Lompat ke isi

Ben Mang Reng Say

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 25 Mei 2018 13.26 oleh Abiedestar (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi '{{Infobox Politician||name=Ben Mang Reng Say|image=Ben_Mang_Reng_Say_1971_Tempo_Archive.jpg|caption=Ben Mang Reng Say di tahun 1971|nationality=Indonesia|order=Wakil K...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Ben Mang Reng Say
Ben Mang Reng Say di tahun 1971
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong
Masa jabatan
1966–1971
Informasi pribadi
Lahir15 Juni 1928
Umauta, Nusa Tenggara Timur, Indonesia
Meninggal16 Agustus 2003
Jakarta, Indonesia
KebangsaanIndonesia
Partai politikPartai Katolik (Indonesia), Partai Demokrasi Indonesia
Suami/istriDona Maria Yosefa Nana Da Silva
AlmamaterUniversitas Gajah Mada
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Benedictus Mang Reng Say (Lahir di Umauta, Nusa Tenggara Timur 15 Juni 1928 – meninggal di Jakarta 16 Agustus 2003) adalah seorang politisi Indonesia yang ditunjuk sebagai Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong tahun 1966-1971. Dalam arsip sejarah Indonesia Ben Mang Reng Say bersama dengan Frans Seda memainkan peran penting dalam pertemuan Roma[1] di bawah Menteri Luar Negeri Adam Malik dan Jenderal Ali Moertopo untuk mendiskusikan integrasi damai Timor Leste ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Masa kecil

Setelah menyelesaikan sekolah rakyat di Bola, Nusa Tenggara Timur (1934–1937) Pamannya Mo’an Petrus Pitang yang bertugas sebagai Kapitan mengirim Say belajar di Sekolah Schakel di Ndao-Ende, Nusa Tenggara Timur (1937–1942), setelah lulus dari salah satu sekolah bergengsi di Nusa Tenggara Timur pada masa itu ia bekerja sebagai petugas polisi di Maumere(1943–1946), Bajawa (1946–1948) dan Makasar (1948–1950). Namun pekerjaan tersebut tidak cocok untuknya, ia mengundurkan diri sebagai polisi dan melanjutkan pendidikannya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs /MULO di Makasar (1949–1951). Ia cukup beruntung untuk bisa melanjutkan pendidikannya, tidak seperti remaja lainnya pada masa itu, ia melanjutkan pendidikannya di Yogyakarta di Universitas Gadjah Mada Fakultas Hukum, Sosial dan Politik, dan pada 23 November 1956 ia sukses mendapatkan gelar Drs di jurusan pemerintahan, lalu ia bekerja sebagai pegawai negeri sipil di Departemen Dalam Negeri.

Konstituante

Pemilihan Umun tahun 1955 membawa 10 anggota Partai Katolik menjadi anggota Konstituante, Say ditunjuk sebagai Sekretaris Fraksi Partai Katolik (1956–1959) menemani IJ Kasimo sebagai Ketua.

Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong

Pada 31 Desember 1964, Say ditunjuk sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong. Setelah terjadi Gerakan 30 September, terjadi permintaan perombakan di dalam Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong, dan kondisi ini menciptakan kesempatan untuk Say mendapat kepercayaan dari Partai Katolik untuk menduduki posisi sebagai Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong (1966–1971)

Partai Katolik Indonesia

Say adalah ketua terakhir Partai Katolik Indonesia, ia ditunjuk sebagai ketua di tahun 1971, dan setelah 50 tahun Partai Katolik ada di Indonesia, pada 10 Januari 1973, partai tersebut bubar menjadi Partai Demokrasi Indonesia.[2]

Dewan Pertimbangan Agung Republik Indonesia

Say ditunjuk sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung Republik Indonesia di tahun 1973-1976, dan di tahun 1988-1993 ia ditunjuk untuk kedua kalinya sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung Republik Indonesia sebagai Wakil Ketua Bidang Urusan Politik.[3]

Duta Besar

Selama satu tahun (1975–1976) Say ditunjuk sebagai Duta Besar Indonesia untuk Portugal, di saat itu ia dikirim ke Roma untuk mendiskusikan langkah-langkah untuk mengintegrasikan Timor Leste ke wilayah Indonesia, namun pertemuan tersebut yang seharusnya damai berakhir dengan tumpah darah, enam bulan ia bekerja, dan berhasil membuat laporan yang "berani" kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa. Ia mengakui bahwa sekitar 200 orang terbunuh oleh tembakan militer selama demonstrasi yang meminta kemerdekaan Timor Leste. Kasus ini mencoreng wajah militer Indonesia dan berakhir dengan pengadilan banyak perwira dan warga sipil. Dan di tahun 1976-1980 ia ditunjuk sebagai Duta Besar Indonesia untuk Meksiko, dan menerima medali kehormatan Aguila Azteca Primera Banda dari Pemerintah Meksiko di tahun 1980.

Universitas Katolik Atma Jaya

Ia dicatat sebagai salah satu pendiri Universitas Katolik Atma Jaya, ia juga mengajar politik disana dan di tahun 1962 ditunjuk sebagai rektor universitas tersebut.

Keluarga

Ia menikah dengan Dona Maria Yosefa Nana Da Silva, putri dari Kepala Suku Don Thomas Da Silva di Maumere (26 April 1955) dan memiliki 2 anak laki-laki dan 3 anak perempuan.

Tanda kehormatan

  • Bintang Mahaputra Adipradana II - diterima di Jakarta (19 Mei, 1973)
  • Aguila Azteca Primera Banda – diterima di Mexico City (5 September 1980)

Kematian

Say meninggal di Jakarta pada 16 Agustus 2003 setelah mengalami strok dan penyakit jantung.

Referensi

  1. ^ "Area Studies: East Timur". hamline.edu. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-09-19. Diakses tanggal 2009-10-21. 
  2. ^ "SEJARAH PDI PERJUANGAN". www.pdiperjuangan-denpasar.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-04-19. Diakses tanggal 2009-10-21. 
  3. ^ Baramuli, Ahmad Arnold (2000). DPA dari zaman ke zaman. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. hlm. 131. ISBN 979-416-651-0. 

Pranala Luar