Lompat ke isi

Penggempuran Negara Wu Timur oleh Cao Pi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 29 April 2018 17.05 oleh HsfBot (bicara | kontrib) (Bot: Perubahan kosmetika)
Penggempuran Negara Wu Timur oleh Cao Pi
曹丕攻东吴之战
Cáopī gōng dōng wú zhī zhàn
Bagian dari Perang Zaman Tiga Kerajaan

Hasil penggambaran pertempuran menuju wilayah kekuasaan Wu Timur yang dipetakan
TanggalBulan ke-9 tahun 222–225 Masehi
LokasiSejumlah titik tempat yang berada pada sepanjang sungai Yangtze, Ruxu, Dongkou dan Jiangling
Hasil Tak terlaksana sebagaimana mestinya hingga berujung pada kegagalan pasukan Cao Pi mengambil alih kekuasaan daerah yang berada di bawah sungai Yangtze lalu mereka serentak menyatakan tanda mundur dari pertempuran.
Pihak terlibat
Cao Wei Wu Timur
Tokoh dan pemimpin

Cao Pi
Cao Ren

Cao Zhen

Cao Xiu

Sun Quan
Lü Fan
Zhu Ran
He Qi
Kekuatan
100.000 lebih[1] 5000 lebih

Pada saat berlangsungnya perang di Zaman Tiga Kerajaan, seorang kaisar pertama yang memegang pucuk pimpinan negara Cao Wei bernama Cao Pi memutuskan mengupayakan penggempuran menuju daerah kekuasaan negara Wu Timur dalam masa tiga tahun lamanya, yaitu mulai tahun 222 hingga tahun 225. Hal yang ditengarai sebagai suatu tindakan pemicu peperangan untuk peristiwa ini adalah ketika Sun Quan yang memegang pucuk pimpinan negara Wu Timur menyatakan penolakan agar anaknya, Sun Deng, diberangkatkan menuju negara Cao Wei untuk dijadikan sandera yang akan bertatap muka dengan pihak pengadilan negara Wei, kaisar negara Wu Timur tersebut pun menyatakan secara terbuka bahwasannya negara Wu terhitung menjadi negara bawahan Cao Wei. Pertempuran yang didahului dengan tindakan penggempuran dari pasukan Cao Wei ke daerah kekuasaan Wu Timur ini terbagi atas dua kurun waktu selama pertempuran tersebut, di antaranya terdapat kejadian pertama yang lama waktunya hingga dua tahun, yaitu tahun 222 hingga tahun 224 sebelum saat-saat pemberian aba-aba tanda mundur oleh Cao Pi lalu kejadian kedua dan yang terakhir berlangsung di sepanjang tahun 225 Masehi.

Latar Belakang

Pasca-pertempuran Xiaoting antara pasukan Shu Han dan Wu Timur dengan dimenangkan oleh negara Wu Timur yang dibawahi oleh Sun Quan, dampak baiknya untuk negara Wu Timur adalah wujud penundukan dari Sun Quan terhadap negara Wei yang ditunjukkan secara sukarela karena negara Wei bersedia bertindak menjadi tameng untuk negara Wu sewaktu-waktu tidak adanya upaya kerukunan berhubungan antara negara Shu Han dan negara Wu Timur. [2] Dari lain hal, kemungkinan yang merugikan kedua belah pihak ini akan lebih terasakan dalam memikirkan matang-matang buruk baiknya hubungan dan antartindak kedua negara tersebut sebagai sekutu, terlebih lagi bagi kedudukan Sun Quan selaku kaisar negara Wu [2] yang pernah ikut mengambil bagian dalam pertempuran Chibi bersama pasukan Liu Bei yang berakhir dengan kemenangan pasukan sekutu Liu Bei dan Sun Quan sejak tahun 208 Masehi.

  1. ^ de Crespigny 2004, hlm. 15:"Tempat didirikannya kedudukan pemimpin tentara negara Wei terletak di sebuah bekas ibukota yang dijadikan titik pangkal untuk melakukan penyampaian aba-aba kepada angkatan bersenjata negara Wei. Selain itu, diduga begitu kuat bahwa jumlah angkatan bersenjata yang dibawahi Cao Pi melampaui ratusan ribu orang."
  2. ^ a b de Crespigny 2004, hlm. 10:"With the full defeat of Liu Bei in the late summer and early autumn of 222, Sun Quan had obtained all possible benefit from his formal submission to Cao Pi and the empire of Wei, and he wasted very little time in breaking that connection. It had never been popular with his officers. ... and even at the time of his enfeoffment as King of Wu there had been those who argued against accepting such a rank from the usurping Emperor, and who suggested that Sun Quan should take some independent title as Lord of Nine Provinces, claiming hegemony in support of Han. This was, as we have discussed, quite inappropriate and impractical in the circumstances, and the submission to Cao Pi was an essential preparation for dealing with Liu Bei. On the other hand, the alliance with the north was always a matter of expediency, and there seems no probability that Sun Quan intended it to last any longer than it needed."