejak gurunya yang bernama Syekh Nawawi Banten (akhir abad ke 19)[3]. Di Makkah, Syaikh Mukhtar Atharid Bogor segenerasi dengan beberapa ulama besar Nusantara lainnya yang juga berkiprah dan berkarir di sana, seperti Syaikh Mahfuzh ibn Abdullah al-Tarmasi (Tremas), Syaikh Baqir ibn Nur al-Jukjawi (Jogja), Syaikh Muhammad Shalih ibn ‘Umar al-Samarani (Soleh Darat), dan lain-lain [2]. Beberapa Cendikiawan Sunda lainnya yang sezaman dengan Mukhtar 'Atharid, yang tercatat berkiprah dan berkarya di Haramain antara lain Hasan Mustapa (Garut), Abu Bakar Djayadiningrat , Muhammad Ahyad ibn Idris (Bogor), dan Tubagus Bakri (Mama Sempur) [2].

Biografi Syaikh Mukhtâr ibn ‘Athârid al-Bûghûrî banyak dimuat dalam kitab-kitab biografi (tarâjim) Ulama besar dunia Islam yang mengajar di Masjidil Haram pada abad ke-14 H (20 M), seperti Nats al-Jawâhir wa al-Durar (karangan Yûsuf al-Mar’ashlî), Tasynîf al-Asmâ’ (karangan Mahmud Mamduh al-Syâfi’î), al-Jawâhir al-Hisân (karangan Zakariyyâ Billâ), dan lain-lain [2].

Silsilah dan kelahiran

Raden Muhammad Mukhtar lahir pada hari Kamis 14 Sya'aban 1278 H bersamaan 14 Februari 1862 M [1], di Bogor, Jawa Barat[1]. Adalah seorang putra dari Raden Aria Natanagara [6] [3] atau bernama Kiai Atharid [6]. Raden Aria Natanagara adalah putra dari Raden Wira Tanu Datar VI dan termasuk keturunan dari ulama-ulama besar yang menyambung ke Walisongo dan juga umara turunan Eyang Dalem Cikundul, Bupati pertama Cianjur[3].

Pendidikan

Pendidikan awal

Raden Muhammad Mukhtar memperoleh pendidikan awal dari orang tuanya sendiri, terutama tentang Al-Qur'an sekaligus beliau Hafiz kitab suci Islam itu [7]. Selain kepada orangtuanya, Raden Muhammad Mukhtar juga belajar kepada Ulama yang ada disekitar kediamannya. Kecerdasannya sejak kecil tercermin dengan banyaknya hafalan kitab-kitab salaf dari berbagai disiplin ilmu seperti Nadzam al—Jurumiyyah, Nadzam al-Fiyah Ibnu Malik juga beberapa kitab syarah lainnya seperti Fath al—Qarib al-Mujib dan Syarah Fath al-Muin, dengan bekal itu Raden Muhammad Mukhtar mampu menggali ilmu agama Islam dalam kitan-kitab yang lain [6].

Merantau ke Tanah Betawi

Dalam tahun 1299 H/1881 M [7] Raden Muhammad Mukhtar melanjutkan belajarnya kepada para Ulama di Tanah Betawi / (sekarang Jakarta). Di Tanah Betawi, beliau mengkhatamkan berbagai kitab dalam berbagai bidang keilmuan, selama belajar di Tanah Betawi juga, Raden Muhammad Mukhtar telah mahir dalam riwayat-riwayat ilmu Qiraat [7].

Sayyid Usman Betawi seorang Mufti di Batavia adalah guru Syekh Mukhtar, dan juga salah satu guru Habib Ali Kwitang

—  Zainul Milal Bizawie, 2005, Penulis buku Masterpiece Islam Nusantara [3]

Ketika berada di Tanah Betawi, Raden Muhammad Mukhtar pernah belajar kepada al-Allamah al-Habib Utsman bin Aqil bin Yahya , Mufti Betawi, [7] [8] [9] Beliau hafal berbagai macam matan-matan ilmu Melalui ulama Arab keturunan Rasulallah ﷺ tersebut [7]., dalam ilmu nahwu diantaranya :

  1. Matn al-Milhah;
  2. Matn al-Alfiyah; dan
  3. Matn al-Qathar

Sedangkan didalam bidang Akidah termasuk Fikih, diantaranya :

  1. Matn al- Ghayah wa at-Taqrib;
  2. Matn al-Irsyad;
  3. Matn az-Zubad.

Andai saja tidak ada ilmu thabaqat, tidak ada ilmu sanad, kita tidak akan pernah kenal siapa Syekh Mukhtar. Di Indonesia yang mempunyai tradisi ini ya Santri NU.

—  Ginanjar Sya'ban, 2005 [3]

Merantau ke Haramain

Tuan Mukhtar Bogor selanjutnya berangkat menunakan ibadah haji dan selanjutnya belajar di Hijaz. Di Haramain Tuan Mukhtar Bogor menimba ilmu pada banyak Ulama. Tabiat Tuan Mukhtar Bogor adalah cerdas, tekun, rajin, sopan dan menghormati para gurunya, yang dengan modal tersebut Tuan Mukhtar Bogor mampu menyerap ilmu yang diberikan guru-gurunya dengan mudah [6]. Dalam pandangan guru-gurunya Tuan Mukhtar Bogor lebih menojol dibandingkan dengan teman-teman seangkatannya, sehingga Tuan Mukhtar Bogor mempunyai karier dan prestasi selama belajar di Haramain [6]. Tuan Mukhtar Bogor menyebutkan daftar nama para guru beliau di dalam tsabt-nya yang berjudul Al-Manhal Al-Warid fi Asanid Ibn ‘Atharid.

Guru-gurunya

Daftar guru-guru Syaikh Mukhtar
Diantara para Ulama yang menjadi guru-guru yang mana Tuan Mukhtar Bogor memperoleh ilmu yang bersanad dari mereka [7], adalah sebagai berikut:
  1. Sayyid Muhammad Amin bin Sayyid Ahmad ar-Ridhwan al-Madani;
  2. Sayyid Abu Bakar Muhammad Syatha ad-Dimyathi; Tuan Mukhtar belajar kitab Fiqih Mazhab Syafi'i yang besar-besar Tuhfah dan Nihayah kepada Sayyid Abu Bakar asy-Syatha (Pengarang kitab I'anatuth Thalibin), selain itu Tuan Mukhtar juga belajar kita Fathul Mu'in dan syarahnya I'anatuth Thalibin, kedua kitab itu adalah mengenai fiqih.
  3. Sayyid Umar Syatha; Saudara dari Sayyid Abu Bakar Muhammad Syatha ad-Dimyathi;
  4. Sayyid Abdul Karim bin Hamzah al-Naji al-Darbandi;
  5. Syaikh Muhammad bin Sulaiman Hasbullah al-Makki; Beliau adalah juga guru kepada Syeikh Ahmad al-Fathani, Tuan Mukhtar Bogor juga belajar mengenai ilmu tafsir kepada Syeikh Muhammad bin Sulaiman Hasbullah al-Makki, dan juga Hadits dan Fiqih [6];
  6. Syaikh Mustafa bin Muhammad bin Sulaiman al-Afifi;
  7. Syeikh Muhammad Zainuddin bin Muhammad Badawi as-Sumbawi; Seorang Ulama yang berasal dari Tepal, Pulau Sumbawa, Indonesia, yang merupakan murid dari Syaikh Nawawi Al-Bantani. Syeikh Muhammad Zainuddin adalah penulis Siraj al-Huda Syarh Umm al-Barahin li al-Sanusi [10].
Selain daripada yang tersebutkan diatas, para Ulama yang juga merupakan guru-guru Tuan Mukhtar Bogor adalah:
  1. Sayyid Husein bin Muhammad al-Habsyi; Termasuk guru dari Syeikh Ahmad al-Fathani. Tuan Mukhtar Bogor belajar mengenai ilmu hadis dari awal hingga akhir terutama kitab Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim kepada Sayyid Husein bin Sayid Muhammad al-Habsyi.
  2. (1860 M - 1916 M) Syaikh Ahmad Khatib al-Minangkabawi; Jabatan yang pernah diembannya dan merupakan Ulama Nusantara pertama yang pernah memegangnya adalah imam dan khatib mazhab Syâfi‘i, selain sebagai guru besar, Ia mempunyai banyak murid asal Nusantara yang kemudian menjadi Ulama besar [4].
  3. (1860 M - 1915 M [11]) Syaikh Abdul Hamid bin Muhammad Ali Kudus; Nama lengkapnya adalah Syeikh Abdul Hamid bin Muhammad Ali Qudus / Kudus bin Abdul Qadir al-Khathib bin Abdullah bin Mujir Qudus / Kudus [12] . Syeikh Abdul Hamid Kudus merupakan generasi kedua mahasiswa dunia Melayu yang belajar di al-Azhar sesudah Syeikh Ahmad al-Fathani, sejak itu beliau sentiasa pulang pergi antara Mekah dan Mesir dalam urusan tertentu yang ada kaitannya dengan kerja-kerja Syeikh Ahmad al-Fathani [12].
  4. Syaikh Ahmad Zain al-Fathani; Di bawah bimbingan Syeikh Ahmad al-Fathani, Tuan Mukhtar mengkhatamkan beberapa kitab, diantaranya adalah Fathul Mu'in dan syarahnya I'anatuth Thalibin. Tuan Mukhtar Bogor juga secara langsung khatam dua buah kitab karya Syeikh Ahmad al-Fathani. Yang satu dalam bahasa Arab, yaitu Tashil Nail al-Amani sebuah kitab tentang ilmu nahwu, sedangkan yang lain adalah kitab Faridatul Faraid dalam bahasa Melayu tentang akidah Ahlussunnahwal jama'ah;
  5. Syaikh Muhammad Sa’id Bafashil; Tuan Mukhtar Bogor belajar Hadist kepada Syaikh Sa’id Babashil yang dikenal sebagai ahli hadist [6].
  6. Syaikh Muhammad bin Ahmad al-Minsyawi;
  7. Syaikh Abdullah bin Muhammad Saleh al-Zawawi;
  8. Sayyid Umar bin Muhammad bin Barakat as-Syami;
  9. Syaikh Abdullah Shufan bin Audah al-Nabulsi al-Madani al-Hambali;
  10. Sayyid Muhammad bin Ja'far al-Kattani;
  11. Syaikh Abdul Jalil bin Abdussalam Buradah al-Madani;
  12. Syaikh Falih bin Muhammad al-Zhahiri;
  13. Sayyid Alawi bin Muhammad al-Saqqaf;
  14. Syaikh Muhammad Sirrul Khatam bin Usman al-Margani;
  15. Sayyid Ahmad al-Jazairi al-Madani;
  16. Syaikh Ahmad bin Ahmad al-Khadrawi;
  17. Syaikh Abdul Karim Sambas;
  18. Syaikh Umar bin Saleh Semarang;
  19. Syaikh Sulaiman Zuhdi;
  20. Syaikh Abdurrahman as-Syarbaini;
  21. Syaikh Muhammad al-Asymuni;
  22. Syaikh Ibrahim Saqa;
  23. Syaikh Muhammad al-Imbabi;
  24. Syaikh Ahmad bin Muhammad alMu’afa;
  25. Syarif Muhammad bin Nashir al-Hazimi;
  26. Sayyid Yusuf an-Nabhani [13] [14];
  27. Syaikh Abdul Qadir al-Halabi [14];
  28. Syaikh Mahfuzh ibn Abdullah al-Tarmasi (Tremas) [15];
  29. Syaikh Syaikh Jum’an bin Ma’mun al-Tengarangi [15];
Umar Abdul Jabbar dan Zakariya Bilah menambahkah 2 nama ke dalam daftar nama guru Syaikh Atharid [4], sebagai berikut:
  1. Syaikh Ahmad Nahrawi Banyumas; dan
  2. Syaikh Muhammad bin Abdul Kabir al-Kattani.

Kiprah & Dakwah

Mengajar di Masjidil Haram

Di Makkah, Syaikh Atharid mengajar di Masjidil Haram selama 28 tahun, mulai dari tahun 1903 M hingga tahun 1930 M, sehingga beliau mempunyai murid-murid yang banyak. Selain di Masjidil Haram, Syaikh Atharid juga melaksanakan aktifitas mengajar di rumah beliau sendiri. Pengajaran di Masjidil Haram dilaksanakan pada waktu antara Maghrib dan Isya', dan kemudian disambung lagi ba'da isya. Ketika beliau mengajar di dalam Masjidil Haram, dikabarkan selalu dihadiri oleh sekitar 400 orang, terdiri dari para masyayikh atau santri senior.

Beberapa bidang ilmu yang diajarkan Syaikh Atharid setiap hari setiap selesai shalat shubuh adalah seperti ilmu nahwu, ilmu sharaf dan balaghah. Adapun apabila setelah selesai shalat ashr, beliau mengajar kitab Ihya Ulumuddin karangan Imam al-Ghazali. Sedangkan pelajaran yang singkat tentang ilmu falak atau astronomi dan juga metrologi dilaksanakan pada hari selasa, yaitu mengajar kitab susunan beliau sendiri. Setiap malam jum’at membuka majelis dzikir dan setiap selesai majelis selalu membagikan makanan.

Murid-muridnya

Syaikh Muhammad Mukhtar ibn 'Atharid adalah sosok seorang guru yang memiliki murid-murid yang tersebar di berbagai wilayah, khususnya di Nusantara. Jika diperhatikan daripada daftar nama-nama yang menjadi murid-muridnya, Tuan Mukhtar adalah termasuk seorang Maha Guru yang begitu berpengaruh kepada para Ulama generasi selanjutnya, khususnya di Nusantara.

Di antara murid-murid Tuan Mukhtar Bogor yang menjadi ulama besar yang mendapat tempat dalam masyarakat adalah sebagaimana disebutkan dibawah ini secara berurutan sesuai dengan tahun wafatnya, yaitu :

Daftar murid-murid Syaikh Mukhtar
No Lahir(M) Wafat(M) Umur(±/M) Nama Keterangan Rujukan
!a !a !a -9e99
~z ~z ~z 9e99
1 1868 M 1923 M 55 Kyai Haji Ahmad Dahlan Pendiri Muhammadiyah [2]
2 1876 M 1934 M 58 Guru Marzuqi Cipinang Muara Pelopor Pesantren di Batavia, dengan nama lengkap As-syekh Ahmad Marzuqi bin Ahmad Mirshod bin Hasnum bin Ahmad Mirshod bin Hasnum bin Khotib Sa’ad bin Abdurrohman bin Sulthon yang diberikan gelar dengan “Laksmana Malayang” dari salah seorang sultan tanah melayu yang berasal dari negeri Pattani, Thailand Selatan [16]
3 1879 M 1934 M [17] 55 Kiyai Ahmad Dimyathi bin Abdullah at-Tarmasi Adik dari Syeikh Muhammad Mahfuz at-Tarmasi yang sangat terkenal). Kiai Dimyathi mengasuh Pesantren Tremas mulai tahun 1894 hingga 1934. Kiai Dimyathi memiliki peran yang sangat besar dalam membesarkan Pesantren Tremas hingga dapat berkembang seperti sekarang ini [17]
4 1860 M 1935 M 75 Guru Mughni Kuningan Nama Lengkapnya adalah Abdul Mughni bin Sanusi bin Ayyub bin Qais [18]
5 1905 M 1935 M 30 Sayyid Muhsin bin ‘Ali bin ‘Abdurrahman al-Musawa al-Falimbani Pendiri Madrasah al-Ulumid Diniyah, Makkah; Syaikh Musawa inilah yang merintis berdirinya Madrasah Darul Ulum Ad-Diniyah bersama dengan Syaikh Muhaimin bin Abdul Aziz Lasem yang menelurkan banyak ustadz dan alumi yang di kemudian hari mengajar di madrasah-madrasah negeri dan swasta. Di antara alumni madrasah yang terkenal adalah Musnidul ‘Ashr Al ‘Allamah Abul Faidh Al Fadani, yang lebih dikenal dengan Syaikh Yasin Padang, dan juga KH.Maimun Zubair Rembang [19]
6 1840 M 1935 M 95 Syeikh Arsyad Thawil al-Bantani Nama lengkapnya adalah Syeikh Muhammad Arsyad bin As'ad bin Mustafa bin As'ad al-Bantani al-Jawi, Ulama dunia Melayu yang bersanad ilmu (musalsal) mulai daripada Syeikh Arsyad Thawil al-Bantani hingga ke atas, diantaranya adalah al-'Allamah as- Sayid Ahmad bin Husein bin Salim Ba Jindan al-'Alawi dan anaknya yang terkenal sebagai Musannid Indonesia, yaitu as-Sayid Salim bin Ahmad bin Husein Ba Jindan [20]
7 1875 M 1938 M 63 Tuan Guru Haji Abdullah bin Abdurrahman Nama lengkapnya adalah Haji Abu Bakar bin Haji Hasan al-Muari bin Haji Ahmad bin Anggak bin Datuk Sijo Bukit Moh, Muar Bandar Maharani, Johor;Pendiri Madrasah Al-Arabiyah Al-Khairiah di Muar [21]
8 1877 M 1939 M 62 Datuk Hakim Imam Abang Haji Mursyidi Nama Lengkapnya adalah Datuk Hakim Imam Abang Haji Mursyidi bin Abang Haji Nuruddin bin Datuk Bandar Bolhasan, Tokoh pentadbir Islam Sarawak [22]
9 1878 M 1941 M 63 Tuan Guru Besut Terengganu Nama lengkapnya Haji Umar bin Cik Ahmad bin Cik Wan Abdul Lathif bin Cik Wan Cik bin Cik Wan Jat bin Cik Wan Abdul Lathif bin Cik Jenal bin Cik Hamat bin Cik Wan. Pada namanya terdapat istilah `Cik Wan' atau dulunya ditulis dengan `Che' Wan' yang merupakan satu istilah keturunan bangsawan Patani yang berhak memerintah negeri [23]
10 1879 M 1943 M 64 Haji Muhammad Nur Kadi Kerajaan Langkat, Nama lengkapnya ialah Haji Muhammad Nur bin Haji Ismail. Ayah dan ibunya berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat [24]
11 1892 M 1944 M 52 Syeikh Ali bin Syeikh Abdul Hamid Kudus as-Samarani Anak dari Syeikh Abdul Hamid bin Muhammad Ali Qudus / Kudus bin Abdul Qadir al-Khathib bin Abdullah bin Mujir Qudus / Kudus (Guru Tuan Muktar) [25]
12 1874 M 1946 M 72 Guru Khalid Gondangdia Nama lengkapnya Muhammad Khalid bin Nai`di [26]
13 1871 M 1947 M 76 Hadratusy Syaikh Kyai Haji Mohammad Hasjim Asy'arie Pendiri Nahdlatul Ulama Indonesia
14 1887 M 1947 M 60 Guru Madjid Pekojan Nama lengkapnya Abdul Madjid, Ayahnya bernama KH. Abdurrahman bin Sulaiman bin Muhammad Nur bin Rahmatullah, Buyutnya yang bernama Rahmatullah ini dikabarkan masih keturunan Pangeran Diponegoro yang datang di daerah Kebayoran Lama karena mengikuti sayembara menaklukkan macan buas yang meresahkan masyarakat [27] [28] [29]
15 1900 M 1948 M 48 Syaikh Mukhtar Yakub Harahap Pendiri Pondok Pesantren al- Mukhtariyah Sungai dua, Padang Bolak, Sumatera Utara [30]
16 1880 M 1952 M 70 Syeikh Uthman Jalaluddin Penanti Nama lengkap beliau ialah Syeikh Utsman Jalaluddin Penanti bin Muhammad bin Abdus Shamad al-Kalantani [31]
17 1884 M 1952 M 68 Syaikh Muhammad Ahyad bin Muhammad Idris al-Bughuri Seorang santri kesayangan sekaligus menantu Syaikh Muktar al-Bughuri, putra dari Kiai Muhammad Idris ibn Abi Bakar bin Tubagus Mustofa al-Bakri al-Bughuri [32]
18 1886 M 1955 M 69 Syeikh Musthafa Husein Nasution al-Mandili Seorang pendiri salah satu pesantren terbesar dan tertua di Sumatera Utara, muridnya sekitar 12.000 (santri) Nasution dan al-Mandaili dibelakang namanya menunjukkan bahwa beliau adalah seorang Mandailing, saat ini berada di wilayah Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara. Syeikh Musthafa bin Husein bin Umar Nasution Al-Mandaily mendirikan Pesantren Musthafawiyah Purba Baru pada tahun 1912 M, pada tahun 2008 jumlah pelajar di Pesantren Musthafawiyah mencapai 8300 orang dengan tenaga pelajar sebanyak 187 orang [33] [34].
19 1876 M 1956 M 80 Tengku Mahmud Zuhdi (Syeikhul Islam Selangor) Nama lengkapnya adalah Tengku Mahmud Zuhdi bin Tengku Abdur Rahman bin Tuanku Nur bin Raja Belat ibnu Raja Datu al-Fathani al-Jawi. Ayahnya adalah Raja Jambu, Patani yang ditangkap oleh Siam dan ditempatkan di istana tersendiri di Ban Sim Dip, Bangkok. Ibunya bernama Kalsum binti Haji Sa'ad, berasal dari India [35]
20 1869 M 1961 M 92 Haji Abdullah Fahim Pernah menjabat sebagai Mufti Pulau Pinang, nama lengkapnya adalah Syaikh Abdullah bin Ibrahim bin Tahir dipanggil dengan nama Haji Abdullah Pak Him, Pak Him ialah singkatan nama ayahnya, Ibrahim, sedangkan nama atau gelaran yang umumnya diketahui adalah Syeikh Abdullah Fahim [36]
21 1878 M 1967 M 89 Guru Manshur Jembatan Lima Kakek dari Ustadz Yusuf Manshur, nama lengkapnya adalah Muhammad Manshur bin Abdul Hamid bin Damiri bin Abdul Muhid bin Tumenggung Tjakra Jaya (Mataram, Jawa) [37]
22 1883 M 1967 M 84 Guru Mail Dikenal juga dengan nama Guru Ismail Pedurenan, Jakarta Selatan, sosok Ulama yang dikenal akrab dengan Habib Ali Kwitang [38]
23 1884 M 1968 M 84 Syaikh Muhammad Zain Tasak Nama lengkapnya adalah Muhammad Zain Nuruddin bin Imam Abbas al-Khalidi al-Naqsyabandi bin Haji Muhammad Lashub bin haji Abdul Karim bin Tuan Fakih, seorang ulama besar alumni Makkah awal abad 20 dan berasal dari Batu Bara , Sumatera Utara, yang namanya tidak dikenal, namun mempunyai kontribusi besar dalam perkembangan dakwah Islam di daerah tersebut. [39].
24 1320 H 1970 M Syaikh 'Umar Yahya' Abdul Jabbar Pengarang Kitab Mabadi’ Al-Fiqhiyyah (Umar Abdul Jabbar) [40]
25 1888 M 1971 M 55 Kiai Haji Abdul Wahab Hasbullah Pendiri Nahdlatul Ulama Indonesia [2]
26 1901 M 1971 M 70 Kiyai Haji Muchtar Thabrani KH. Muchtar Thabrani merupakan salah satu tokoh Ulama Betawi abad 20, yang sangat terkenal dan dikagumi oleh masyarakat Bekasi dan sekitarnya [41] [42]
27 [per kapan?] 1971 M 80 Tuan Guru Haji Abdur Rahman bin Husein al-Kalantani Mufti terakhir kerajaan Mempawah [43]
28 1851 M 1975 M 124 Tubagus Bakri al-Bantani al-'Allamah Tubagus Bakri bin Tubagus Sid bin Tubagus Arsyad al-Syafi'ie al-Bantani al-Jawi, selama di Makkah beliau juga belajar kepada beberapa orang ulama yang terkenal dan ulama-ulama itu ada yang berumur lebih muda daripada beliau [44].
29 1915 M 1975 M 60 KH. Raden Ma’mun Nawawi Ajengan Raden Ma’mun Nawawi bin Anwar atau dikenal dengan Mama Cibogo atau Mama Cibarusah; murid dari KH. Tubagus Bakri di Sempur, Plered, Purwakarta, yang kelak menjadi mertuanya [45]
30 1915 M 1990 M 75 Syaikh Abul Faidh Muhammad Yasin bin Muhammad Isa Al-Fadani Al-Makki Bergelar Musnid ad-Dunya atau pakar sanad sedunia [46]
31 1908 M 1992 M 84 Tuan Guru Haji Muhammad Zain bin Tama Kajang
32 1903 M 1997 M 94 Tuan Guru Kyai Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid Pendiri Madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI), Madrasah Nahdlatul Banat Diniyah Islamiyah (NBDI), dan organisasi Nahdlatul Wathan [47].
33 1915 M 1998 M 83 Syaikh Haji Ali Hasan Ahmad Addary Pendiri Universitas Islam pertama di Tapanuli (Bagian Selatan) dan pendiri dua fakultas IAIN Sumatera Utara (Tarbiyah dan Ushuluddin tahun 1968-1972), pernah mengecap pendidikan di Darul Ulum, Mekkah, sebagai penanda almamater di belakang namanya ada tambahan Addary, oleh orang-orang di Padangsidimpuan beliau sering dipanggil Tuan Hasan [33]
34 [per kapan?] [per kapan?] Syaikh Abdussattar al-Dahlawi Beliau juga adalah murid dari Syaikh Nawawi Al-Bantani [48]
35 [per kapan?] [per kapan?] Kyai Haji Manshur bin Abdur Rahman Bogor al-Batawi [butuh klarifikasi] [48]
36 [per kapan?] [per kapan?] Syaikh Sulaiman Samdani [48]
37 [per kapan?] [per kapan?] Syaikh Abdurrohman bin Yusuf al-Madarisi (Madura) [butuh klarifikasi] [48]
38 [per kapan?] [per kapan?] Sayyid Alawi bin Abbas al-Maliki Ayah dari Prof. Dr. Sayyid Muhammad Alwi al Maliki Al Hasani, Sayyid Alawi bin Abbas al-Maliki adalah termasuk guru dari KH.Maimun Zubair [48]
39 [per kapan?] [per kapan?] Syaikh Mahmud al-Banjari cicit Syekh Arsyad al-Banjari
40 [per kapan?] [per kapan?] Syeikh Abdullah Afifuddin Langkat Lahir di Langkat sekitar 1900 sampai 1941, adalah keturunan Tuk Ungku Syeikh Yusuf Al – Khalidi Syaikh Abdullah Afifuddin Langkat, seorang ulama yang luas fahaman dan halus budi bahasanya. Meskipun pada zaman kekuasaan raja-raja Sumatera Timur beliau hanya diam tetap setelah revolusi turut aktif dalam Masyumi dan 1956 terpilih jadi anggota Konstituante dari NU [49] [50].

Pemikiran dan karya tulis

Sungguh pun Tuan Mukhtar Bogor menguasai banyak bidang disiplin ilmu termasuk ilmu-ilmu hadis, yang sering dibicarakan terutama oleh golongan tajdid, namun beliau tetap berpegang dengan Mazhab Syafie, pengikut setia Mazhab Ahlis Sunnah wal Jamaah aliran Imam Abu Hasan al-Asy'ari dan Imam Abu Manshur al-Maturidi. Dalam tasawuf tetap berpegang kukuh dengan imam-imam kaum sufi yang muktabar seperti Imam Abu Qasim Juneid al-Baghdadi, Imam al-Ghazali, dan lain-lain

—  Wan Mohd. Shaghir Abdullah, 2005 [7]

Syeikh Muhammad Mukhtar Bogor semasa hidupnya telah menulis berpuluh-puluh karya [51]. [52] [53] [54], antara lain kitab Aqaid Ahl As-Sunnah wal-Jamaah, sebuah kitab teologis yang ditulis menggunakan bahasa Sunda yang uniknya diterbitkan oleh penerbit legendaris, Mustafa Bab al-Halabi, Kairo, pada bulan Jumadil Ula tahun 1341 H yang bertepatan dengan Desember 1922 [51].

Karya Tulis

Daftar Karya Tulis Syaikh Mukhtar
No Diselesaikan(H) Diselesaikan(M) Judul Keterangan Singkat Rujukan
1 1306 H 1891 M Taqribul Maqshad fil Amali bir Rub'il Mujaiyab Diselesaikan hari Kamis, 15 Sy'aban 1308 H (26 Maret 1891). Kandungannya membahas ilmu falakiyah. Cetakan kedua Mathba'ah al-Miriyah al-Kainah, Makkah, 1331 H. Dicetak juga oleh Mathba'ah Mushthafa al-Baby al-Halaby, Jumadil Awwal 1347 H. Selain cetakan, ditemukan sebuah manuskrip salinan, pada bagian akhir salinan dinyatakan ``Saidi wa Ihsan Haji Abdur Rahman bin al-Haji Ibrahim Khathib Melabuh al-Jawi min ahali al-Juhur Baharu yang artinya Saidi dan Ihsan bin Haji Abdur Rahman bin Haji Ibrahim, Khathib Melabuh yang berasal dari kekeluargaan Johor Bahru. Disalin pada hari Rabu siang hari, 15 hari terakhir bulan Rajab 1313 H. [55] [56].
2 1323 H 1906 M Ushulud Din I'tiqad Ahlis Sunnah wal Jamaah Diselesaikan hari Kamis, 24 Dzulkaidah 1323 H (19 Januari 1906 ). Kandungannya membicarakan akidah, sifat dua puluh. Dicetak oleh Mathba'ah At-Taraqqil Majidiyah al-Utsmaniyah 1330 H. [55] [56]
3 1327 H 1909 M Ar-Risalatul Wahbatil Ilahiyah fi Bayani Itsqati ma'alal Maiyiti minal Huquqi was Shiyam was Shalati Diselesaikan pada malam Ahad, 2 Muharram 1327 H (24 Januari 1909). Kandungannya membahas fidiyah shalat, puasa dan lain-lain. Kitab ini dicetak oleh Mathba'ah At-Taraqqil Majidiyah al-Utsmaniyah 1330 H. Ditashhih oleh Syeikh Idris bin Husein al-Kalantani. [55] [56]
4 1329 H 1911 M As-Shawa'iqul Muhriqah lil Auhamil Kazibah fi Bayani Hillil Baluti war Raddu `ala man Harramahu Diselesaikan: Malam Senin, 8 Muharram 1329 H (9 Januari 1911 ). Kandungannya membahasn hukum boleh makan belut. Dicetak oleh Mathba'ah At-Taraqqil Majidiyah al-Utsmaniyah 1329 H. [55] [56]
5 1331 H 1913 M Al-Manhal al-Wârid fî Asânid Mukhtâr ibn ‘Athârid Karya khusus terkait transmisi intelektual (sanad keilmuan/ganealogi intelektual) beliau (ditulis dalam bahasa Arab) , dan juga ijazah (lisensi keilmuan) beliau, yang dikukuhkan dan diberikan kepada muridnya yang bernama Syaikh Muhammad Zain ibn Abbas Batubara, Ulama besar asal Batubara, Sumatera Utara [2] [57] [56]
6 1345 H 1926 M It-hafus Sadatil Muhadditsin bi Musalsalatil Ahaditsil Arba'in Diselesaikan: 8 Rabiulawal 1345 H (15 September 1926 ). Kandungannya membahas berbagai sanad/silsilah keilmuan dan amalan. Dicetak oleh Mathba'ah Dar Ihya' al-Kutub al-'Arabiyah, Mesir, Jumadilawal 1345 H Ditashhih oleh Syeikh Muhammad az-Zahari al-Ghamrawi. [55] [56]
7 [per kapan?] [per kapan?] Khutbah al-Jumaat Tidak ada keterangan tahun penulisan. Kandungannya, khutbah yang pertama dan khutbah yang kedua. Dicetak tanpa ada keteranganya pencetakan [56]
8 [per kapan?] [per kapan?] Kitab ad-Durril Munif fi Syarhil Wirdil Lathif (1330 H) Tidak terdapat keterangan tahun penulisan. Kandungannya membahas wirid, zikir, doa, dan lain-lain. Cetakan yang pertama Mathba'ah at-Taraqqil Majidiyah al-'Utsmaniyah, atas perbelanjaan pemiliknya Muhammad Majid al-Kurdi al-Makki, 1330 H. [56]
9 [per kapan?] [per kapan?] Risalah Hadis 'Athaqah Kubra (1912 M) Tidak ada keterangan tahun penulisan. Kandungannya, khutbah yang pertama dan khutbah yang kedua. Dicetak tanpa ada keteranganya pencetakan
10 [per kapan?] [per kapan?] Risalah Segala Jawab Mufti Makkah (1922 M)
11 [per kapan?] [per kapan?] Aqaid Ahl As-Sunnah wal-Jamaah (1922 M) Sebuah kitab teologis yang ditulis menggunakan bahasa Sunda, ditulis di Mekkah dan diterbitkan di Makkah dan Kairo, yang uniknya diterbitkan oleh penerbit legendaris, Mustafa Bab al-Halabi, Kairo, pada bulan Jumadil Ula tahun 1341 H yang bertepatan dengan Desember 1922, kitab ini khusus di tulis untuk merespon gerakan Wahabi , sebuah faham, gerakan, dan sekte baru dalam arus tradisi agama Islam yang bercorak puritan dan berpusat di Nejd (Semenanjung Arabia) [2]. Melalui karya ini, Syaikh Mukhtar 'Atharid sendiri tampaknya hendak menjelaskan duduk perkara teologi Islam tradisional yang resmi (Ahl al-Sunnah wa al-Jama'ah) kepada publik pembaca yang berbahasa Sunda [2] [7]
10 [per kapan?] [per kapan?] Mukhtashar Kitab ad-Durril Munif fi Syarhil Wirdil Lathif (1352 H) Tidak ada tahun penulisan. Kandungannya membahas wirid, zikir, doa, dan lain-lain. Dicetak oleh Mathba'ah al-'Arabiyah, Mekah, 13/2/1352 (7 Juni 1933). Pada halaman 7 pengarang mencatatkan bahwa syarah kitab ini dicetak pertama kali di Makkah tahun 1330 H dan cetakan yang kedua, tahun 1345 H di Mesir. Bahwa beliau telah mencantumkan 30 hadis berserta dengan syarahnya di dalam kitab tersebut. [55]
11 [per kapan?] [per kapan?] Ash-Shawa’iq Al-Muhriqah
12 [per kapan?] [per kapan?] Muhimmat al-Wasail fi Jam' al-Masail
13 [per kapan?] [per kapan?] Manasik al-Hajj

Kitab tentang hukum makan belut

Kitab belut karya Syaikh Mukhtar Atharid al-Bughuri ini menjadi saksi akan prestasi yang ditorehkan oleh ulama Nusantara dalam kencah keilmuannya secara global melalui media Haramain. Dari kelihaian dan kealiman al-Bughuri dalam menyanggah pendapat ulama yang mengharamankan belut, maka tidak mengherankan jika halaqahnya di Masjidil Haram terbilang paling ramai dikunjungi thalabah dibandingkan dengan ulama Nusantara lainnya yang mengajar di sana. Murid-muridnya banyak yang menjadi ulama berpengaruh di Nusantara_Melayu di antaranya adalah Tok Kemuning (Malaysia), Haji Abdullah Fahim (Mufti Pulau Pinang), Sayyid Muhsin ibn Ali al-Musawa (Mudir Dar al-Ulum Makkah asal Palembang), Syaikh Muhammad Ahyad al-Bughuri (pengajar di Masjidil Haram asal Bogor), Kiai Hasyim Asyari (pendiri Nahdlatul Ulama), Syaikh Zubair al-Filfulani (pengajar di Masjidil Haram asal Demak), Syaikh Muhaimin al-Lasemi (pengajar di Dar al-Ulum asal Lasem, Rembang), Syaikh Husein ibn Abdul Ghani al-Palimbani (penggagas Madrasah al-Fattat al-Ahliyah di Haramain asal Palembang), Syaikh Raden Muhammad Sulaiman al-Sumedangi (pengajar di Masjidil Haram asal Sumedang), dan Syaikh Yasin ibn Isa al-Fadani (Musnid Dunya asal Padang).

—  Penerbit Global Press, 2017, Sinopsis Kitab Belut Nusantara [58]

Konon pada masa Syekh Mukhtar Atharid Al-Bughuri berkiprah di Masjidil Haram, terjadi polemik tentang hukumnya belut yang sering dikonsumsi orang-orang Nusantara [59] . Pada masa tersebut, Ulama Timur Tengah ada yang mengharamkan memakan belut karena dianggap sebagai bagian dari jenis ular [59]. Sebagai orang Nusantara yang pernah memakan dan menyukai belut, Syekh Mukhtar Atharid Al-Bughuri memberikan penjelasan dalam bentuk karya As-Shawa’iqul Muhriqah lil Auhamil Kazibah fi Bayani Hillil Baluti war Raddu ‘ala man Haramah. Melalui kitab itu, ia membela kehormatan orang-orang Nusantara [59]. Kitab yang ditulis oleh Syekh Muhammad Mukhtar bin Atharid al-Bughri al-Batawi al-Jawi ini barangkali menjadi satu-satunya risalah yang secara khusus fokus membeberkan argumentasi yang menguatkan status halal memakan belut. Tidak hanya di level lokal, Indonesia, tetapi juga internasional[60] .

Wafat

Syeikh Raden Muhammad Mukhtar bin 'Atharid al- Bughuri al-Batawi al-Jawi meninggal dunia di Makkah pada 17 Safar 1349 atau 13 Juli 1930 M.

Riwayat Singkat

Riwayat singkat dalam tahun masehi:

  • 1862 M - Kelahiran;
  • 1881 M - (± umur 19 tahun, kalender masehi), menimba ilmu di Tanah Betawi;
  • 1891 M - (± umur 29 tahun, kalender masehi), menyelesaikan Taqribul Maqshad fil Amali bir Rub'il Mujaiyab;
  • 1906 M - (± umur 19 tahun, kalender masehi), menyelesaikan Ushulud Din I'tiqad Ahlis Sunnah wal Jamaah;
  • 1909 M - (± umur 48 tahun, kalender masehi), menyelesaikan Ar-Risalatul Wahbatil Ilahiyah fi Bayani Itsqati ma'alal Maiyiti minal Huquqi was Shiyam was Shalati;
  • 1911 M - (± umur 50 tahun, kalender masehi), menyelesaikan As-Shawa'iqul Muhriqah lil Auhamil Kazibah fi Bayani Hillil Baluti war Raddu `ala man Harramahu;
  • 1912 M - (± umur 51 tahun, kalender masehi), Risalah Hadis 'Athaqah Kubra;
  • 1913 M - (± umur 52 tahun, kalender masehi), transmisi sanad (ganeologi intelektual) dan ijazah (lisensi keilmuan) kepada Syaikh Muhammad Zain ibn Abbas;
  • 1922 M - (± umur 60 tahun, kalender masehi), Aqaid Ahl As-Sunnah wal-Jamaah diterbitkan oleh penerbit legendaris, Mustafa Bab al-Halabi, Kairo;
  • 1926 M - (± umur 65 tahun, kalender masehi), menyelesaikan It-hafus Sadatil Muhadditsin bi Musalsalatil Ahaditsil Arba'in;
  • 1930 M - (± umur 68 tahun, kalender masehi) Berpulang ke Rahmatullah;
  • 1933 M - Mukhtashar Kitab ad-Durril Munif fi Syarhil Wirdil Lathif (1352 H) dicetak oleh Mathba'ah al-'Arabiyah, Makkah.

Daftar Referensi

  1. ^ a b c d e (Aizid 2016, hlm. 50).
  2. ^ a b c d e f g h i (Sya'ban 2016).
  3. ^ a b c d e f g h i (Sam 2017).
  4. ^ a b c (Ilyas 2017).
  5. ^ (Sholah 2015).
  6. ^ a b c d e f g (Faishol 2017).
  7. ^ a b c d e f g h (Abdullah 2005, Tuan Mukhtar Bogor - `Ulama' ahli syari'at dan haqiqat)
  8. ^ (Imawan 2013, Dalam artikel yang berjudul ULAMA TANAH SUCI DARI TANAH JAWA menyebutkan bahwa Ia pergi ke betawi dan belajar kepada syaikh abdullah ibn aqil ibn yahya mufti betawi. Kepadanya ia mentasmi’ hafalan matannya dan menambah hafalan matannya seperti almilhah, alfiyah ibnu malik, alqothr, matan ilmu fiqh syafi’I dan belajar syarah-syarahnya. Dan mendapatkan ijazah untuk semua riwayatnya.).
  9. ^ (Faishol 2004, Dalam artikel yang berjudul Ulama Dari Bogor Yang Menjadi Guru Besar Di Masjidil Haram menyebutkan bahwa Syaikh Mukhtar al-Bughuri melanjutkan belajarnya kepada salah seorang Ulama Betawi (sekarang Jakarta) yaitu Sayyid Abdullah bin ‘Aqil bin Yahya (Ayah Sayyid Utsman Betawi). Kepada Sayyid Abdulloh, Syaikh Mukhtar memperdalam ilmu agama yang telah dipelajarinya di Bogor. Syaikh Mukhtar mengulang kembali apa yang telah dihafalkan untuk disimak oleh Sayyid Abdulloh. Sayyid Abdulloh memberikan ijazah khusus kepada Syaikh Mukhtar atas kitab-kitab yang telah dihafalkan tersebut.).
  10. ^ (Masduqi).
  11. ^ (Said 2016, hlm. 39).
  12. ^ a b (Abdullah 2005, Syeikh Abdul Hamid Kudus pakar Ilmu Arudh, Qawafi).
  13. ^ (Bizawie 2016, hlm. 426).
  14. ^ a b (Abdullah 2017, Dalam artikel yang berjudul Tuan Mukhtar Bogor - `Ulama' ahli syari'at dan haqiqat menyebutkan bahwa Guru-guru yang lain beliau sebut pula Syeikh Muhammad al-Minsyawi, Sayid Umar as-Syami, Sayid Husein al-Habsyi, Sayid Yusuf an-Nabhani, Sayid Muhammad bin Ja'afar al-Kattani dan Syeikh Abdul Qadir al-Halabi).
  15. ^ a b (Faishol 2017, Dalam artikel yang berjudul Ulama Dari Bogor Yang Menjadi Guru Besar Di Masjidil Haram menyebutkan bahwa Syaikh Mukhtar al-Bughuri juga belajar kepada ulama-ulama yang berasal dari Jawi yang menjadi pengajar di Hijaz diantaranya seperti Syaikh Mahfudz al-Termasi, Syaih Syaikh Jum’an bin Ma’mun al-Tengarangi dan Syaikh Zainudin bin Badawi al-Sumbawi.).
  16. ^ (Kiki 2011, hlm. 88).
  17. ^ a b (Zaenal 2017).
  18. ^ (Kiki 2011, hlm. 127).
  19. ^ (Rangkuti 2018).
  20. ^ (Abdullah 2004, Syeikh Arsyad Thawil al-Bantani - Ulama jihad di Banten).
  21. ^ (Abdullah 2004, Abu Bakar Muar - Benteng pertahanan kaum tua).
  22. ^ (Abdullah 2004, Imam Haji Mursyidi - Tokoh pentadbir Islam Sarawak).
  23. ^ (Abdullah 2004, Umar Cik Ahmad - Tuan Guru Besut Terengganu).
  24. ^ (Abdullah 2004, Haji Muhammad Nur - Kadi Kerajaan Langkat).
  25. ^ (Abdullah 2005, Syeikh Abdul Hamid Kudus pakar Ilmu Arudh, Qawafi).
  26. ^ (Kiki 2018).
  27. ^ (Kurniawan 2011).
  28. ^ (Kiki 2011, hlm. 144).
  29. ^ (Kiki 2011, hlm. 143).
  30. ^ (Siregar 2014, hlm. 45).
  31. ^ (Cempaka 2017, Kenali Sheikh Osman Jalaluddin Al-Kalantani (1880 – 1952) Ulama’ Tersohor Kelantan).
  32. ^ (Ulum 2017).
  33. ^ a b (Sati 2016).
  34. ^ (Berry 2017).
  35. ^ (Abdullah 2004, Tengku Mahmud Zuhdi - Syeikhul Islam Selangor).
  36. ^ (Abdullah 2004, Abdullah Fahim - Ulama mahir ilmu falak)
  37. ^ (Kiki 2011, hlm. 66).
  38. ^ (Kiki 2011, hlm. 185).
  39. ^ (Ilyas 2017).
  40. ^ (Kulsum 2015).
  41. ^ (Mubarokah 2017).
  42. ^ (Mubarokah 2017, hlm. 54).
  43. ^ (Abdullah 2004, Abdul Rahman Al-Kalantani - Mufti terakhir kerajaan Mempawah).
  44. ^ (Abdullah 2005, Syeikh Arsyad Thawil al-Bantani - Ulama jihad di Banten).
  45. ^ (Sya'ban 2017, Kitab Fiqih Manasik Berbahasa Sunda Karya KH Ma’mun Nawawi Cibarusah).
  46. ^ (Nazilah 2017, Syekh Muhammad Yasin Al-Fadani, Pakar Sanad dari Sumatera).
  47. ^ (Haramain 2012).
  48. ^ a b c d e (Faishol 2004, Dalam artikel yang berjudul Ulama Dari Bogor Yang Menjadi Guru Besar Di Masjidil Haram menyebutkan bahwa Diantara murid Syaikh Mukhtar al-Bughuri adalah sayyid Muhsin bin Ali al-Musawa, Syaikh Yasin bin Isa al-Fadani, Syaikh Sulaiman Samdani, Syaikh Abdurrohman bin Yusuf al-Madarisi (Madura), Syaikh Abdussattar al-Dahlawi, Sayyid Alawi bin Abbas al-Maliki dan Syaikh Muhammad Ahmad bin Idris al Bughuri.).
  49. ^ (Hidayat 2018).
  50. ^ (HAMKA 2016).
  51. ^ a b (Zionis 2017).
  52. ^ (Ilyas 2017, Dalam Jurnal yang berjudul PEMIKIRAN FIKIH SYAIKH MUHAMMAD ZAIN BATU BARA: Fidiah Salat dan Puasa menyebutkan bahwa Ia meninggalkan karya tulis berjumlah 12 kitab dalam bahasa Arab, Jawi dan Sunda.).
  53. ^ (Faishol 2004, Dalam artikel yang berjudul Ulama Dari Bogor Yang Menjadi Guru Besar Di Masjidil Haram menyebutkan bahwa Syaikh Mukhtar al-Bughuri mempunyai tujuh karya tulis, meskipun jumlah karyanya sedikit akan tetapi hal ini sangat bermanfaat bagi orang yang mau mengkaji pemikiran-pemikiran Syaikh Mukhtar al-Bughuri.).
  54. ^ (Abdullah 2005, Dalam artikel yang berjudul Tuan Mukhtar Bogor - `Ulama' ahli syari'at dan haqiqat menyebutkan bahwa Syeikh Muhammad Mukhtar Bogor menghasilkan karya yang tersebar berupa cetakan ada yang ditulis dalam bahasa Arab dan bahasa Melayu..).
  55. ^ a b c d e f Date Converter 2018.
  56. ^ a b c d e f g h (Abdullah 2006, menyebutkan 8 karya tuan Mukhtar, yaitu "1. Taqribul Maqshad fil Amali bir Rub'il Mujaiyab, 2. Ushulud Din I'tiqad Ahlis Sunnah wal Jamaah, 3. Ar-Risalatul Wahbatil Ilahiyah fi Bayani Itsqati ma'alal Maiyiti minal Huquqi was Shiyam was Shalati, 4. As-Shawa'iqul Muhriqah lil Auhamil Kazibah fi Bayani Hillil Baluti war Raddu `ala man Harramahu, 5. It-hafus Sadatil Muhadditsin bi Musalsalatil Ahaditsil Arba'in, 6. Khutbah al-Jumaat, 7. Kitab ad-Durril Munif fi Syarhil Wirdil Lathif, 8.Mukhtashar Kitab ad-Durril Munif fi Syarhil Wirdil Lathif).
  57. ^ (Sya'ban 2017, hlm. 381)
  58. ^ (Al-Bughuri 2017)
  59. ^ a b c (Abdullah 2016)
  60. ^ (Nasrullah 2016)

Daftar Pustaka

Buku
  • (Indonesia) Aizid, Rizem (2016). Biografi ulama Nusantara : disertai pemikiran dan pengaruh mereka. Banguntapan, Yogyakarta: Diva Press. hlm. 320. ISBN 978-602-279-239-0. 
  • (Indonesia) Al-Bughuri, Syaikh Muhtar ‘Atharid (2017). Kitab belut Nusantara. Panggungharjo, Sewon, Bantul. Yogyakarta: CV. Global Press. ISBN 978-602-61890-0-4. 
  • (Indonesia) Hamka (2016). Ayahku. Selangor: PTS Publishing House. ISBN 978-967-411-726-9. 
  • (Indonesia) Kiki, Rakhmad (2011). Genealogi intelektual ulama Betawi : melacak jaringan ulama Betawi dari abad ke-19 sampai abad ke-21. Jakarta: Jakarta Islamic Centre. ISBN 978-602-98707-0-1. 
  • (Indonesia) Said, Nur (2016). Santri membaca zaman. Jawa Tengah, Indonesia: kerjasama Santrimenara Pustaka dengan Aswaja Pressindo. ISBN 978-602-6791-93-1. 
  • (Indonesia) Sya'ban, A. Ginanjar (2017). Mahakarya Islam Nusantara : kitab, naskah, manuskrip, dan korespondensi ulama Nusantara (dalam bahasa Melayu). Ciputat, Tangerang: Pustaka Compass. ISBN 978-602-60537-4-9. 
Jurnal ilmiah
Skripsi, tesis & disertasi
Situs web


Pranala Luar

Lihat Pula